Author Pov
Beberapa tahun kemudian
Anak-anak Almeera sudah tumbuh menjadi anak-anak yang tampan dan cantik. Mereka berempat saling menyayangi satu sama lain. Hubungan Almeera dan Alfandy juga terbilang masih sangat harmonis. Keduanya masih sering menghabiskan waktu bersama, walaupun hanya sekedar duduk berdua.
"Mas minggu depan Sisi mau menikah" Ucap Almeera ke Alfandy.
"Iya papa ingat ma" Jawab Alfandy.
"Gimana ya caranya minta restu ke papanya. Pasti papanya tidak akan memberikan restu. Kamu tau sendiri kan mas kalau orangtua Sisi membencinya. Bisa jadi papanya menghambat proses pernikahan Sisi" Jelas Almeera.
Sisi memang sudah jauh hari mengatakan kepada Almeera dan keluarganya kalau dia akan menikah. Sisi juga sempat beberapa kali menemui kedua orangtuanya di penjara untuk meminta restu dan izin. Akan tetapi papanya sangat menentang pernikahan Sisi. Dia bersikeras tidak mau merestui bahkan tidak mau menikahkan Sisi. Dia juga mengancam jika Sisi nekat menikah tanpa restu dia maka dia akan menuntut.
Sisi bukan tidak mau memperpanjang masalah ini. Bisa saja dia menggunakan wali hakim karena posisinya papanya di penjara. Akan tetapi Sisi tidak mau melakukan itu semua. Dia sangat ingin menikah dengan restu dari kedua orangtuanya.
"Besok kita temenin Sisi ke penjara lagi untuk meminta restu. Besok juga papa akan coba bernegosiasi dengan mereka. Papa kasian juga dengan Sisi, dia berhak bahagia setelah menderita selama ini ma" Ucap Alfandy sambil menarik kepala Almeera dan menyandarkan ke pundaknya.
Almeera mengangguk sambil merasakan nyamannya pundak suaminya.
Tanpa mereka ketahui kalau sedari tadi keempat anaknya rupanya mengintip. Sebenarnya bukan dikatakan mengintip karena posisi Almeera dan Alfandy pun bukan di kamar pribadi mereka. Alfandy dan Almeera duduk di halaman samping rumah.
"Mama!" Panggil Nayla.
Almeera langsung menoleh dan tersenyum melihat keempat anaknya.
"Sini" Panggilnya.
Keempatnya bergerak melangkah menuju Almeera dan Alfandy. Ayunan tempat Almeera dan Alfandy duduk pun sudah diduduki si kembar cewek. Sedangkan kedua kakaknya duduk di kursi sampingnya.
"Belum ngantuk nak?" Tanya Almeera lembut.
Beginilah Almeera, dia selalu bersikap lembut kepada semua anak-anaknya. Dia tidak pernah memarahi mereka karena menurut Almeera tugas memarahi suaminya dan tugas dia mengajarkan yang lainnya.
"Masih jam 8 mama" Jawab Naysa.
"Terus kenapa ke sini? Pr sudah?" Tanya Almeera lagi.
"Abang udah" Jawab Arfan.
"Abang gak ada pr ma" Jawab Arhan juga.
Sedangkan untuk si kembar cewek hanya diam. Mereka berdua belum Almeera masukan ke sekolah. Walaupun memang ada sekolah khusus anak usia 3 tahun, tapi Almeera tidak mau memasukkan anaknya ke sana.
"Mau susu" Ucap Naysa.
"Bentar ya mama buatin" Almeera hendak bergerak turun dari ayunan.
"Susu mama" Suara Naysa pelan menginstrupsi Almeera.
"Eh!" Kaget Alfandy.
Sedangkan Arfan dan Arhan tidak kaget karena mereka pun dulu umur segitu masih sering minta susu ke mamanya.
"Ya udah kamar yuk" Ajak Almeera.
Alfandy melongo melihat kedua anak kembarnya mengikuti Almeera masuk ke dalam. Sedangkan Arfan dan Arhan berpindah duduk di depan Alfandy.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Ficción GeneralMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.