Part 117

1.3K 79 5
                                        

Author Pov

Arumi sudah berdiskusi dengan Anisa untuk tindakan lebih lanjut atas kandungan Anisa. Arumi memberi saran agar Anisa operasi dalam minggu ini tanpa menunggu minggu-minggu selanjutnya. Anisa setuju dan dia akan memberitahu Nanda hal ini.

Tapi Arumi memberitahu Anisa kalau setelah operasi melahirkan anak keduanya, Anisa akan di operasi kedua untuk pengangkatan rahim. Rahim Anisa sudah tidak berfungsi semestinya.

Anisa juga sudah pasrah kalau hal itu memang harus dilakukan. Dia cukup bersyukur dengan Ira dan calon anak keduanya.

"Mba sama Rahma pulang dulu ya Nis, takut Farish nangis nyariin" Arumi berpamitan.

"Iya mba, mba sama Rahma hati-hati dijalan ya. Salam sama Kak Bagas dan anak-anak di rumah" Jawab Anisa.

Arumi mengendarai mobilnya menuju kembali ke rumahnya. Dia sepanjang jalan terpikirkan juga akan hal Anisa. Dia juga merutuki dirinya yang tak menyadari sedari awal kelainan kandungan adiknya sendiri. Dia seorang dokter kandungan yang menyelamatkan beberapa ibu dan bayi sedangkan untuk adik kandungnya sendiri dia hampir lupa.

"Mama jangan melamun" Rahma menepuk pundak Arumi yang menyetir sambil melamun.

"Eh iya kak" Arumi kembali ke alam sadarnya.

"Kita langsung ke rumah Tante Ara kan ma?" Tanya Rahma.

Arumi hanya mengangguk setelah melihat jam di ponselnya. Pikirnya masih punya cukup waktu untuk ke rumah Almeera kemudian pulang sebelum anak tengahnya pulang mengaji.

"Mampir beli roti kak" Arumi memarkirkan mobilnya disalah satu toko roti.

Mereka memilih beberapa jenis roti dan membungkusnya terpisah. Satu bungkusan untuk dibawa ke rumah Almeera dan satu lagi untuk dibawa pulang. Kebetulan toko roti ini adalah cabang dari toko roti yang dulu tempat Almeera bekerja.

"Ini aja Bu rotinya?" Tanya kasir.

"Iya mba, tapi bedain kantongnya ya ini dan ini" Arumi menunjuk roti-roti yang sudah dia taruh terpisah.

"Ma! Mama!" Rahma menepuk pundak Arumi.

"Kenapa kak? Masih mau lagi? Gih ambil yang mana kakak mau mama tungguin" Jawab Arumi.

"Bukan itu" Jawabnya.

"Terus apa kak?" Tanya Arumi lagi.

"Itu! Noh! Itu!" Rahma menunjuk ke seberang jalan.

"Itu mirip" Ucapan Arumi terpotong.

"Tante Sisi ma, Adeknya Tante lampir" Jawab Rahma antusias.

"Astaghfirullah iya bener itu Sisi. Kamu tunggu sini bayar belanjaan, mama mau nyusul ke sana" Arumi bergegas menuju tempat di mana Sisi berdiri.

Sedangkan Sisi yang diseberang sana menyadari kalau Arumi berjalan ke arahnya. Dia buru-buru berlari untuk menghindar. Sisi sama sekali tidak mau bertemu keluarga besar Syarif karena dia merasa menjadi beban saja diantara mereka.

"Sisi tunggu mba!" Teriak Arumi.

Sisi terus berlari dan tak lama dari itu dia naik ke sebuah ojek dan pergi. Arumi menatap kepergian Sisi. Dia juga bertanya-tanya kenapa Sisi tidak mau ditemuinya.

"Ketemu ma?" Tanya Rahma yang akan memasukkan belanjaan ke mobil.

"Tante Sisi nya lari begitu liat mama. Kenapa ya kak kira-kira? Dia keliatan banget ngindarin mama" Tanya Arumi ke anaknya.

"Mungkin ada masalah atau hal yang kita belum tau ma. Udah mama gak usah dipikirkan, ayok ma kita ke rumah Tante Ara" Ajak Rahma.

Arumi memasuki mobilnya dan mulai berkendara ke jalan arah rumah Almeera.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang