Yuka masih terlelap saat Kio pergi ke kliniknya. Dia mencium istrinya yang masih tidur sebelum pergi.
Kliniknya sudah ada beberapa orang mengantri dan asistennya bisa mengurus pasien yang datang chek up biasa atau hanya tensi darah.
Kio pun sibuk dengan datangnya pasien lain saat hari semakin siang.
Di saat-saat sibuknya, dia dikejutkan dengan kedatangan sang istri sambil membawa makan siang.
"Kau lupa dengan makan siang!"
Marah Yuka karena dia harus jauh-jauh kemari untuk mengantarkan makan siangnya. Biasanya Kio akan pulang, tapi karena ramai dia tidak bisa pulang.
"Istriku sayang! Kau baik sekali sampai mengantarkan ke sini!"
Pekiknya senang dan mencium-cium Yuka.
"Hentikan bodoh! Ini di depan umum!"
Marahnya mendorong Kio pergi. pasien yang melihat mereka hanya tertawa kecil.
"Dokter, istrimu sudah hamil berapa bulan?"
"Sudah bulan ke-6."
Dia merangkul sang istri di pinggang.
"Wah sudah tidak lama lagi, dokter akan jadi ayah."
"Aku sudah tidak sabar menimangnya!"
Balasnya.
"Selamat yah dokter,"
"Terima kasih,"
"Apa sudah tahu jenis kelaminnya? Perempuan atau laki-laki?"
"Sejujurnya kami belum memeriksakannya. Bulan lalu belum terlihat soalnya. Jadi mungkin bulan depan baru pergi lagi."
"Begitu, dokter pasti senang sekali."
"Tentu saja, benarkan istriku?"
Tanyanya mengecupnya lagi.
"Makan dulu!"
Pesannya berjalan masuk ke dalam ruangan Kio.
Dia pun menyusul sang istri yang sudah menyiapkan makan siangnya.
"Kau sudah makan sayang?"
"Aku tidak mau makan sendiri."
Jawabnya duduk berhadapan dengan Kio. Dia membawa banyak makanan untuk makan berdua.
"Jadi kau juga belum makan?!"
"Aku makan sekarang."
Balasnya segera makan bersama Kio.
"Dasar! Lain kali jangan lakukan hal ini!"
"Hm.."
Balasnya karena mulutnya sudah penuh. Kio tertawa kecil mengelap sisa makanan di bibir Yuka.
"Makan yang benar."
Pesannya dan segera makan makanannya.
Selesai makan, Yuka malah membantu Kio yang sibuk.
"Yuka, kubilang jangan lakukan hal itu!"
Pesan Kio pada Yuka yang sedang memberikan minuman pada pasien.
"Kenapa?"
"Ada yang bisa melakukannya."
Pesannya menarik Yuka menjauh.
"Yuka, di sini tidak baik untukmu. Pulanglah."
Bisiknya dengan suara rendah.
"Kenapa?"
"Ada berbagai pasien dengan penyakit berbeda. Kita tidak tahu penyakitnya menular atau tidak, aku tidak mau terjadi hal buruk padamu okey. Dengarkan permintaanku."
"Baik. Aku akan pulang dan bercocok tanam saja."
"Tapi jangan panas-panasan di luar! Kau dengar!"
Pesan Kio pada Yuka yang sudah berjalan pergi. sebenarnya klinik dan rumah Yuka tidaklah jauh.
Cukup 5 menit jalan santai sudah sampai.
Yuka pun kembali merawat tanamannya. Bibi membantunya karena memang itu tugasnya.
"Yuka, jangan terlalu lama di bawah terik matahari."
"Iya bi,"
Balasnya dan bibinya masuk ke dalam karena sudah panas. Dia bermaksud membuat minuman dingin untuk Yuka.
Tapi saat dia kembali, dia melihat Yuka berbaring di lantai.
"Ada apa?"
"Kepalaku sedikit pusing.."
Jawabnya.
"Sudah kubilang jangan lama-lama di bawah terik matahari!"
Marah bibinya, perlahan Yuka menutup matanya.
Segera bibinya berlari ke klinik.
"Dokter! Yuka pingsan!"
Pekiknya membuat dokter Kio kaget. Dia langsung bangkit dari duduknya.
"Dia dimana?!"
Pekiknya segera berlari bersama sang bibi, untung dia sudah menyelesaikan tugasnya.
Yuka masih berbaring di sana yang kepanasan.
"Yuka! Hey Yuka! Kubilang jangan lama-lama di bawah terik matahari!"
Marahnya pada Yuka,
"Nn..."
Desah Yuka tidak lagi bersuara.
Segera dia membawanya ke kamar. Sang bibi menyiapkan air dingin mengkompres kening Yuka.
Dia terlelap setelah merasa sejuk.
"Kalau sudah menyangkut tanaman selalu saja tidak bisa berhenti!"
Marah Kio masih mengkompresnya dengan air dingin.
"Yuka memang seperti itu, dia senang merawat tanamannya. Aku hanya bisa membantunya sedikit."
"Bibi harus terus menemaninya dan membantunya. Kalau ada apa-apa segera kasih tahu aku."
"Aku mengerti dokter."
"Aku harus kembali ke klinik. Tolong jaga Yuka."
"Baik dok."
Kio pun pergi lagi karena kliniknya belum tutup, dia hanya buru-buru kemari karena khawatir. Untung ada asisten dan beberapa pekerja yang bisa membantunya di klinik.
"Istrinya baik-baik saja dok?"
"Iya, dia baik-baik saja. Dia terlalu lama di bawah terik matahari."
"Istri dokter memang suka bertanam, kemarin dia membawa buah semangka yang manis sekali."
"Haha iya, buah semangkanya memang sangat manis. Sangat cocok sekali dengan musim panas seperti sekarang."
"Aku harus membantunya memanen, kalau tidak dia akan bekerja sampai kelelahan lagi."
"Dokter benar-benar bekerja keras."
"Iya, untuknya apapun akan kulakukan."
"Dokter memang suami yang terbaik."
Puji asistennya pada Kio. Dia cengengesan dan masuk ke dalam ruangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.