Hidupnya benar-benar sudah berakhir sekarang. Dan dia harus menanggung semuanya ini sendiri. Yuka tidak mau menerimanya.
"Tidak mungkin!!!"
Pekiknya histeris mendorong kaca itu hingga jatuh ke belakang dan hancur.
Yuka hanya terdiam dengan pecahan kaca disekitarnya.
Dia terlihat kosong.
"Tidak mungkin.. Tidak mungkin.."
Ucapnya dengan tatapan kosong.
Dia melihat pecahan kaca di lantai dekat kakinya dan karena pikirannya kosong, entah apa yang membuatnya begitu nekat mengambil pecahan kaca tersebut dan melukai urat nadi di tangannya.
Darahnya mulai menetes dan terasa sakit. Yuka baru tersadar karena sakitnya menyerang otak hingga ke ubun-ubun.
Dia membuang pecahan kaca tersebut dan menjerit histeris.
"Ahh!!!!! Ahh!!!!!!!!! Ahhhh!!!!!"
Gejala-gejala kehamilannya baru muncul setelah Kio pergi dari sisinya.
Apakah ini takdir atau sebuah kebetulan yang tidak menjodohkan mereka?
Yang pastinya dia tidak bisa lagi mundur. Janinnya sudah bersemayam dalam rahimnya.
Yuka yang stres pun hanya duduk termenung di lantai dinginnya. Dia benar-benar tidak tahu harus melakukan apa seorang diri seperti ini. salju pun turun begitu lebat.
Dia melihat tanamannya, tanaman yang selama ini dia rawat sepenuh hati dan jiwa telah mati semua seperti dirinya saat ini. Tidak ada lagi yang tumbuh karena dingin dan tertimpa salju. Dia menatapnya dengan tatapan kosong.
Rasa dingin tidak dia pedulikan saat dia berjalan di atas tumpukan salju halaman rumahnya. Dia berdiri membiarkan salju menyiraminya dengan deras.
Luka di tangannya masih belum sembuh karena Yuka tidak merawatnya dan membiarkannya begitu saja. sepertinya tangannya juga sudah infeksi karena goresan kaca. Dia mengingat momennya bersama Kio dan itu hari-hari yang menyenangkan baginya, tapi dia tidak tahu kenapa semuanya berakhir begitu saja. Dia menangis,
"Apa yang harus kulakukan dengan semua ini?"
Pikirnya benar-benar tidak ada ide lagi.
Tiba-tiba Yuka merasakan sakit di perutnya. Dia memegangnya tanpa merintih dan tersandung jatuh ke tumpukan salju saat berjalan.
Karena stres juga berakibat pada kandungannya saat ini. Apalagi kandungan saat usia muda sangatlah rentan terhadap perasaan ibunya. Janinnya tidak terurus dan selalu menolak makanan yang dimakan Yuka. Dan Yuka juga kadang tidak makan, bagaimana kandungannya tidak lemah?
Dia benar-benar kesakitan dan tidak tertahankan lagi.
"Nng!"
Rasa dingin langsung menusuk tubuhnya dan salju putih bersih mulai ternodai oleh darah merah sekitar kaki Yuka.
Dengan yukata tipis itu tubuhnya tidak tertutupi semuanya. Dan mulai basah karena salju yang mencair.
Dia menangis dalam diam dan menutup matanya.
Kali ini dia ingin mengakhirinya. Dia tidak ingin ada di dunia ini lagi.
Sudah cukup penderitaan yang dia hadapi, dia tidak ingin lagi. Pikirnya setelah menutup matanya. Semuanya sudah berakhir.
Salju turun semakin lebat dari tadi menyelimuti Yuka dalam tidur damainya seperti seorang Mermaid yang terdampar di tumpukan salju.
Kio yang baru turun dari mobilnya segera berlari ke rumah Yuka dengan wajah gembiranya.
"Akhirnya! Akhirnya!"
Pekiknya sambil berlari dengan cepat tidak peduli salju yang menanam kakinya.
"Yuka! Yuka!!"
Pekiknya setelah sampai di depan rumah.
Tapi yang dia temukan adalah Yuka sudah dingin dalam tumpukan salju.
Wajah senyumnya hilang, dan digantikan kekagetan serta ketakutan karena sosok Yuka saat itu benar-benar sudah tidak tertolong lagi.
"Yuka?"
Panggilnya shock melihat Yuka dalam tumpukan salju.
Dia seperti seorang duyung yang dehidrasi karena terdampar di daratan.
Dia berlutut di samping Yuka dan memeluknya.
"YUKA!!!"
Jeritnya histeris. Kio datang terlambat, jika dia lebih cepat datang maka semuanya tidak akan jadi begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.