Part 182

508 34 1
                                        

Alfandy Pov

Sejak sore tadi setelah aku memarahi Almeera dia berubah menjadi pendiam. Seperti malam ini saja saat makan malam dia hanya makan dengan tenang. Dia sama sekali tidak menggubris anak-anak yang berebutan makanan ataupun anak-anak yang makan sambil bicara.

"Pa, gimana nih?" Arfan mentoel lenganku.

"Udah gak papa biar aja mama diem dulu malam ini, besok kita kasih mama surprise" Jawabku berbisik juga padanya.

Kami kembali melanjutkan makan malam kami. Setelah selesai Almeera juga langsung beranjak dari duduknya dan berjalan menuju lantai atas.

"Papa sama abang bikin mama sedih ya?" Tanya Nayla yang rupanya menyadari juga mamanya diam saja.

"Eh gak ada, mana ada abang bikin mama sedih" Jawab Arhan.

"Mama lagi capek sama pusing aja itu, udah kalian ke kamar masing-masing. Gosok gigi dulu baru boleh nonton tv sebentar terus tidur ya" Ucapku ke Nayla Naysa.

Mereka mengangguk dan berlarian ke kamarnya.

"Jangan lari-lari!" Teriakku.

Mereka mengehentikan lariannya dan berjalan perlahan menaiki anak tangga. Aku khawatir mereka terpeleset dan jatuh.

"Bi!" Panggilku.

"Tolong diberesin ya bi" Ucapku ke bibi.

"Nak Ara masih ngambek ya nak?" Tanya bibi.

Mungkin dia penasaran juga karena biasanya Almeera akan membantu membersihkan meja makan dan kadang juga dia yang mencuci piring-piringnya.

"Masih diemi saya bi, mungkin ngambek karena saya tegur tadi. Tapi gak papa deh berarti rencana saya berjalan lancar" Jawabku.

Bibi manggut-manggut dan mulai membereskan meja makan. Aku juga membantu untuk membawakan mangkok yang lumayan besar dan berat.

Almeera Pov

Rasanya gini ya kalau habis dimarahin suami, biasanya aku marahin dia dan anak-anak. Berarti begini juga perasaan mereka selama ini habis aku nasehati sambil ngomel.

Aku menjadi tidak mood untuk melakukan kegiatan apapun itu. Untuk makan saja ku paksakan karena aku tidak mau sakit. Kalau aku sakit maka Mas Alfandy, bibi, Anggun dan Bu Yani kerepotan jaga anak-anak.

"Tok! Tok! Tok! Assalamualaikum, abang boleh masuk ma?" Entah itu Arfan atau Arhan karena suara mereka mirip.

"Waalaikumussalam, masuk aja bang" Jawabku.

Aku beranjak dari duduk di depan meja hias ke sofa yang ada di depan ranjangku.

Ternyata itu Arhan yang datang.

"Kenapa bang?" Tanyaku.

"Mama marah ya sama abang?" Tanya nya.

"Marah? Kenapa mama harus marah sama abang?" Tanyaku heran.

"Tapi mama diemin abang, abang gak bisa didiemin" Jawabnya.

"Gak sayang mama cuma lagi sakit gigi dikit aja makanya mama gak banyak ngomong" Jawabku berbohong.

"Okedeh kalau mama gak marah, abang ke kamar dulu ya ma mau bikin pr" Pamitnya.

Dia kembali menutup pintu kamar dengan pelan dan aku berniat ganti baju tidur.

Selesai berganti baju aku sudah melihat Mas Alfandy duduk bersandar sambil memainkan ponselnya di atas ranjang.

Aku melewatinya dan langsung menuju kamar Najwa untuk melihat apa dia sudah tidur atau belum.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang