Author Pov
Alfandy dan anak-anaknya sudah tiba di rumah, terlihat Erin sudah menunggu di depan teras. Biasanya kalau begini artinya dia sudah marah sekali.
Alfandy turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Arhan. Ketika dia hendak membukakan pintu Arfan tapi ditolaknya.
"Bagus ya tadi aku minta temenin beli baju bayi gak bisa, taunya lagi sama anak-anak kesayangannya" Sindir Erin.
Alfandy menggandeng Arhan dan Arfan mengikuti dari belakang.
"Salim" Suruhnya ke anak-anaknya.
"Gak mau!" Ketus Arhan.
Arfan hanya diam di belakang Arhan berdiri, pandangan sinisnya ke Erin tak pernah lepas. Sepertinya dia sangat membenci wanita yang berada di depannya saat ini.
"Saya juga gak mau ya disentuh kamu. Najis!" Balas Erin.
"Yang kamu bilang najis itu anak aku!" Ucap Alfandy membela anak-anaknya.
"Bela terus, katanya gak cinta ibunya tapi ini sama anak yang gak sengaja jadi sayang banget" Lanjut Erin.
Alfandy mulai terpancing emosi dan untuk menghindari dia marah-marah di depan anak-anaknya. Dia meminta pak satpam membawa anak-anaknya berkeliling rumah.
"Jangan lama aku mau pulang!" Ketus Arfan.
Setelah Arfan dan Arhan dibawa pergi ke halaman samping, Alfandy langsung menarik Erin masuk.
"Apaan sih kamu ngomong begitu di depan anak-anak aku?" Marahnya ke Erin.
"Kamu belain anak-anak perempuan gatal itu? Iya!" Erin tak mau kalah.
"Aku belain mereka karena mereka anak-anak aku! Kamu keterlaluan Rin, mereka masih anak-anak kamu hina ibunya di depan mereka. Kamu mau mereka makin membenci aku? Hah!" Balik marah Alfandy ke Erin.
"Oh kamu takut anak-anak sialan itu membenci kamu? Tapi kamu gak takut ya anak kamu yang aku kandung benci kamu karena kamu belain anak orang lain!" Tukasnya.
"Mereka anak-anak aku bukan anak-anak orang lain!" Alfandy.
"Yakin kamu mereka anak-anak kamu? Kamu itu bodoh Al! Almeera menghilang selama ini dan dateng-dateng bawa anak kamu percaya! Dulu kamu sendiri kan yang bilang kamu setiap berhubungan dengan dia selalu pakai pengaman! Selalu di luar,! Jadi kamu mikir bagaimana bisa jadi anak kalau begitu!" Maki Erin.
Alfandy terdiam, dia kembali mengingatnya dan benar yang dikatakan Erin. Dulu juga dokter sempat memvonis Almeera susah punya anak karena memiliki kadar keasaman tinggi di rahimnya. Dokter juga bilang bahkan sperma Alfandy tidak cukup kuat untuk melawan keasaman itu.
"Kamu bilang apa?" Alfandy meminta Erin mengulang ucapannya.
"Kamu jangan bodoh Al, mereka itu bukan anak kamu!" Tegas Erin kemudian dia pergi dari hadapan Alfandy.
Alfandy yang masih emosi mencoba menenangkan pikirannya dan berusaha berfikir positif.
Almeera Pov
Sudah sekitar jam 3 sore anak-anak belum juga diantar ke cafe. Aku sudah beberapa kali menelpon Mas Alfandy tapi tak diangkat. Aku khawatir dengan anak-anak.
"Assalamualaikum, mama!" Akhirnya yang aku cemaskan dari tadi datang.
"Waalaikumussalam, kalian dari mana aja?" Tanyaku.
"Hm maaf Al aku tadi bawa anak-anak ke rumah karena ada hal penting" Ucap Mas Alfandy.
"Gak papa mas, terima kasih sudah mau direpotkan menjemput anak-anak " Balasku.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Narrativa generaleMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.