Almeera Pov
Sekitar pukul 3 sore aku sudah standby nunggu di florist. Janjinya Sisi dia pulang sekolah akan ke sini. Anak-anak tadi aku suruh main di dalam ruang tengah. Mereka senang kalau di florist bisa bermain dengan kucing yang sengaja aku beli untuk menghibur pekerja. Alhamdulillah semua pekerja di sini sayang kucing.
"Mama boleh gak pelihara kucing di rumah? Satu aja" Pinta Arfan padaku.
"Jangan ya mama gak bisa kena bulunya" Tolak ku halus.
Aku memang tidak bisa berdekatan dengan kucing. Bukan aku takut dan tidak suka kucing, hanya saja aku ada alergi terhadap bulunya. Aku bisa bersin-bersin atau gatal-gatal ketika berdekatan dengan kucing.
Para pekerja di sini juga tau kalau aku sedang disini maka kucing mereka pindahkan ke ruang belakang atau ruang tengah. Karena kalau ke sini aku biasanya hanya sampai ruang tamu saja.
Oh iya florist ku ini berbentuk seperti rumah. Ada 2 karyawan perempuan yang menetap di sini. Mereka berasal dari luar daerah dan itung-itung daripada mereka kos lebih baik di toko sekalian jaga toko.
"Hm gitu ya ma" Jawabnya lemas.
"Maaf ya bang mama gak bisa nurutin permintaan abang yang ini. Mama benar-benar gak bisa kalau kita melihara kucing di rumah" Aku merasa bersalah juga membuat mood nya menjadi jelek.
"Gak papa mama, abang main lagi ya di dalam sama Abang Arhan" Jawabnya kembali tersenyum.
"Assalamualaikum, Permisi" Aku kenal dengan suara itu.
"Waalaikumussalam, suruh ke sini aja ya" Ucapku ke karyawan yang ke depan toko.
"Baik Bu" Jawabnya.
Aku merapikan duduk ku yang memang tadi agak tak beraturan. Aku terbiasa duduk mengangkat kaki.
"Assalamualaikum mba" Sisi masih memakai seragam sekolahnya.
"Waalaikumussalam duduk sini" Aku menepuk tempat di sebelahku.
Sisi mendekat dan duduk di sebelahku. Langsung ku tanyakan maksudnya ingin bertemu.
"Mba maaf ya sebelumnya aku mendadak ajak ketemu. Ini hal penting dan menyangkut keselamatan mba dan anak-anak mba" Ucapnya.
Aku langsung tertuju ke Erin dan mamanya. Apa mereka sedang merencanakan sesuatu yang jahat.
"Erin dan mama kamu?" Tanyaku memastikan.
Dia mengangguk sambil menunduk. Aku tau pasti dia merasa tidak enakan denganku karena ini menyangkut kakak dan ibunya.
"Mama sama Kak Erin merencanakan hal jahat mba. Mereka mau culik mba dan anak-anak mba" Ucapnya.
"Hah! Serius kamu?" Aku gak nyangka sampai ke hal penculikan yang mereka rencanakan.
"Iya mba, bukan cuma itu tapi ada hal lain yang lebih aku takutkan. Itu.." Kalimatnya menggantung.
"Apa?" Tanyaku tak sabar.
"Mama ngasih saran ke Kak Erin culik mba dan anak-anak mba. Terus mama juga ngasih saran buat orang.." Lagi-lagi ucapannya terhenti dan dia menangis.
"Eh jangan nangis" Ku peluk dia agar lebih tenang.
"Tolong ambilin air ya" Pintaku ke karyawan yang kebetulan lewat hendak ke depan.
"Mba maaf ya mba. Uhuk uhuk uhuk" Sampai dia batuk-batuk.
"Udah iya mba gak marah sama kamu, kamu juga gak salah kok minta maaf" Ucapku mengusap punggungnya.
Aku sangat menyayangi nya seperti adikku sendiri. Dia berbeda dari Erin dan Siska yang antagonis.
"Ini Bu" Aku menerima airnya dan memberikan ke Sisi.
"Minum dek" Ku arahkan ke mulutnya.
Dia makin nangis ketika ku arahkan air ke mulutnya.
"Kenapa Bu?" Tanya karyawanku yang tadi ngasih minum.
"Gak papa udah ke depan aja nanti ada yang masuk" Suruhku.
Dia langsung ke depan dan aku kembali menenangkan Sisi.
"Udah minum dulu ya" Dia mendongak dan menerima air yang ku sodorkan.
"Udah tenang?" Tanyaku saat dia sudah minum dan tak menangis lagi.
"Maaf ya mba aku terbawa suasana. Aku gak sanggup mau kasih tau mba rencana mama dan Kak Erin. Aku juga tadi tersentuh mba manggil aku dek, karena Kak Erin atau Kak Siska tidak pernah manggil aku adek" Ucapnya.
Aku speechless mendengarnya, ternyata panggilan dek tadi buat dia jadi terharu.
"Ngomong aja gak papa" Ucapku.
"Jadi mama sama Kak Erin mau culik mba dan anak-anak" Aku mengangguk.
"Terus mau suruh orang buat lecehin mba di depan anak-anak mba" Ucapnya.
"Astaghfirullah" Aku langsung ngucap mendengar penuturan dari Sisi.
Selicik dan sekejam itu rencana Erin dan mamanya. Padahal aku tidak pernah mengusik hidupnya tapi kenapa dia sangat dendam padaku.
"Mereka mau buat mba malu di depan anak-anak mba. Mereka juga mau buat mental mba dan anak-anak mba terganggu" Lanjutnya.
Aku menarik napas panjang sebelum melanjutkan bicara.
"Udah gak papa, terima kasih ya udah mau ngasih tau aku hal ini. Aku dan anak-anak insyaallah akan lebih berhati-hati. Kamu juga selalu hati-hati jangan sampai mereka tau kamu bertemu aku" Nasehatku ke dia.
"Iya mba aku selalu hati-hati" Jawabnya.
Kami selanjutnya mengobrol hal lain dan melupakan rencana jahat Erin. Aku mulai sekarang bertekad lebih waspada dengan keadaan anak-anak.
"Aku pamit pulang ya mba" Ucapnya.
"Ada ongkos gak?" Tanyaku memastikan.
Aku tau kalau Sisi hanya dikasih uang jajan pas-pasan oleh mamanya. Beda dengan Siska, padahal mereka satu sekolah tapi Siska dikasih kendaraan pribadi sedangkan Sisi disuruh naik angkutan umum. Sempat terpikir olehku kalau Sisi ini anak angkat, tapi ku tepis pikiran itu karena wajah Sisi dan Erin mirip. Malah Erin dan Siska yang tidak mirip.
"Ada mba" Jawabnya.
"Ini buat jajan. Jangan ditolak karena aku gak suka ditolak" Langsung ku masukan ke kantong bajunya.
"Terima kasih mba tapi ini kebanyakan" Ucapnya.
"Gak papa untuk kalau misal kamu butuh beli alat praktek atau semacamnya. Mba gak bisa antar ya takutnya nanti mama kamu curiga" Sesalku.
"Gak papa mba, makasih sekali lagi mba. Aku pamit" Dia tak lupa menyalamiku. Aku menjadi canggung ketika seorang remaja mencium tanganku. Rasanya seperti aku ini sudah begitu tua.
"Mama udah selesai?" Arhan datang sambil menggendong kucing.
Sontak aku langsung menghindar karena takut terkena bulunya, atau bisa jadi ada bulunya yang beterbangan.
"Bawa jauh-jauh bang" Suruhku.
Arhan baru ingat dan langsung masuk lagi ke dalam menaruh kucingnya.
"Jangan lupa kibas-kibas bajunya biar bulunya gak nempel" Aku agak berteriak memberitahu Arhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Ficción GeneralMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.