Almeera Pov
Hal yang sangat aku hindari akhirnya datang juga hari ini dan detik ini.
"Mas Alfandy" Ucapku.
"Almeera" Ucapnya.
"Ini anak-anak kamu?" Tanya nya.
"Iya" Jawabku singkat.
"Anak yang dulu kamu kandung?" Tanya nya memastikan.
"Iya ini anak aku" Jawabku mantap.
"Mama sama om udah kenal? Yah untuk apa abang elet om kesini buat kenalan sama mama" Ucap Arfan yang tadi membawa Mas Alfandy padaku.
"Eh ini om yang di mall tadi kan?" Arhan menyahut.
"Iya, Arhan kan?" Ucapnya ke Arhan.
"Iya om aku Alhan, ini abang aku Alfan" Ucapnya ke Mas Alfandy.
"Iya ini Abang Alhan ini Abang Alfan" Ucap Arfan ke Mas Alfandy.
"Jadi yang abang yang mana?" Tanya nya.
"22 nya abang kata mama. Ya kan ma?" Arfan meminta konfirmasi ku.
"Eh iya 22 nya abang" Jawabku kaget.
Mas Alfandy memandangku entah dengan tatapan apa.
"Wah MasyaAllah keluarganya harmonis sekali ya pak, Bu. Dapet kembar ya? Wah ganteng-ganteng mirip bapaknya. Udah gede juga ini udah bisa dikasih adek" Seorang ibu-ibu lewat dan memuji anak-anak ku.
"Telima kasih tante" Ucap keduanya.
"MasyaAllah sopan banget sih nak, udah ganteng sopan lagi" Balas ibu-ibu yang tadi.
"Aku boleh bicara sama kamu?" Tiba-tiba suara Mas Alfandy memecah fokusku.
"Tidak ada yang perlu dibicarakan" Jawabku.
"Tapi kita harus membicarakan masalah ini" Jawabnya bersikeras.
"Masalah apa?" Tanyaku.
"Anak-anak" Ucapnya.
"Arfan, Arhan sini nak" Anak-anak ku mendekat.
"Kenapa ma?" Tanya mereka.
"Ini anakku bukan anakmu" Jawabku cepat.
"Aku belum bertanya Ra. Tapi kamu sudah mengatakan begini, ini lebih meyakinkan ku kalau mereka adalah anak-anakku" Ucapnya.
"Jangan sembarang mas, mereka anak-anakku bukan anak kamu. Aku yang mengandung, melahirkan dan merawat mereka selama ini" Ucapku agak tegas.
"Iya tapi mereka ada karena aku Ra" Dia juga agak tegas.
"Cukup mas!" Aku membentaknya.
"Mama kenapa?" Arfan memelukku.
"Mama" Arhan ikut memeluk.
"Kalian masuk mobil tunggu mama, kita pulang" Ucapku.
Anak-anak menurut dan menuju mobil. Ku buka kunci mobil dan mereka menunggu di dalam.
"Ra itu anak-anak aku kan Ra? Kenapa kamu gak ngomong" Ucapnya masih bersikeras.
"Itu anak-anak aku mas, dulu kan kamu yang bersikeras kalau aku bukan mengandung anak kamu. Jadi mereka bukan anak-anak kamu tapi anak-anak aku. Aku minta jangan temui aku dan anak-anakku ku lagi. Kami sudah bahagia tanpa kamu, jangan hancurkan kebahagiaan anak-anakku" Langsung ku tinggalkan dia yang masih berdiri tak percaya.
Anak-anak tampak kebingungan dan sedikit takut melihat ekspresi ku begini. Aku tau mereka pasti kaget karena aku tidak pernah marah sekalipun di depan mereka.
"Maafin mama ya sayang" Ucapku pada keduanya.
"Iya mama gak papa, abang kaget tadi mama malah gitu. Selem ya bang ya" Ucap Arfan ke Arhan.
"Iya selem, mama jangan malah kayak tadi lagi ya" Sahut Arhan.
"Iya mama janji" Ucapku.
Aku langsung mengemudikan mobil menuju rumah kami. Aku rasa pusing dan sakit kepala karena aku agak tegas tadi.
"Bibi tolong buatin mama minum ya, mama pusing" Ucap Arfan begitu kami memasuki rumah.
"Gak usah bi, air putih aja" Jawabku.
Bibi langsung mengangguk dan pergi ke dapur untuk mengambilnya.
Rumahku memang tidak terlalu besar dan mungkin kalian bertanya kok pake bibi segala? Iya aku pake jasa art, dan bibi baru kerja denganku beberapa bulan ini. Selang sebulan cafe di buka aku mengambil jasa art. Aku kadang sering sibuk ngurus florist dan cafe jadi gak sempat beberes rumah.
Tapi aman untuk masalah anak-anak aku tidak percayakan ke orang lain. Mereka akan ikut kemanapun aku pergi.
Alfandy Pov
Aku sangat yakin kalau yang tadi itu adalah anak-anakku dan Almeera. Tapi kenapa Almeera tidak mau jujur mengatakan itu. Kenapa juga Almeera tidak memberitahu anak-anakku kalau aku ayah mereka. Apa Almeera sudah berubah sekarang? Apa dia menjadi perempuan yang berhati jahat?
Pikiranku jadi kacau karena pertemuan tadi. Aku yang tadinya cuma terpikir satu anak kecil sekarang menjadi terpikir 3 orang.
"Itu pasti anak-anak aku!" Ucapku yakin.
"Anak?" Erin datang menghampiri ku.
"Eh iya sayang" Ucapku.
"Anak siapa mas?" Tanya Erin.
"Aku ketemu Almeera sayang" Jujur ku ke Erin.
"Kamu ketemu dia! Di mana?" Erin menjadi sedikit emosi.
"Di taman" Jawabku.
"Kamu ngobrol sama dia? Jangan bilang kamu jatuh cinta ke dia?" Erin langsung menuduhku.
"Eh gak lah ngapain aku cinta sama dia" Elak ku.
Tapi jujur ada perasaan lain saat tadi aku bertemu Almeera dengan anak-anakku. Entah itu perasaan apa tapi yang jelas aku merasa berbeda.
"Terus maksud kamu anak tadi apa?" Tanya Erin lagi.
"Almeera punya anak" Ucapku.
"Lah kan dulu cerai dari kamu emang udah hamil, kata kamu hamil sama laki-laki lain kan" Ucapnya.
"Iya dulu aku ngiranya gitu, tapi setelah aku lihat anak-anak itu dan sikap Almeera tadi aku ragu" Jelasku.
"Ragu kenapa?" Dia menatapku intens.
"Aku ragu kalau itu bukan anak dia dengan laki-laki lain, tapi anak-anak aku. Wajah anak-anak itu dan sifatnya mirip denganku sewaktu kecil dan tadi Almeera juga melarangku menemui mereka lagi" Jelasku lagi.
"Anak-anak?" Erin bingung.
"Mereka kembar sayang. Keduanya laki-laki dan sangat mirip denganku sewaktu kecil. Kamu ingat anak yang nabrak kamu di mall tadi?" Tanyaku ke Erin.
Erin mengangguk.
"Itu salah satu dari anak Almeera. Namanya Arhan dan satu lagi Arfan. Mereka kembar dan pantas saat tadi aku bertemu Arhan perasaan ku jadi berbeda. Mereka anak-anak aku sayang" Ucapku ke Erin penuh emosi.
Aku sangat menginginkan anak selama ini dan ternyata aku sudah memiliki nya. Bukan hanya satu anak tapi 2.
"Jadi kamu yakin itu anak-anak kamu? Bisa jadi kan Almeera benci kamu makanya tuh anak-anak dia jadi mirip kamu" Erin tidak percaya.
"Itu hanya mitos sayang, aku yakin mereka anak-anak aku" Jawabku.
"Terus kalau benar mereka anak-anak kamu, kamu mau apa? Mau balikan sama Almeera?" Erin mulai merajuk.
"Bukan begitu sayang kalau benar mereka anak-anak aku, aku akan perjuangin mereka. Aku akan meminta hak ku mengasuh mereka juga. Bagaimanapun mereka darah daging aku" Jawabku.
Maksudku aku tidak mau dihalangi kalau bertemu dan bermain dengan anak-anak ku. Almeera tidak berhak melarang seorang ayah yang mau menemui anak-anaknya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
General FictionMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.