Alfandy Pov
Sepertinya sekarang bukan waktu yang tepat untuk memberitahu Almeera tentang masalahku. Lebih baik aku selesaikan urusan ini berdua papa saja dulu.
"Bi! Bi Minah!" Almeera teriak-teriak.
Biasanya dia mengucapkan salam tapi kali ini dia masuk langsung teriak-teriak.
"Maaf nyonya, iya saya" Bi Minah masih memegang spatula, sepertinya sedang goreng sesuatu.
"Kenapa teriak-teriak sih Ra?" Mama juga muncul di belakang bibi.
"Mama kapan nyampenya? Maaf tadi Ara keluar" Almeera menyalami mama.
"Baru aja ini, kamu dari mana aja?" Tanya mama.
Belum sempat Almeera menjawab mama sudah melihat ke arah si kembar. Keduanya mulai merengek ke neneknya.
"Astaghfirullah ini kenapa?" Mama menghampiri kedua cucunya.
"Ini dikerjain anak-anak luar komplek tante. Sepeda mereka direbut terus Arfan dicakar sama Arhan diseret diaspal" Ria yang menjawab.
"Astaghfirullah! Kurang ajar! Mana itu anak-anak yang bandel itu!" Mama terbawa emosi.
"Ma tenang ma, duduk sini dulu" Ajak Almeera.
Almeera rupanya masih bisa menahan emosinya. Aku pikir tadi dia akan mengomel lagi bersama mama.
"Sakit nek" Arhan merengek.
"Astaghfirullah sayang, sini kita bersihin" Mama membawa kembar ke dalam untuk dibersihkan.
"Bantuin mama bi, maaf aku gak bisa bantu masih emosi" Ucap Almeera.
Bi Minah kembali mengekori mama dan menggandeng Arfan.
"Sabar ma" Aku mengusap pundaknya agar dia bersabar.
"Mau sabar gimana lagi Alfandy, itu anak-anak nakal itu udah keterlaluan. Masa waktu aku sama Ara suruh minta maaf malah ngeledekin. Itu lagi satu ibu-ibu mereka pada gak mau anaknya disalahin" Ria masih kelihatan emosi.
"Kok jadi kamu yang emosi banget Ria" Tegur papa.
"Gimana gak emosi om, noh liat tadi baju Arfan Arhan robek, lengan Arfan luka cakar terus kaki sama lengan Arfan luka goresan. Ih pengen aku robek-robek juga rasanya mulut anak-anak nakal itu" Dumel Ria.
"Haha udah jangan emosi banget" Papa duduk di samping Ria.
"Sepeda anak-anak tadi udah papa bawa ke bengkel karena rodanya pengkang dan ada bagian yang patah. Itu mau diperbaiki apa dijual aja di sana?" Tanya papa.
"Jual aja udah pa Ara gak mau anak-anak keinget lagi kalau liat sepeda itu" Almeera yang menjawab.
"Ihh!" Tiba-tiba Ria teriak.
"Kamu kenapa Ri?" Tanya Almeera.
"Aku masih gedeg Ara Ara kimochi!" Jawabnya.
"Ya udah malam ini papa sama Al ke rumah ketua RT di sana, kita panggil orangtua semua anak-anak itu dan selesaikan dulu secara kekeluargaan. Untuk anak-anak yang orangtuanya mau minta maaf ya kita maafin tapi untuk yang gak kita bawa aja ke ranah hukum. Papa juga gak mau biarin begitu aja, hari ini ya cuma lecet doang enggak tau besok-besok karena mereka mungkin dendam ke Arfan Arhan karena tadi di datangin kalian" Jelas papa.
Ada benarnya juga ucapan papa, kalau gak dikasih efek jera anak-anak seperti mereka akan terus berbuat seenaknya.
"Tapi gak usah nanti malam deh pa, besok pagi aja kan besok juga libur. Sepertinya orangtua anak-anak tadi juga besok pasti di rumah" Jawab Almeera.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anakku Bukan Anakmu
General FictionMenceritakan seorang istri yang diusir karena tidak bisa memberikan anak untuk suaminya. Tetapi setelah diusir dia baru mengetahui kalau dia hamil.