My Love 2 "368"

2.6K 280 8
                                    



Seminggu berlalu begitu cepat, pernikahan meriah Murano dan Tsuki pun dimulai.

Segala pendeta dipanggil ke tempat acara dan semua janji sucinya di lakukan di sana.

Beberapa orang tidak mengira bahwa calon Murano adalah seorang pria buta.

Beberapa kali Tsuki mendengar bisikan mereka, tangannya mulai berkeringat dingin. Dia sama sekali tidak bisa melihat, tempat pernikahannya pasti sangat bagus.

"Aku ingin melihatnya.."

Gumamnya, Murano menyambut tamu sebelum akad nikahnya di mulai.

Setelah itu acaranya baru dimulai.

"Tsuki chan?"

Panggil Murano melihatnya melamun.

"Murano san? Apa sudah dimulai?"

"Iya, pegang tanganku."

Ucapnya dan memegang tangan Tsuki. Mereka pun berjalan ke arah tempat pendeta berada. Akadnya berjalan dengan lancar walau kesulitan saat memasukkan cincin Murano ke jarinya karena Tsuki yang tidak bisa melihat, tapi Murano membantunya.

"Terima kasih,"

Ucapnya Mencium Tsuki.

Tepuk tangan pun mulai terdengar dan akad nikahnya selesai. Tsuki benar-benar tidak mengerti sama sekali, semuanya Murano lakukan. Dia hanya duduk diam di kursinya karena bersalaman pun percuma, dia tidak bisa melihatnya. yang ada mempermalukan Murano karena selalu salah salaman.

"Istrimu sangat cantik."

Puji Mikoto pada Murano.

"Mikoto sama, Eirin sama."

"Selamat atas pernikahanmu. Tora beri salam pada paman Murano."

Ucap Eirin pada Tora yang berpakaian rapi, dia memberi hormat.

"Lucu sekali anaknya."

Puji Murano senang.

"Cepat punya momongan yah,"

Balas Mikoto menepuk pundak Murano. Dia hanya tertawa,

"Tsuki, kenalkan ini Mikoto dan Eirin."

Ucapnya membantu Tsuki bangun.

"Salam kenal."

Sapanya dan salah arah lagi, Murano membenarkan tubuh Tsuki untuk memberi salam.

"Salam kenal,"

"Salam kenal Tsuki, Tora beri salam juga."

Dia kembali memberi salam pada Tsuki,

"Tora anak yang pintar,"

Tawa Murano gemes dan menyentuh pipinya. Tsuki hanya tersenyum kecil, dia tidak tahu apa-apa soalnya.

Tsuki merasa duduk dalam kehampaan, karena tidak ada yang bisa dia lihat. Hanya kegelapan dan kegelapan. Dia seperti terkurung dalam sebuah kegelapan walau dunia sebenarnya sangat ramai dengan suara musik dan orang-orang sekitarnya yang bercengkrama. Dan Murano juga terlihat sibuk menyambut tamunya.

"Tsuki sama, apa ada yang diinginkan?"

Tanya Hiro di samping Tsuki.

"Tidak ada, dimana Murano san?"

"President sedang menyambut tamunya,"

"Apa aku hanya menjadi beban?"

"Tentu saja tidak, bukan mau anda keadaan begini."

"Tapi aku seperti aib baginya."

"Jangan pernah berpikir begitu, president tidak pernah berpikir anda adalah aib. Dia sangat senang sekali, baru pertama kalinya aku melihatnya begitu bersemangat. Dia sudah menantikan hari ini Tsuki sama, percayalah padanya."

"............................."

Tsuki kembali diam,

"Tsuki chan!"

Panggil master membuatnya kaget, sekelompok orang berdatangan. Hiro memberi salam dan membantu Tsuki berdiri.

"Master!"

"Tsuki chan kami datang!"

Pekiknya yang lainnya. Wajah Tsuki jadi ceria kembali karena orang-orang yang mereka kenal berdatangan.

"Kau sangat cantik Tsuki chan!"

Pekik mereka.

"Terima kasih,"

"Dimana suamimu??"

"Dia sedang menyambut tamunya, kalian sudah makan?"

"Kami daritadi masuk sudah makan Tsuki chan. Tangan kami sudah penuh,"

"Baguslah,"

"Apa kau mau makan? Aku akan menyuapimu."

Ucap master dan Tsuki menerimanya. Master menyuapi Tsuki makanan yang dia bawa dan membuat yang lain menatapnya. Tsuki tentu tidak tahu orang lain menatapnya, dia tersenyum senang. Hiro memegang ekor gaunnya yang berdiri berdampingan dengan master. Tsuki masih memegangi bunganya,

"Bagaimana tempat tinggalmu?"

"Aku hanya merasa tidak nyaman karena terlalu luas. Kamarku sangat luas, tapi tidak tahu daerah lainnya."

Jawabnya jujur, master bisa melihat rumah mewah di depan matanya ini. halamannya saja sudah sebesar itu, apalagi rumahnya?

"Sayang sekali kau tidak bisa melihatnya,"

"Apa maksud master?"

"Rumahmu mewah sekali!"

Pekiknya dan membuat Tsuki tercengang.

"A-apa semewah itu?!"

"Halamannya saja bisa menampung banyak orang. Apalagi rumahnya! Tsuki chan kau beruntung sekali!"

"Tapi aku tidak bisa melihatnya,"

Balasnya dan Master tertawa, Tsuki ikut tertawa hingga Murano datang.

"Kalian sedang membicarakan apa?"

"Kenapa kau meninggalkan istrimu sendiri? Dia sampai kelaparan!"

"Benarkah? Tsuki chan kau lapar? Kenapa tidak bilang padaku?"

"Tidak, jangan dengarkan master. Dia hanya bercanda, ada Hiro di sampingku. Kalau lapar aku bisa memintanya. Bagaimana dengan tamumu?"

"Aku sudah selesai dengan mereka. Aku ambil makanan dulu, tunggu di sini."

Ucapnya segera pergi,

"Master, jangan menggangu Murano san!"

Marah Tsuki.

"Habisnya dia pergi dengan tamunya!"

"Master, Murano san sangat sibuk. Jangan membuatnya repot lagi."

"Baik. Istrinya pasti mendukung suaminya."

Ucap master membuat Tsuki tertawa kecil.

"Apa tidak ada orang tua Murano?"

"Dia tidak pernah membicarakannya, aku juga tidak tahu."

"Hiro, apa kau tahu sesuatu?"

Tanya master pada Hiro yang pernah ke tempatnya menyebar undangan.

"Orang tua President tinggal di Eropa."

"Lalu? Mereka tidak datang?"

"Hubungan keduanya sedang tidak baik, aku sudah memberi kabar pada mereka tapi tidak ada balasan dari sana. Mungkin sibuk dengan kerjaannya di sana."

"Begitu yah, sayang sekali. Padahal ini hari penting anaknya sendiri."

Tsuki hanya terdiam, dia tidak tahu tentang hal ini. Murano sama sekali tidak pernah bercerita. Dia harus bertanya nanti,

My Love 2 (Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang