Alfandy Pov
Sekarang kami tengah bersiap-siap untuk berangkat ke tempat yang sudah aku booking untuk merayakan ulang tahun Almeera. Almeera sudah bersiap bersama anak-anak.
"Adek udah siap ma?" Tanyaku ke Almeera yang tengah berdandan.
"Nana?" Tanya nya.
"Iyalah Nana kan anak bungsu kita Nana" Jawabku.
Kadang aku memang manggil Najwa dengan sebutan adek untuk mengajarkan anak-anak yang lain manggilnya adek.
"Oke berarti Nana anak bungsu ya mas" Jawabnya cepat kemudian beralih mencari kerudungnya.
"Eh gimana? Gak gak" Jawabku cepat.
Aku baru menyadari ucapanku kalau tadi salah sebut.
"Haha udah mas bercanda" Jawabnya sambil tertawa.
Aku tau aku egois jika memaksa kehendak mau menambah anak lagi. Tapi alhamdulilah Almeera baik dari kesehatan dia masih bisa.
"Aku liat anak-anak yang lain dulu ya, nanti aku tunggu di garasi" Jawabku.
Aku menuju kamar Arfan Arhan untuk melihat apa mereka sudah siap atau belum. Kalau untuk Nayla Naysa sudah ada Bi Minah yang membantu mereka bersiap.
"Udah siap bang?" Tanyaku sambil membuka pintu kamarnya.
"Assalamualaikum dulu pa" Jawab Arfan.
"Hehe iya lupa, assalamualaikum udah siap?" Tanyaku lagi.
"Waalaikumussalam. Bentar pa ini lagi sisiran" Jawabnya.
"Rambut abang udah pada panjang ya?" Aku mendekat dan meraba rambut Arhan yang belum bersisir.
"Iya udah panjang pa, besok libur potong ya nanti mama ngomel kalau ini rambutnya nutupin mata" Ucap Arhan.
Aku mengangguk mengiyakan karena anak-anak ini sangat patuh ke Almeera dan menghormati Almeera.
"Papa tunggu di mobil ya kalau udah siap langsung turun ajak Kak Lala sama Kak Sasa" Pesanku.
Mereka hanya mengangguk dan kembali menata rambutnya.
Aku menunggu di mobil sambil memanaskan mesinnya, karena sedari pagi memang tidak dipakai kemana-mana jadi lupa ku panaskan.
Almeera Pov
Selesai memakai hijab aku langsung ke kamar Najwa untuk mengambilnya sambil sekalian mengajak anak-anak yang lain ke bawah bersama.
"Assalamualaikum, Nana udah siap bi?" Tanyaku.
"Waalaikumussalam itu mama udah jemput, yeay pergi jalan-jalan" Bibi menggendong Najwa sambil berjalan ke arahku.
"Makasih ya bi, habis ini bibi gak papa balik ke belakang buat tidur biar nanti saya pulang buka pintu sendiri saya bawa kunci" Ucapku kepadanya takut kalau bibi menunggu kami pulang.
"Iya nak bibi pamit ya" Bibi mendahuluiku ke lantai bawah.
"Assalamualaikum, kak! Udah siap?" Aku mengetok kamar anak-anak perempuanku.
Tidak terdengar jawaban dari dalam dan aku yakin mereka sudah duluan ke bawah. Untuk lebih memastikan aku membuka pintu kamar dan memang kamar mereka kosong.
Lanjut aku cek kamar anak-anak laki-lakiku dan ternyata juga sudah kosong. Jadi aku langsung saja menuju garasi mencari mereka.
"Lah kosong juga" Ucapku ketika di garasi mereka tidak ada dan bahkan mobil Mas Alfandy juga tidak ada.
Tak lama terdengar sayup suara memanggil.
"Sini ma!" Aku menengok ke sumber suara.
Ternyata mobil sudah di depan bersiap berangkat dengan sudah masuk 4 personil lainnya.
"Tadi katanya suruh tunggu di garasi" Ucapku saat sudah memasuki mobil.
"Hehe sowi" Jawab Mas Alfandy sok imut.
"Udah jalan mas geli lama-lama liat muka kamu gitu" Ucapku.
"Idih geli" Jawabnya kemudian dia melajukan mobil keluar dari pekarangan rumah.
Tadi dia juga sudah berpesan ke Asep yang tugas jaga malam untuk mengunci gerbang setelah kami pergi dan jangan buka kalau bukan kami yang pulang.
"Mama liat ini Abang Alhan ambil jajan kakak" Omel Naysa yang terkadang masih cadel.
"Abang minta gak dikasih ma, lagian pelit sih gak kayak Lala tuh abang minta dikasih" Arhan malah membandingkan adiknya.
"Abang, Kakak" Panggilku pelan.
Keduanya langsung diam dan tak melanjutkan pertengkaran mereka tadi. Seketika hening di dalam mobil ini.
"Sama kamu langsung diem ya padahal cuma dipanggil doang" Ucap Mas Alfandy sedikit berbisik.
"Aku menakutkan mungkin bagi mereka" Jawabku asal sambil membuang pandangan keluar jendela.
"Eh kok gitu" Panik Mas Alfandy dia kira aku merajuk.
"Mama gak menakutkan kok, kakak sama abang-abang aja yang pada nakal jadi mama sering omelin, kalau kita gak nakal mama gak ngomel" Yang menyahut malah dari kursi belakang.
Aku menoleh melihat siapa yang bicara, balik lagi si kembar ber4 ini suaranya mirip-mirip.
"Maaf ya ma" Sekarang Nayla yang meminta maaf.
"Kakak juga minta maaf ya ma" Sambung Naysa.
"Abang juga, pdahal abang udah gede tapi sering ganggu adik-adik" Arhan.
Sedangkan Arfan hanya tersenyum melihat kelakuan ke3 adiknya.
"Eh kenapa malah lebaran ini pada minta maaf. Kita malam ini mau rayain ultah mama, jadi semuanya harus seneng" Mas Alfandy mencarikan suasana.
"Udahlah mama gak marah juga ngapain pada minta maaf" Jawabku menghibur mereka.
"Mama ulang tahun ke berapa ma?" Tanya Arhan.
Aku menoleh ke arah mereka.
"Ke 20 abang" Jawab Naysa sekenanya.
Seketika Mas Alfandy tertawa, entah itu tertawa meledek atau apa.
"Seneng?" Tanyaku.
Seketika Mas Alfandy langsung terdiam mendengar pertanyaanku.
"Salah kakak yang bener tu 25" Sambung Nayla.
"Eh mana ada 30 kan ma ya?" Sekarang yang menyahut Arhan.
Aku geleng-geleng saja bisanya karena gak habis pikir nih anak-anak ada-ada saja tingkahnya.
"Kalian ini gimana sih jadi anak, masa umur mama sendiri gak tau" Celetuk Arfan yang dari tadi diam.
"Lah emang abang tau?" Tanya Arhan.
"Mama ulang tahun ke 32 hari ini, itu aja gak tau" Jawabnya.
Aku tersenyum mendengar jawaban Arfan karena memang betul jawabannya. Sedikit terharu juga karena dia mengingatnya.
"Lah emang bener ma? Kok bisa 32? Tapi mama masih cantik gak tua" Tanya Nayla.
"Alhamdulillah kalau mama masih cantik dimata kalian" Jawabku.
"Iya mama memang cantik kok bukan dimata kita aja tapi dimata yang lain juga" Jawab Arfan sambil mengkode ke arah Mas Alfandy.
"Haha ada-ada aja kamu bang" Jawabku.
"Abang tau dari mana?" Nayla rupanya masih penasaran dari mana Arfan tau usiaku. Padahal ini mah lumrah aja karena dia sudah ma 10 tahun jadi pikiran lebih terasah.
"Kemaren mama kan pernah tanya Tante Arum kalau misal mama mau punya adek lagi diusia 32 bisa gak? Terus Tante Arum jawab bisa aja tapi mama belum 32 hari itu. Berarti sekarang kan 32 nya" Jawabnya.
Aku agak kaget dia tau rencana aku dan Mas Alfandy mau tambah momongan.
Author Pov
Setelah berbincang riang mereka akhirnya tiba di sebuah restoran yang sangat megah. Kami masuk disambut dengan beberapa orang pelayan dan yang bikin Almeera aneh lagi yaitu pelayannya semua perempuan tidak ada yang laki-laki.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Ficção GeralMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.