Saat dokter Hide libur mereka sering keluar membawa Hiroi jalan-jalan kemana saja. Apapun yang diminta Hiroi sebisanya dikabulkan dokter Hide, kadang Ayumu memintanya jangan terlalu memanjakan anaknya tapi dokter Hide sama sekali tidak mendengarkannya. Dia benar-benar melakukan apapun yang diminta sang anak.
Kedua ayah dan anak itu memang sudah cocok dan merasa nyaman satu sama lain karena itu mereka sangat akrab melebihi Ayumu dengan Hiroi.
Keduanya berbincang dengan cerianya meninggalkan ibunya yang tidak mengerti sama sekali perbincangan mereka.
Dia sedikit kesal ditinggalkan begitu. Dia pun ikut perbincangan mereka dan tetap tidak mengerti apalah yang dibicarakan mereka.
Dia pun menatap langit yang sudah menjatuhkan hujannya serta petir dan kilat terlihat, terkadang suara guntur terdengar keras dalam cafe tersebut.
"Hujannya lebat sekali,"
Gumamnya kecil. Lamunannya tersadar setelah mendengar suara telepon dokter Hide. Dia pun segera mengangkatnya. Ayumu hanya terdiam, dia melihat anaknya sedang makan cake sampai mulutnya belepotan. Dia mengelapnya dengan tisue.
"Makannya pelan-pelan sayang,"
Pesannya, Hiroi tertawa pada ibunya. Dia pun mengusap kepalanya.
"Ayumu, aku harus ke rumah sakit."
"Ada apa?"
"Ada operasi dadakan dan aku dibutuhkan di sana."
"Aku mengerti. Pergilah, kami bisa pulang sendiri."
"Baiklah, hati-hati."
"Kau juga hati-hati, jangan panik."
"Aku tahu, aku pergi dulu."
Ucapnya pergi dengan cepat.
Padahal sudah sekian lama mereka baru bisa kumpul bersama, tapi kerjaannya berkata lain.
Setelah selesai makan dia pun menelepon taksi untuk menjemputnya.
Saat mereka memasuki gedung terdengar bunyi yang keras membuat mereka kaget. Segera Ayumu masuk ke dalam lift untuk naik ke lantai atas apartemen dokter Hide berada. Dia memeluk Hiroi karena kaget tadi.
"Sudah tidak apa-apa, kita akan segera sampai di rumah."
"Aku takut mama,"
"Iya, iya. Ada mama di sini jangan takut."
"Hm.."
Dia memeluk ibunya dengan erat.
Satu lantai lagi mereka akan sampai di tempat tujuan tapi tiba-tiba liftnya berhenti dan lampu di dalamnya langsung mati total membuat kegelapan di dalamnya.
Beberapa orang di dalamnya berteriak histeris karena kaget.
"Apa yang terjadi?"
"Kenapa semuanya jadi gelap?"
"Liftnya berhenti!"
"Liftnya berhenti! Hubungi bantuan!"
"Aku mencobanya tapi tidak bisa!"
"Lalu bagaimana?!"
Mereka mulai beragumen karena panik. Ayumu memeluk anaknya dengan erat.
"Tutup matamu sampai mama bilang buka okey?"
"Hmm.."
Jawabnya menutup matanya. Ayumu hanya diam melihat mereka beragumen. Beberapa orang menyalakan lampu dalam hp masing-masing kecuali Ayumu yang tidak punya benda seperti itu.
Dengan begitu tempat tersebut jadi terang.
Mereka pun menghubungi orang luar lewat hp yang untungnya masih ada signal.
"Apa?! listrik utamanya mati?! lalu bagaimana dengan kami yang dalam lift?!"
Marah seorang pemilik apartemen setelah mendengar kabar buruk ini dari petugas.
"Lakukan secepatnya! Kalian tidak bisa membuat kami menunggu lama di dalam sini! Di sini banyak orang dan anak-anak! Jangan membuat kami menunggu lama di sini! Hallo! Kalian dengar! Hallo!"
Pekiknya panik karena signal juga ikut hilang pada akhirnya.
Mereka semakin panik karena berita buruk ini.
"Mereka bilang tidak tahu kapan bisa memperbaiki listriknya!"
"Bagaimana sekarang?! Apa yang harus kita lakukan?!"
"Apa yang bisa dilakukan? Kita harus menunggu!"
Pekiknya dan mereka terlihat kecewa dan frustasi. Mereka pun duduk berjauhan satu sama lain. Ayumu tidak bersuara sama sekali.
Karena dia tahu jika semakin banyak berbicara maka oksigen akan semakin sulit mereka dapatkan. Yang lain pun diam karena sudah menyerah dan tidak ada lagi tenaga buat bertengkar.
Mereka sudah lama terkurung dalam ruangan tanpa udara. Semakin lama maka oksigen semakin sulit mereka dapatkan, apalagi di dalam ruangan ini berjumlah 7 orang termasuk anak-anak. Mereka harus berbagi dengan oksigen yang ada.
Tiba-tiba salah seorang wanita pingsan membuat mereka panik. Mereka pun segera memberi mereka ruang lebih besar dan justru menghimpit Ayumu dan Hiroi dalam sudutan.
"Mama.."
"Iya sayang?"
"Hiroi..sulit bernapas.."
Ucap anaknya membuatnya panik.
"Hiroi? Hey Hiroi kau dengar mama? Hiroi! Jangan tidur!"
Paniknya meminta anaknya tidak terlelap. Tapi Hiroi benar-benar sudah tidak bertenaga dan dia sulit mendapatkan oksigen.
"Menyingkir! Kalian menyingkir dari sini!"
Pekik Ayumu mengusir mereka yang dekat dengannya agar anaknya tidak terlalu panas karena di kelilingi.
Semuanya menjauh karena tahu yang dialami anaknya. Yang lain juga demikian, seorang gadis kecil itu justru sudah pingsan duluan dari Hiroi.
"Hiroi!! Bangun! Hiroi!!"
Panggilnya dan Hiroi tidak lagi bersuara. Barulah Ayumu terlihat panik. Dia mengguncang sedikit anaknya tapi tubuh anaknya jadi lunglai.
"Hiroi! Buka matamu kumohon! Hiroi!!"
Paniknya.
"Buka pintunya! Buka!!"
Pekiknya menendang pintu besi tersebut. Semuanya hanya diam karena sudah tidak memiliki tenaga lebih. Lebih banyak bergerak semakin membuat mereka lelah.
"Buka pintunya!! Kumohon! Selamatkan Hiroi!!"
Pekiknya frustasi dan berlutut. Hiroi tidak lagi bergerak sama sekali.
Ayumu menangis karena melihat anaknya yang sekarat.
Dia juga mulai kehilangan kesadarannya karena kekurangan oksigen. Berjam-jam mereka menunggu pintu terbuka tapi tetap saja belum ada harapan. Satu persatu lampu flash android mereka padam dan menjadi gelap. kegelapan menyelimuti tempat tersebut.
p.s (Oh yah Tsuki nih lagi mau rayain imlek, mungkin postnya agak jarang yah hahahaha tapi tetap Tsuki post kok kalau senggang)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.