Kirika dan Kiriya bermain di taman bersama Yuka. Dia menunggu Kio yang pergi membeli es cream untuk mereka makan. Anak-anaknya bermain kejar-kejaran di atas pasir. Yuka baru saja mengalihkan pandangan ke lain,
Tapi karena Kiriya berlarian terlalu lama membuatnya sesak napas.
Dia memegangi dadanya yang sesak.
"Ma-Ma-Ma..."
Dia mencoba memanggil ibunya tapi tidak ada suara yang keluar. Kirika yang melihat adiknya terjatuh ke lantai pun segera memanggil ibunya. Yuka sangat panik dan segera berlari ke arah Kiriya tetapi di sana sudah ada seorang pria muda yang menangani Kiriya.
"Kiriya!"
Panik Yuka memeluk anaknya yang sudah bernapas normal.
Pria muda itu memegang inhaler yang baru saja diberikan pada Kiriya.
"Dia sudah baik-baik saja. Tolong dibawa ke rumah sakit untuk diperiksa."
"Terima kasih!"
"Bukan masalah besar, tapi tolong lebih diperhatikan. Bisa jadi fatal jika tidak ditangani dengan cepat."
Ucapnya tersenyum kecil. Dia memasukkan inhalernya ke tasnya dan berjalan pergi.
"Tunggu! Aku ingin berterima kasih padamu."
"Tidak perlu, aku senang anak anda baik-baik saja."
Balasnya dan berjalan pergi. Yuka hanya terdiam dan memeluk anaknya. Kio yang baru datang pun terkejut melihat Kiriya tidak sadar. Mereka segera ke rumah sakit, untungnya tidak ada masalah. Yuka benar-benar tidak akan bisa meninggalkan anaknya lagi. Ini membuatnya sedikit takut meninggalkan anaknya sendiri.
.....................................
"Tsuki san, kau sudah datang?"
"Hm..Aku shift malam hari ini."
"Kalau begitu aku pulang."
"Hati-hati."
Balasnya segera mengganti pakaian pelayannya. Dia berjalan keluar dan tampak ruangan remang-remangnya, semua sudah berkumpul dan bercengkrama. Tsuki segera ke tempatnya untuk membuat cocktail tugasnya sebagai bartender.
Pesanan berdatangan terus membuat Tsuki sibuk mengocok wadahnya dan sangat fokus hingga semuanya selesai dia pun bisa sedikit bernapas dan membersihkan sisa kerjaannya.
"Tsuki chan, tolong Bloody Marya-nya."
"Tentu Murano san."
Jawabnya dan segera membuat pesanan Murano. Murano tidak bisa melepaskan matanya dari Tsuki yang sedang membuat minumannya. Sesekali dia akan tersenyum padanya membuat Tsuki menatapnya bingung.
"Bloody mary-nya."
Ucap Tsuki memberikan segelas cocktailnya. Murano meminumnya.
"Aku selalu suka Bloody Mary-mu."
"Terima kasih,"
Jawabnya sambil tersenyum.
"Apa kau punya rencana setelah ini Tsuki chan?"
"Iya?"
"Aku ingin mengajakmu makan malam."
Balas Murano.
"Kau mau modusin Tsuki chan, Murano san."
Goda pelanggan yang datang ke bar, mereka sudah saling kenal karena Murano selalu datang ke sini kalau sudah pulang kerja.
Dia akan datang dan meminum Bloody Mary sambil melihat Tsuki yang memikat hatinya.
Dia sangat dingin dan seperti dalam dunianya sendiri jika sudah membuat minuman pesanannya. Itu yang membuat Murano terpesona padanya saat pertama kali datang.
"Kalau Tsuki chan tidak masalah keluar denganku."
Jawabnya sambil tertawa.
"Maaf, aku sudah punya janji."
Jawab Tsuki membuat wajah kecewa Murano.
"Tsuki chan kejam sekali."
"Murano kau ditolak lagi."
Tawa mereka karena Murano selalu gagal mengajak Tsuki keluar.
Murano hanya tertawa miris karena ditolak. Tsuki tidak lagi melihat ke arahnya.
"Apa Tsuki chan sudah punya pacar?"
Tanya pelanggan yang mengejek Murano.
"Aku belum memikirkannya."
"Murano kau tidak boleh menyerah! Tsuki chan masih jomblo!"
Pekiknya senang dan menepuk punggung Murano agar dia tidak menyerah pada Tsuki.
Tsuki kembali diam, dia tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Dia merasa tidak enak dengan Murano dan selalu memasang wajah kecewa jika dia tolak.
Murano pun bercengkrama dengan pelanggan lain yang dianggap bisa diajak ngobrol. Tsuki sudah sibuk sendiri karena pesanan berdatangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.