Alfandy Pov
Kelakuan Erin makin lama semakin menjadi-jadi, kemaren ajak teman-temannya renang disini tanpa busana sekarang dia kembali mengajak teman-temannya ke rumah dan malah pesta minuman.
Aku awalnya tidak tau karena sedang dinas malam, tapi tiba-tiba ditelpon sama bibi dan satpam di rumah. Erin ini seperti tidak memikirkan anak yang dia kandung. Ada saja kelakuan yang dia buat.
"Keluar semua!" Teriakku saat sudah ditempat mereka party ini.
Erin yang sempoyongan menghampiri ku dan menarik tengkukku.
"Eh sayang kamu udah pulang" Dia dalam keadaan mabuk.
Semua temannya juga berhamburan keluar, beberapa dari mereka ada yang mabuk berat sampai-sampai harus digendong.
"Bi! Bibi!" Teriakku.
"Iya den" Bibi masih memakai mukenah.
"Bibi sholat?" Tanyaku.
"Gak den tadi lagi ngaji aja kebetulan belum buka mukenah. Ada apa den?" Tanya nya.
"Tolong buatin susu putih ya bi bawain ke kamar" Pintaku.
Aku kemudian menggendong Erin ke kamar karena dia sudah sangat mabuk.
"Baik den" Bibi juga kembali ke dapur.
Tubuh Erin sudah lumayan berat karena kehamilannya sudah memasuki bulan kelima. Aku khawatir terjadi apa-apa dengan anak kami. Erin ini sama sekali tidak perduli dengan anaknya.
"Sayang cium" Erin mengigau.
"Assalamualaikum den ini susunya" Bibi menyerahkan susu putih yang dibuatnya.
"Waalaikumussalam, makasih bi. Oh iya bibi istirahat aja itu yang di luar besok aja diberesin sekarang udah larut" Ucapku ke bibi.
Takutnya dia bereskan malam ini juga kan kasian itu berantakan sekali dan hari sudah larut malam.
"Sayang ini minum dulu" Kebetulan susunya hangat jadi bisa langsung minum.
"Ih apa ini" Erin ingin mendorong gelasnya tapi dengan cepat aku singkirkan.
Ku paksa Erin untuk minum dan dia tiba-tiba seperti akan muntah. Langsung ku gendong lagi ke kamar mandi. Akhirnya dia muntah banyak di wastafel.
"Lain kali jangan gini lagi Rin. Aku khawatir sama keadaan kamu dan anak kita" Ku usap perutnya yang sudah buncit.
Erin menepis tanganku dan berjalan mendahului ku menuju ranjang.
Saat aku kembali ke kamar Erin sudah tidur dengan memeluk gulingnya. Ku usap kepalanya dan ku cium dia. Aku harus kembali ke rumah sakit karena memang jadwalku dinas malam.
Tak lupa aku titip rumah ke pak satpam dan gak ngebolehin siapapun masuk rumah kecuali keluarga. Aku juga berpesan ke satpam komplek untuk tidak sembarang memasukan orang asing ke perumahan.
Almeera Pov
Alhamdulillah kondisi Ria makin hari semakin membaik. Hari ini Ria sudah dibolehkan untuk pulang ke rumahnya. Alhamdulillah juga Ria kuat dan tabah sekali dengan keadaan. Dia bahkan tidak meraung-raung menangisi kepergian anak yang baru dia lahirnya. Begitu kuat hatinya, lain denganku kalaupun itu terjadi padaku mungkin aku sudah gila.
"Tolong baju aku Ra di dalam rak sana" Pinta Ria.
Ya sekarang aku sedang menemani nya beberes untuk pulang. Kebetulan anak-anak sedang sekolah dan juga suami Ria sedang mengajar, sedangkan orangtua Ria harus pulang ke asalnya karena adik-adiknya harus sekolah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
Художественная прозаMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.