Part 76

3.2K 134 4
                                        

Almeera Pov

Halaman rumah mama tampak terisi, ada mobil Kak Bagas dan Nanda. Pasti Mba Arumi, anak-anaknya dan Nisa juga Ira di sini.

"Masih nyusu?" Tanya Mas Alfandy membukakan pintu.

"Masih mas tapi udah tidur" Jawabku.

"Lepasin pelan-pelan coba. Gak enak kan diliat yang lain, kamu juga pasti malu kalau mereka pada tau kamu nyusuin dia" Dia menatap ke arah Hana yang tersembunyi dibalik jaketnya.

"Maaf ya nanti nen lagi" Selesai ku lepaskan Hana menggeliat sebentar dan kemudian tidur lagi.

Aku turun dibantu Mas Alfandy dan memang sudah sering aku dengan dia bersentuhan. Biasanya aku selalu menolak sentuhan fisik dari yang bukan muhrim. Tapi entah kenapa pas sama dia aku jadi mau-mau aja dipegang.

"Assalamualaikum" Ucap kami.

Tanpa menunggu ada yang membukakan pintu kami langsung masuk saja. Mas Alfandy merangkul pinggangku dan aku berjalan bersamanya.

"Tante Ara" Seperti biasa Lea berlari menghampiri.

"Halo cantik" Sapaku.

Aku tidak mau mengabaikan sapaan mereka, karena aku tidak ingin muncul rasa kecemburuan diantara mereka karena aku lebih fokus ke anak Erin.

"Sini sama tante" Nisa mengambil Hana dari gendonganku.

Aku memang lumayan sering membawa Hana bertemu mama, papa, Mba Arumi ataupun Nisa. Aku mau mereka juga menyayangi anak ini. Aku tau kalau mereka juga tau ini bukan anak biologis Mas Alfandy. Tapi mereka sangat baik menerima anak ini dikeluarga besar Syarif.

"Tante besok Ira mau daftar sekolah SD" Aku baru saja duduk dan langsung dihampiri Ira.

"Wah MasyaAllah udah gede dong berarti anak cantik ini" Jawabku.

"Iya dong tante, kemaren juga kan Ira udah bagi rapot. Rapot Arfan sama Arhan bagus gak? Ira dapet hadiah dari ibu guru karena Ira rajin. Kalau Arfan sama Arhan dapat juga gak?" Dia sangat suka bercerita.

"Ira, biarin Tante Ara duduk tenang dulu. Tante nya kan baru sampe, masih capek tadi gendong dedek Hana juga" Tegur Nisa.

Nisa membawa Hana duduk di dekat Mba Arum yang sedang menikmati kue bawang. Perut Mba Arumi sudah sangat besar dan sepertinya hanya menunggu hari saja.

"Sore ma, pa, Mba, Kak dan semuanya" Aku permisi dan duduk di dekat Mba Arumi.

Takut kalau Hana bangun rewel karena tidak bertemu wajahku. Sudah seperti ada lem di diriku sehingga Hana selalu mau menempel.

"Anak-anak mana Ra?" Tanya mama.

Sepertinya mereka memang sedang kumpul keluarga saja. Tapi aku tau kenapa Mas Alfandy gak diajak, karena mereka masih ada rasa benci ke Mas Alfandy.

"Anak-anak pergi ngaji ma, memang tiap hari ngaji di MDA terus nanti pulangnya Ara jemput" Jawabku.

"Gak ngaji di rumah aja sama kamu?" Tanya papa.

"Di rumah ngaji juga pa, habis magrib langsung ngaji sambil nunggu isya. Anak-anak tapi juga biar punya banyak temen, makanya Ara masukin ke MDA" Jawabku.

Aku tau keluarga Mas Alfandy memang bukan keluarga yang terlalu religius. Tapi untuk masalah akhirat mereka sangat peduli dan memperhatikan.

"Jadi kenapa nih adek kita datang barengan Ara gini? Biasanya jauh-jauh an" Kak Bagas merangkul Mas Alfandy.

"Nah berhubung di sini udah kumpul semua, jadi Al mau ngasih tau sesuatu" Aku yang gugup mendengar Mas Alfandy bicara.

"Al mau menikah lagi" Ucapnya.

"Wah udah ada calon nih, cepet banget move on nya" Ucap Kak Bagas.

"Siapa calonnya Al?" Tanya mama.

"Kalian semua kenal orang itu dan orang itu ada di sini" Dia melirik ku.

Aku yang dilirik dan semua juga langsung melirik jadi salah tingkah. Aku mencoba melakukan kegiatan apapun itu.

"Bener Ra?" Tanya Mba Arumi yang tadi cuma diam makan tapi kini bersuara.

"Iya mba" Jawabku pelan.

"Yakin mau balikan sama Alfandy? Dia ini anak gak tau diri Ra" Papa.

"Yakin pa" Aku hanya bisa menjawab seperti itu.

Yakin tidak yakin, siap atau tidak siap aku harus melakukannya. Aku sudah pernah berjanji hal ini ke Mas Alfandy. Aku juga tidak ingin pisah dari Hana.

"Kapan kalian mau menikah?" Tanya papa.

Papa memang seperti ini orangnya, dia selalu to the point dan tak berbelit.

"Besok pa" Ucap Mas Alfandy.

Semua kaget dan begitupun aku, aku juga kaget kenapa dia baru bilang sekarang kalau besok mau menikahi ku.

"Yang bener aja Al. Persiapan belum ada tiba-tiba mau menikah" Celetuk Kak Bagas.

"Kan cuma nikah aja kak gak pakai resepsi segala macem. Aku juga gak punya waktu banyak mau menunggu lebih lama" Jawabnya.

"Gak ada waktu gimana? Mau ke mana kamu?" Tanya mama.

"2 hari lagi Al ada dinas luar kota ma. Al gak mau ninggalin Almeera dan anak-anak tanpa status jelas. Al juga gak mau Almeera diambil orang lain nantinya" Ucapnya.

"Bucin?" Sindir Nisa.

"Ya gimana lagi kalau yang namanya jodoh kan pasti balik lagi" Jawabnya enteng.

"Eh palalu jodoh-jodoh, sini mba gebug pala kamu" Ucap Mba Arumi.

"Ya santai dong mba, udah mau meletus tu perut" Masih bisa bercanda dia.

"Ara gimana? Siap besok?" Mama memecah keributan.

"Ara baru tau sekarang ma kalau Mas Alfandy mau ngajak nikahnya besok. Ara belum ada persiapan apa-apa" Ucapku jujur.

"Gak usah persiapan apa-apa lagi mba, mba cukup bawa badan aja. Kan Kak Al tuh bucin banget sama mba, bawa badan aja udah seneng banget dia" Canda Nisa.

"Udah jangan dibecandain ini hal penting" Lerai papa.

"Noh Nisa noh pa" Mba Arumi menambahkan.

"Mama kayak anak kecil ya main gitu" Ucap Rahma yang dari tadi hanya diam main hp kemudian bicara nyeletuk.

"Udah main aja hp nya" Ucap Mba Arumi sambil mengarahkan kepala Rahma ke hp lagi.

"Haha makanya mba jangan ceng in aku" Nisa.

"Kok jadi main ceng-ceng an gini. Berasa umur 3 tahun kalian" Lerai mama juga.

"Mba Arumi ma" Sahut Nisa.

Akhirnya setelah dilerai mama papa kami kembali ke topik utama pembicaraan. Mas Alfandy bersikeras besok ingin menikahi ku. Mau tidak mau aku ikut saja. Aku juga tidak punya sanak keluarga yang harus ditunggu kehadirannya.

"Oke besok jam 9 ya ma, pa" Ucap Mas Alfandy.

Kemudian dia menarik tanganku untuk pulang.

"Hoy pamit jin" Teriak Mba Arumi.

"Iya nih main tarik aja, nih anak ente masih ketinggalan" Sahut Nisa juga.

Mas Alfandy yang dipanggil begitu balik lagi dengan wajah kesalnya.

"Mau papa restuin gak nih kalian? Pamit gak, ngomong apa-apa gak" Canda papa.

"Ya udah gak direstui juga kita bisa nikah sendiri kan Al ya" Jawabnya.

"Anak durhaka ya, kamu mau nikah sendiri dipikir mama ini udah meninggal apa" Ucap mama menggetok kepala Mas Alfandy dengan botol minum.

"Kalau besok aku jadi lupa ingatan mama tanggungjawab ya" Dia mengusap kepalanya yang habis digetok mama.

"Maaf ya ma, Ara pamit" Aku bersalaman dengan semuanya.

Aku juga mengambil kembali Hana dari gendongan Nisa. Hana masih tidur lelap walaupun tadi sempat digangguin Ira dan Lea.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang