Saat Rinka duduk sendirian tiba-tiba ada seseorang menghampirinya. Dia menyapa Rinka dan juga sebaliknya, orang ini bisa berbahasa sama dengan Rinka jadi dia bisa membalasnya.
"Akhirnya aku bisa bertemu dengan orang yang mengerti bahasaku."
Ucapnya senang karena dari tadi dia hanya diam.
"Iya, ibuku yang mengajarinya. Kau kenapa sendirian di sini? Siapa yang membawamu?"
"Aku tidak bisa berbahasa seperti mereka jadi aku hanya bisa diam. Dia sedang sibuk menyapa tamu jadi aku hanya sendiri."
Jawabnya tanpa mengatakan posisinya, bisa gawat jika ketahuan sebelum diumumkan secara resmi.
"Kalau begitu mau jalan-jalan keluar? Aku bosan di sini, terlalu ramai."
"Ta-tapi..Aku tidak bisa pergi.."
"Tidak apa-apa, ayo ikut aku!"
Ucapnya menarik paksa Rinka pergi dari acara ramai tersebut.
Rinka yang juga bosan pun mengikutinya tanpa tahu dimana akan dibawa.
Tapi tempat yang diperlihatkan pria ini sangatlah bagus dan indah.
Halaman luas penuh dengan tanaman bunga, ada tempat bersantainya juga. Halamannya sangat terang karena cahaya lampu. Mereka pun duduk berduaan sambil minum minuman yang dibawa pria ini. Dia kembali ke dalam ruangan membawa 2 botol minuman dan berpesta berdua dengan Rinka. Rinka pun tidak menolak pemberian pria ini sampai dirinya pun mabuk.
Dia tidak bisa bangun lagi setelah menghabiskan dua botol minuman ini, walau tidak semuanya masih dibantu pria ini tapi Rinka meminumnya lebih banyak dari pria ini.
Dia benar-benar mabuk,
"Hey Rinka, kau sudah mabuk?"
"Aku tidak..."
Balasnya sambil bergumam.
Saat dia ingin menyentuhnya dia kembali teringat, dia tidak tahu dengan siapa Rinka datang, bagaimana dia bisa mencari orang tersebut untuk membawa Rinka pulang?
"Gawat!"
Pekiknya frustasi.
"Apa boleh buat, aku akan mencarinya dulu. Tunggulah di sini sebentar."
Ucapnya buru-buru masuk ke dalam lagi dan bertanya adakah yang kenal dengan Rinka dengan memilih orang berkulit putih yang ditanya karena dia tahu Rinka bukan dari negaranya. Karena tidak dapat menemukan kenalan Rinka dia pun kembali ke tempat semula.
Dia menghela napas dan melihat Rinka masih terlelap, bagaimana bisa dia bertanya padanya??
"Atau kubawa pulang saja? Besok baru mengantarnya pulang, setelah tahu dimana dia tinggal."
Gumamnya, hanya itu jawaban yang dia dapat sekarang.
Dia pun membopong Rinka dan setelah beberapa langkah, dia terkejut dengan seseorang berdiri menghadang jalannya.
Dia pun menengadahkan kepalanya ke atas melihat sosok tersebut.
Dia benar-benar tidak pernah menduga orang itu adalah sosok raja yang baru dinobatkan.
"Yang mulia, selamat malam."
Sapanya dan memberi hormat.
Maliq menatapnya dan kemudian menatap Rinka yang tidak sadar.
Matanya tidak lepas dari Rinka membuatnya sangat bingung.
"Maaf yang mulia, aku permisi dulu untuk membawa temanku pulang."
Pamitnya dan raut wajah Maliq berubah dengan cepat.
"Kembalikan Rinka padaku!"
Marahnya mengambil Rinka dengan kasar. Kini Rinka sudah dalam pelukannya. Dia sudah mencarinya kemana-mana, setelah menemukannya dia malah mabuk-mabukkan dengan orang asing?!
"Apa dia kenalan anda yang mulia?"
"Lebih dari kenalan! Jangan menyentuhnya!"
Pesannya dan menggendong Rinka pergi. Pria ini jadi bingung dan kaget, ternyata Rinka adalah kenalan sang raja.
Maliq melemparkan Rinka ke kasurnya dan menindihnya.
Tapi Rinka masih terlelap.
Maliq jadi kesal sendiri.
"Mau sampai kapan kau tidur!"
Marahnya dan Rinka hanya bergumam tidak jelas tetapi matanya masih tertutup.
"Jadi kau akan tetap tidur? Oke! Jangan salahkanku nanti!"
Marahnya melucuti pakaian Rinka dan mulai menciumnya.
Rinka meresponnya dengan gumaman membuat Maliq tersenyum senang.
"Kau bisa merasakannya yah, oke aku tidak akan segan-segan lagi."
Senyuman jahat yang selalu dibuat saat ingin melakukan sesuatu pada pasangannya. Dan terjadi..
Paginya, Rinka terbangun dia merasakan tubuhnya sakit dan kepalanya juga terasa berat.
"Uh..Kepalaku sakit sekali.."
Gumamnya. Dia melihat Maliq tidur nyenyak di sampingnya dan kemudian menatap dirinya yang sudah telanjang serta bekas cupangan dimana-mana.
"Maliq!!!!"
Teriaknya memukul Maliq dengan bantal membuatnya terbangun.
"Ada apa? kenapa marah-marah dipagi buta begini?"
"Apa yang sudah kau lakukan padaku?!"
Marahnya, tubuhnya terasa sakit.
Maliq tertawa,
"Apa kau lupa apa yang kita lakukan semalam?"
Tanyanya balik dan tentu saja Rinka tidak tahu. Dia dalam keadaan tidak sadar tapi masih bisa bergumam nikmat.
"Kita semalaman melakukannya, kau mengerang nik.."
Sebelum dia selesai bicara, bantalnya Rinka tekan ke wajah Maliq,
"Mengambil kesempatan dalam kesempitan!"
Marahnya dan menekan bantalnya dengan keras, tidak lama kemudian Maliq tidak bergerak membuat Rinka berhenti.
Dia menarik kembali bantalnya dan melihat Maliq tidak bergerak serta matanya juga tertutup.
"Maliq?"
Panggil Rinka tapi Maliq tidak meresponnya.
"Maliq! Maliq! Kau dengar aku? Maliq!"
Panggil Rinka panik, dia mengguncang tubuh Maliq dan terlihat khawatir.
"Maliq! Bangun! Jangan mati!! Maliq! Aku tidak akan marah padamu! Bangun Maliq!"
Teriaknya frustasi karena Maliq sama sekali tidak merespon.
"Maliq! Bangun! Aku tidak lagi marah padamu! Jadi cepat bangun! Aku tidak mau jadi pembunuh! Aku bisa dihukum pancung!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.