Alfandy Pov
Semenjak ribut dengan Almeera dan bertengkar dengan Erin aku lebih sering balik ke rumah yang aku beli kemaren. Rasanya lebih tenang di rumah ini daripada harus pulang ke rumah mendengar ocehan Erin.
"Mau bibi masakin apa tuan?" Tanya Bi Minah.
"Apa aja aku makan bi, gak usah banyak macamnya. Cukup satu aja udah" Jawabku sambil bermain PS.
Aku membelikan PS ini untuk anak-anak supaya mereka ada hiburan di rumah. Arhan bilang kalau Almeera tidak membolehkan mereka main PS, kalaupun mau main mereka ke timezone dulu.
"Tuan kolam ikan belakang kosong aja, apa gak sebaiknya diisi. Nanti itu jadi sarang nyamuk aja kalau dibiarin" Mang Kardi bertanya dari luar jendela samping.
"Mana baiknya aja mang, nanti beli aja bibit saya kasih uangnya" Jawabku.
Aku masih asik main game ini, aku melepaskan penat dengan bermain game yang lumayan susah. Aku mau buat otakku memikirkan game saat ini jadi tidak memikirkan Almeera, anak-anak ataupun Erin.
"Camilan tuan" Bibi masuk lagi membawa camilan dan jus mangga.
Aku tidak menyukai buahan kecuali mangga dan jeruk. Padahal aku punya toko buah dan lumayan besar serta banyak cabang. Hal inilah yang bikin bibi dan Mang Kardi menggelariku dengan tuan buah tidak suka buah.
Aku sengaja ambil cuti seminggu karena penat sekali memikirkan pekerjaan dan juga masalah ini. Selama satu minggu ini juga aku tidak pernah pulang ke rumahku. Masa bodoh Erin mau ngamuk atau sebagainya, daripada aku gila mending menjauh.
Almeera Pov
Seminggu setelah Sisi memberitahu ku tentang rencana jahat Erin. Aku belum ada melihat tanda-tanda kalau Erin akan mengusik kami. Anak-anak juga alhamdulilah aman di sekolah mereka. Aku sudah menitipkan ke gurunya tidak ada yang boleh jemput mereka kecuali aku.
"Gak jemput kembar Bu?" Tanya Yanti.
Aku sekarang baru saja selesai meeting dengan kantor yang mau nyewa cafe beberapa hari untuk kegiatan kantor mereka.
"Iya ini mau jemput, titip cafe ya Yan" Ucapku.
Hari ini juga Ria sudah lumayan sehat dan dia ikut meeting tadi. Aku sudah bilang biar aku saja tapi dia maksa ikut katanya bosan di rumah saja.
"Ri aku jemput anak-anak bentar ya. Kamu mau pulang apa nunggu?" Tanyaku.
"Aku tunggu aja ya, aku di kamar atas" Ucapnya.
"Oke istirahat ya jangan kesana-kemari" Peringatku padanya.
"Yan, Bim! Titip Ria ya, jangan sampai dia mondar-mandir sana-sini" Pesanku ke Yanti dan Bimbim.
"Siap Bu bos" Jawab keduanya.
Aku tenang meninggalkan cafe dan menuju sekolah anak-anak. Jarak sekolah ke cafe lumayan dekat dan juga sekolah anak-anak berada ditengah-tengah antara rumahku dan cafe. Jadi kalau sekiranya mau balik ke rumah dulu bisa atau langsung ke cafe juga bisa.
"Udah pada pulang pak?" Tanyaku ke satpam sekolah.
"Belum Bu masih doa pulang itu, ibu tunggu aja di dalam" Jawabnya ramah.
Aku suka dengan sekolah ini itu tadi, semua yang ada di sekolah ini ramah dan sopan santun. Aku jadi tenang meninggalkan anak-anak sekolah di sini. Pengamanan di sini juga terbilang ketat.
Aku duduk bersama ibu-ibu yang lain yang juga sedang menunggu anak-anak mereka.
"Assalamualaikum siang ibu" Ucapku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Fiction généraleMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.