Part 12

3.4K 114 1
                                        

Almeera Pov

Selama di acara ini aku selalu jadi topik bahasan ibu-ibu ini. Kadang berhenti beberapa menit kemudian nyambung lagi.

Seperti halnya saat ini, padahal kami sudah mau pulang karena sudah lumayan malam. Tapi karena mertua Anisa dan mertua Mba Arumi masih di sini jadi kami masih duduk sebentar.

"Kamu umur berapa sih Almeera?" Tanya mertua Mba Arumi.

"24 tahun tante" Jawabku.

"Eh panggil mama aja biar samaan kayak Arumi" Jawabnya.

"24 itu udah mateng loh untuk punya anak. Rahimnya juga udah siap itu, ya kan Rum?" Tambahnya lagi sambil melirik ke Mba Arumi.

Aku tidak tau apa yang ada dipikiran Mba Arumi, tapi dia dari tadi terus menatapku.

"Eh iya 24 itu udah bagus rahimnya kalau mau punya anak. Kamu juga sehat dan Al juga sehat" Jawabnya sedikit kaget.

"Buruan gih punya anak biar di rumah ada mainan kalau capek pulang kerja" Sahut Papa mertua Mba Arumi.

Disini aku cuma bisa senyum dan mengangguk saja, sedangkan Mas Alfandy dia sibuk bermain dengan anak-anak Mba Arumi.

"Rahma sama Lea tidur gih udah mau jam 9 ini" Suruh suami Mba Arumi.

Mereka menurut dan berpamitan pada kami semua. Tidak lupa mereka mencium pipiku.

"Anak-anak sayang banget ke tantenya yang ini ya. Gemesin banget" Ucap Anisa yang baru bergabung lagi setelah menidurkan anaknya.

"Ira sama siapa Nis?" Tanya mama.

"Ada papanya itu, udah kecapekan ma jadi aku suruh aja sekalian tidur" Jawabnya.

"Al sama Ara gak usah pulang tidur disini aja. Besok kamu masuk siang kan Al? Ara juga kerja masuk jam 9 kan? Gak usah pulang ya" Pinta mama nya.

Aku hanya diam dan memandang Mas Alfandy. Dia balik melihatku.

"Iya ma" Aku agak kaget dia mengiyakan.

Apa dia mau tidur seranjang denganku? Karena tidak mungkin di rumah ini kami tidur pisah kamar.

"Tidur di kamar lama kamu ya. Ara nanti mama anterin baju gantinya" Aku hanya mengangguk.

Setelah beberapa menit lagi kami bercerita, mertua Anisa dan mertua Mba Arumi pamit pulang. Kami juga masuk ke kamar masing-masing.

Sampai di kamar aku bingung mau ngapain. Aku hanya duduk di kasur, karena ini kamar Mas Alfandy dulu jadi tidak ada meja riasnya. Hanya ada lemari yang terletak dibawah tv tempat dia menaruh barang-barangnya.

"Assalamualaikum, Mba Ara ini bajunya. Aku ke kamar ya takut Ira bangun"

"Waalaikumussalam, makasih ya Nis" Ucapku.

Kemudian aku masuk ke kamar mandi untuk berganti pakaian.

Aku membaringkan badanku ke kasur dan mencari hpku. Memang jadi kebiasaan setiap sebelum tidur aku bermain hp dulu.

"Itu di kamar mandi bra kamu?" Aku kaget tiba-tiba Mas Alfandy sudah berada di kamar.

Dan lebih kagetnya lagi aku lupa kalau sekarang bukan di rumah kami. Aku memang kebiasaan tidur tidak memakai bra.

"Iya mas" Jawabku pelan.

"Kenapa di lepas? Udah gak muat? Nambah ukuran?" Tanya nya sambil naik ke atas ranjang.

Aku makin deg-degan ketika dia naik ke ranjang.

"Bu bukan gi gitu. Memang udah kebiasaan kalau tidur di lepas. Biar sirkulasi peredaran darah lancar" Jawabku.

"Ohh, kirain udah nambah ukuran. Gila aja nambah ukuran siapa yang mupuk" Ucapnya sambil mengambil posisi tidur membelakangiku.

"Aku bukan wanita murahan ya, belum ada satu orang laki-laki yang menyentuhku!" Ucapku marah.

Wajar kalau aku marah seperti ini karena secara tidak langsung dia menuduhku main belakang.

"Kok nge gas? Aku cuma ngomong. Ya kalau gak alhamdulilah berarti masih ori semua" Jawabnya lagi.

"Aku gak tau ya kamu mikir apa tentang aku, tapi 1 hal yang kamu harus tau. Aku bukan wanita murah yang bisa sama siapa aja. Aku menjaga tubuhku dan kesucianku hanya untuk suami yang halal menjamahnya! Kamu gak ada hak untuk mengatakan hal seperti itu!" Aku duduk di atas ranjang saat mengatakannya karena aku sudah terlanjur emosi.

"Jadi? Kamu menjaga untuk suami mu?" Dia juga bangun dan mendekatiku.

Aku mundur dan menarik selimut menutupi tubuhku.

"Kenapa ditutup? Aku suami kamu, kamu halal untukku. Bukannya tadi kamu bilang tubuhmu dan kesucianmu halal untuk suamimu? Aku suami kamu" Dia menekankan kata suami padaku.

"Menjauh!" Bentak ku.

"Kenapa?" Dia makin mendekat.

Aku terbaring karena takut dengan dia yang makin mendekat.

"Kamu dengar kan tadi semua orang menanyakan anak pada kita? Sekarang kita bisa cicil untuk membuatnya" Dia mengendus leherku.

Aku merasa napasku makin memburu, terasa sesak juga dibagian dadaku.

"Jangan tegang, ini tidak akan menyakitimu" Dia menarik selimut dan membuangnya ke bawah ranjang.

"Tubuh kamu bagus juga ya. Kenapa selama ini pakai yang longgar?" Tanya nya.

Aku hanya diam dan masih berusaha mengatur napasku.

"Aku mohon jangan" Aku sudah ketakutan.

Bukan aku tidak mau melayani suamiku, tapi aku benar-benar tidak siap untuk melakukannya sekarang.

"Kamu lagi masa subur kan? Kalau gitu kita buat sekarang biar cepat jadinya" Dia membuka kancing baju tidurku.

Aku mulai merasa angin ac menerpa kulit dadaku. Ku lihat bajuku sudah hampir setengah terbuka kancingnya.

"Jangan!" Aku mendorongnya dan dia terjatuh ke samping.

Buru-buru ku rapikan bajuku dan ku kancing kembali.

"Gede juga ya" Dia kembali berbicara yang membuatku makin takut.

"A a aku belum siap" Jawabku.

"Siap atau tidak siap aku sudah tidak tahan" Dia langsung menimpaku dan mulai menjamah bagian dadaku.

"Sakit" Ucapku ketika dia meremasnya dengan keras.

"Ini akan menjadi nikmat kalau kamu rileks. Santai saja, aku suami kamu dan halal bagiku menggaulimu" Ucapnya masih sambil meremas dengan kuat dadaku.

Dia menciumi seluruh muka dan leherku. Dia juga menciumi bagian dadaku dan sesekali menggigitnya. Aku benar-benar tidak tau harus berbuat apa. Disatu sisi aku takut, disisi lain tubuhku merespon perbuatannya.

"Aku udah gak tahan, jangan salahkan aku kalau besok kamu tidak bisa berjalan. Salahkan tubuhmu kenapa begitu menggodaku" Dia membuka seluruh pakaianku dan juga pakaiannya.

Aku bertambah takut ketika melihat benda yang tak pernah ku lihat sebelumnya. Aku membayangkan betapa sakitnya benda itu memasuki ku.

"Sakit mas, tolong berhenti" Aku terus memohon padanya saat dia berusaha menyatukan bendanya padaku di bawah sana.

"Ahh!! Kamu sekarang sudah menjadi istriku yang sesungguhnya" Ucapnya kemudian terus menggagahi ku hingga aku pun tak sadar berapa lama dia melakukannya. Aku tertidur karena merasa kelelahan dan sudah tak sanggup untuk bangun.

Anakku Bukan AnakmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang