Hari Resepsi
Alfandy Pov
Sedari pagi aku selalu saja berdiri. Ramai sekali rasanya tamu-tamu ini dan tidak ada habisnya bersalaman dari tadi.
Ku lirik ke sampingku, perempuan yang sejak 2 hari yang lalu menjadi istriku. Dia terus mengumbar senyum ketika menyapa tamu yang bersalaman. Tapi wajahnya akan berubah termenung saat tidak ada yang bersalaman.
"Kenapa?" Tanyaku saat melihat dia mengusap tumitnya.
"Perih dikit" Jawabnya.
"Buruan turun, ganti dulu sepatunya. Pakai aja yang teplek biar gak sakit kakinya" Ucapku padanya.
Entah setan apa yang membuatku tiba-tiba menasehati hal baik untuknya. Padahal aku menikahinya karena aku ingin melepas teror mama papa yang nanyain calon.
"Assalamualaikum, selamat ya Pak Al, selamat ya Bu Al. Namanya pada samaan ya, Al sama Al. Semoga jodoh kalian panjang, dunia akhirat. Semoga cepet dapat momongan ya" Ucap seorang perempuan yang datang bersama suaminya.
Perempuan ini sedang hamil besar, dia adalah kerabat dari papa ku.
Ku pandangi perempuan tadi yang berlalu turun dari panggung. Mesra dan harmonis sekali hubungan mereka berdua. Sebenarnya siapa sih yang tidak mau punya hubungan harmonis, ya tapi balik lagi itu mereka harmonis karena saling mencintai.
"Astaghfirullah!" Ucap perempuan ini.
"Ada apa?" Tanyaku sambil melihat ke samping.
"Gak papa pak" Dia masih saja memanggilku dengan sebutan bapak.
Dia duduk dan memijat kepalanya dengan satu tangan, sedangkan tangan satunya mencengkram lengan kursi seperti menahan sakit.
"Allahu Akbar Al!" Aku kaget mendengar teriakan mama.
Perempuan ini pingsan dan hampir saja terjatuh ke lantai.
"Jangan dikerubuni, awas!" Aku menggendongnya menuju kamar hotel.
Kebetulan kami melaksanakan resepsi di ballroom sebuah hotel.
"Kasih minyak kayu putih Al, angin-anginkan ke hidungnya" Suruh Mba Arumi.
"Lepasin aja dulu itu ikat roknya" Mama membantuku melepaskan rok yang dia pakai.
Napas perempuan ini perlahan stabil tidak seperti tadi terlalu cepat. Mama memijat tangannya agar dia bangun. Sedangkan aku masih menaruh tanganku didepan hidungnya agar dia tercium bau kayu putih ini.
"Astaghfirullah. Sakit" Dia bangun dan langsung merintih.
"Yang mana sakit nak?" Tanya mama masih cemas.
Dikamar ini hanya ada kami bertiga. Aku, mama dan dia. Sedangkan yang lain menunggu dibawah untuk menyambut para tamu.
"Minum Al" Suruh Mba Arumi.
Ku berikan air mineral botolan yang ada dikamar ini.
"Pake gelas atuh gimana minumnya ini. Paling enggak kasih sedotan" Ucap Mba Arumi.
Aku menjadi agak gugup saat dimintai ini itu.
"Minum dulu Almeera" Mba Arumi membantunya duduk dan minum.
Mama juga membantu meninggikan kepalanya dan menyandarkannya.
"Kamu istirahat aja disini ya, gak usah ke bawah lagi. Kamu juga Al disini aja temenin Almeera. Nanti yang dibawah biar mama, papa, Arumi dan yang lain ngurus" Ucap mama pada kami berdua.
"Kamu kelelahan apa gimana Almeera?" Tanya Mba Arumi ke dia.
"Gak papa mba, cuma kepala ku saja yang rada pusing sama ya kecapekan dikit" Jawabnya.
"Hmmm" Mba Arumi menatapku.
Aku yang merasa terintimidasi langsung bertanya.
"Apaan sih mba, kenapa natap aku gitu?" Tanyaku.
"Kamu belum ituin Almeera kan?" Tanya Mba Arumi.
"Ituin apaan?" Tanyaku karena tidak mengerti apa yang dia tanyakan.
"Itu, hak kamu sebagai suami? Malam pertama? Belum kan?" Aku yang ditanya begitu terdiam.
Begitupun perempuan itu juga ikut terdiam dan menunduk.
"Ya gak lah mba, gila aja ngapain gituan" Jawabku sewot.
Ngadi-ngadi nanya gituan ke aku.
"Heh! Ngapain-ngapain. Ini istri kamu, sah milik kamu. Itu juga udah jadi hak dan kewajiban kalian. Ya tapi jangan sekarang juga. Liat gini kan jadi kecapekan si Almeeranya" Sahut mama.
"Mama tersayang. Al sama dia belum ada ngapa-ngapain. Gak ada niatan juga mau ngapa-ngapain, jadi udah stop jangan ngadi-ngadi" Jawabku agak kesal.
"Maaf ma, mba. Aku sama Pak Alfandy gak ngapa-ngapain. Ini memang karena aku telat makan jadi pusing dan kecapekan aja karena tadi tamunya banyak" Jawabnya.
Haduh! Depan mama dan Mba Arumi aja masih dipanggil bapak.
"Baguslah kalau gitu Almeera. Eh! Apa tadi kamu panggil Al? Pak? Kalian gak ada embel-embel panggilan sayangnya gitu?" Tanya Mba Arumi.
"Iya ini masa udah laki bini panggilan Pak. Almeera ganti ya, panggil Al mas atau kakak jangan pak. Eh tapi emang keliatan banget ya Al tuanya?" Tanya mama sambil tertawa bersama Mba Arumi.
"Udah dari kemaren-kemaren disuruh jangan panggil bapak. Emang saya nikah sama ibu kamu" Ucapku sambil menatapnya.
"Maaf, saya udah gak punya ibu" Jawabnya pelan, tapi aku yakin mama dan Mba Arumi juga masih mendengar.
Aku merasa sedikit bersalah saat mengatakan itu. Aku tau, pasti dia kecewa dengan ucapanku barusan.
"Udah mama sama Arum mau turun dulu. Kamu jagain Almeera ya, Almeera juga makan ya nanti mama suruh antar makanan ke sini" Mama dan Mba Arumi keluar kamar.
Aku langsung merebahkan badanku disampingnya. Dia masih dalam posisi yang sama, bersandar ke kepala ranjang.
Almeera Pov
Aku merasa sangat menyesal dan malu. Karena aku pingsan acara resepsi ini terganggu dan kacau. Sekarang aku berada didalam kamar berdua dengan laki-laki ini.
Aku bangun dari ranjang sambil berpegangan, niatku mau ke kamar mandi. Aku melirik dia masih rebahan disana sambil lengannya menutup matanya.
"Astaghfirullah! Au! Sakit ya Allah!" Aku terpeleset dikamar mandi ini. Tidak tau kenapa tiba-tiba pandanganku buram dan berkunang.
"Bisa gak jangan cari masalah! Kalau belum bisa kemana-mana itu duduk diam aja!" Laki-laki ini berdiri didepan pintu kamar mandi.
Dia tidak langsung menolong tapi dia mengomeliku.
"Auh!" Kembali aku merintih saat aku mencoba berdiri.
Dengan tiba-tiba dia menggendongku dan menaruhku kembali ke atas ranjang.
Bagian bokongku masih terasa sangat sakit. Rasanya bokongku rata akibat jatuh tadi.
Tak lama kemudian ada pelayan yang datang membawakan 2 porsi makanan dan minuman.
Karena aku sudah sangat lapar jadi langsung saja ku makan makanan itu. Laki-laki ini hanya diam sambil melihatku makan, mungkin pikirnya aku rakus karena makan tergesa-gesa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
General FictionMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.