Hari-hari berat Mikoto kembali berlanjut, setidaknya dia bisa bersama Eirin.
Mikoto datang ke kantor Eirin yang sedang sibuknya, dia melihat Eirin tertidur di sofa karena lelah,
Dia mengusap wajah tidurnya dan membuatnya terbangun.
"Ada apa? kau terlihat lelah?"
"Aku merasa sangat capek.."
Jawabnya kembali menutup matanya.
"Kau sudah bekerja terlalu keras."
Ucap Mikoto.
"Kau juga sudah berjuang, jadi aku juga harus berjuang."
"Tapi jangan membuatmu sampai sakit begini,"
"Aku hanya merasa lelah, itu saja."
Tiba-tiba Sato datang dan melihat mereka sedang bermesraan dan saling menatap satu sama lain di sofa. Tangan Mikoto masih mengusap wajah Eirin.
"Ketua? Kenapa anda di sini?"
"Oh Sato! Aku datang melihat Eirin, dia tidak terlihat sehat sepertinya."
"Itu karena dia bekerja siang dan malam! Dia tidak mau mendengarkanku dan terus melakukan kerjaannya."
"Iya, dia juga mengurusku di rumah, pasti susah juga. Apa yang bisa kubantu? Akan kulakukan tugasnya."
"Aku bisa melakukannya."
"Kau istirahat saja, serahkan semuanya padaku."
Ucap Mikoto pada Eirin. Dia pun duduk di kursinya dan mulai melihat dokumen.
"Kalau tidak jelas tanyakan padaku."
Balas Sato.
"Terima kasih,"
Jawab Mikoto. Sato pun duduk di kursi dan membaca dokumen miliknya sendiri, Eirin kembali terlelap dalam beberapa saat. Dia benar-benar lelah sekali karena kerja terus menerus tanpa istirahat.
Setelah tidur berjam-jam dia pun bangun, dia melihat Mikoto bekerja dengan dibantu Sato membimbingnya.
Dia benar-benar bekerja keras untuk Eirin.
"Kau sudah bangun?"
Tanya Mikoto yang melihat Eirin.
"Kalian sudah selesai? Aku akan pesankan makan."
"Hampir selesai, bisa buatkan kopi?"
"Tentu, tunggu sebentar."
Ucap Eirin segera ke dapur. Dia membuat 2 cangkir kopi.
Tiba-tiba hp Sato berdering. Dia pun segera mengangkatnya.
"Iya ayah? Aku lagi di kantor bersama Ketua. Hmm..Tunggu sebentar aku keluar sekarang."
Ucapnya membuka pintu,
"Ketua aku pergi dulu sebentar."
"Tentu Sato, terima kasih sudah membantu."
"Tidak masalah, senang bisa membantu kalian."
Balasnya segera pergi,
Mikoto melanjutkan pekerjaannya, dan datang Eirin membawa kopi.
"Dimana Sato?"
"Dia sudah pergi tadi,"
"Aku sudah membuatkannya kopi."
"Aku akan meminumnya, letakkan saja di meja."
"Apa kau lapar Mikoto?"
"Kau lapar Eirin?"
"Iya, aku lapar."
"Kalau begitu pesan makanan saja, aku juga sudah merasa lapar."
"Tunggu sebentar, aku akan meminta sekretarisku membelinya. Dia bisa dipercaya."
Ucapnya berjalan keluar lagi, Mikoto tertawa kecil. Eirin benar-benar mengkhawatirkannya.
Kemudian datang lagi seseorang tanpa mengetuk pintunya.
"Eirin kau sudah kem.."
Ucapnya terhenti setelah melihat seseorang yang dia kenal sebagai pelayannya.
Mikoto bingung dengan kehadirannya. Kenapa dia ada di sini?
"Ada apa? Ada perlu apa kau di sini?"
Tanya Mikoto menghampirinya.
"Maaf ketua, aku melakukannya karena keluargaku di sandra.."
Ucap wanita ini menangis dan berlari ke arah Mikoto sambil membawa pisau tajam.
Mikoto tidak bisa menghindari serangan mendadak wanita ini dan membuat pisau tersebut menembusnya.
Mikoto terdiam menatap wanita ini menangis setelah menusuknya.
"Maafkanku..Maafkanku...Seharusnya anda tidak membebaskanku..Seharusnya anda membunuhku..."
Ucap wanita ini menangis.
Jadi ini salahnya? Salahnya melepaskan wanita ini begitu saja? Apa kebaikannya sama sekali tidak dihargai? Layaknya istilah air susu dibalas dengan air tuba.
"Apa ini salahku?"
Tanyanya menatap wanita ini yang sudah menderita karena kebaikannya.
Dia tidak bermaksud membuat wanita ini begitu menderita. Kalau begitu jadinya lebih baik dia membunuhnya saat itu, sehingga beban wanita ini hilang.
"Jadi ini semua salahku?"
Tawanya bodoh.
"Mikoto!!"
BANG!
Jerit Eirin serta suara tembakan keras dalam ruangannya.
Mikoto terdiam dengan darah dari kepala wanita ini menodai wajahnya membuat lubang tepat di Otaknya dan tewas seketika.
Mikoto masih terdiam dengan gadis yang sudah tewas di lantai.
Matanya kemudian melihat Eirin,
"Kenapa? Kenapa kau membunuhnya! Eirin!!!"
Pekik Mikoto marah karena Eirin membunuh wanita ini tanpa memberi kesempatan untuk menjelaskannya.
"Mikoto!"
Pekiknya segera menghampiri Mikoto yang berdarah.
"Kenapa kau membunuhnya Eirin!"
Marah Mikoto mencengkram bahu Eirin dengan keras dan menodai baju Eirin dengan darahnya.
"Lukamu harus diobati! Ambulance! Dokter! Aku harus memanggil mereka!"
Pekiknya segera membuat panggilan.
"Ini salahku..Semua salahku..."
Jeritnya sedih. Insiden berdarah ini benar-benar heboh dan diberitakan atas kasus percobaan pembunuhan direktur. Tentu saja wanita ini menjadi tersangka dan korbannya Mikoto. Masalah lubang di otaknya hanya lah sebuah kasus untuk melindungi diri dari serangan wanita gila.
Dan semuanya beres dalam sekejap karena kekuasaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.