Mikoto terdiam dalam ruangannya. Dia benar-benar sudah membuat kesalahan besar. Luka tusukannya tidak membahayakan nyawanya karena itu dia sadar setelah obat biusnya hilang.
Eirin yang ingin bertemu dengannya pun dia tolak dengan alasan ingin sendiri.
Dia mengabaikan Eirin karena kejahatannya membunuh wanita tersebut.
Dia benar-benar tidak suka Eirin melakukan hal ini untuk dirinya. Tak seharusnya Eirin membunuhnya.
"Ketua Mikoto."
Panggil ayah Eirin menghampirinya bersama Shou dengan Kursi roda.
"Paman! Kenapa anda di sini?"
"Aku datang menjenguk. Kebetulan satu rumah sakit."
".........................."
Mikoto terdiam, dia tidak tahu apa yang harus dibicarakan dengan tetua sebelumnya.
"Mikoto, kau tidak perlu merasa bersalah. Ini bukan salahmu."
"Aku tidak bisa melakukannya.."
"Kau bukan tidak bisa melakukannya. Kau sudah melakukan yang terbaik, tapi karena manusia tidak tahu batasnya. Mereka akan selalu melakukan kesalahan yang sama. Wanita itu memang pantas dihukum."
"Tapi wanita itu diancam! Keluarganya di sandra!"
"Walau begitu membunuh orang lain apa itu benar? Dia mencoba membunuhmu kau tahu? Dan Eirin membunuhnya, tidak ada yang salah."
"Kenapa kalian semua berpikir begitu? Kita tidak perlu membunuh untuk menyelesaikan masalah!"
"Tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan begitu saja Mikoto. Kau harus lebih memahami logika manusia daripada perasaan mereka. Terkadang manusia tidak berperasaaan tapi masih berpikir dengan logika."
Balas ayah Eirin bijak. Mikoto terdiam, intinya Mikoto lebih menggunakan perasaannya daripada logikanya. Dia memang bodoh.
"Masalah Eirin, kau masih marah padanya?"
"..........................."
"Kalau kau membuat anakku menangis sekali lagi! Aku yang akan membunuhmu kali ini!"
Pesan Ayah Eirin serius menatap Mikoto. Mikoto meneguk ludah takut.
"Ei-Eirin menangis?"
"Dia menangis karena kau tidak mau bertemu dengannya! Kau sudah melukai perasaan anakku tercinta! Aku tidak akan memaafkanmu jika kau lakukan lagi!"
Marahnya mulai deh Overprotectivenya.
"Ma-maaf aku tidak bermaksud.."
"Minta maaf pada anakku!"
"Tuan kendalikan emosi anda."
"Shou kita pergi!"
Pekik Ayah Eirin dan pergi dengan kesal.
Dia saja sangat menjaga air mata anaknya, tapi siapa Mikoto? Yang berani-beraninya membuat anak tercintanya menangis sedih semalam di kamar ayahnya. Dia menangis tersedu-sedu dipelukan ayahnya.
Ayahnya tentu kesal sekali pada Mikoto, tapi dia tetap seseorang yang bijaksana.
Mikoto menghela napas,
"Aku tidak bermaksud membuatnya menangis, aku hanya tidak ingin bertemu dengannya saat ini. Perasaanku sangat kacau."
Ucapnya kembali tidur karena lelah berpikir.
Tidak tampak lagi batang hidung Eirin selama Mikoto dirawat di rumah sakit. Hanya Shou yang datang melihatnya. Ayah Eirin masih juga kesal jika datang melihat Mikoto. Mikoto hanya tersenyum padanya dan meminta maaf.
Setelah beberapa hari dia pun diizinkan pulang.
Dia di sambut semua bawahannya sesampai di rumah.
"Selamat kembali Ketua!"
Jerit mereka kompak. Mikoto melihat sekitarnya mencari sosok Eirin tapi tidak tampak dirinya.
"Kalau ketua mencari Eirin sama, dia ada di kantornya."
"Apa?! Dia tidak menyambutku?"
"Bukankah anda yang tidak mau bertemu dengannya?"
Tanya Shou membuat Mikoto terdiam.
Dia lupa dengan perkataannya pada Eirin kemarin.
"Aku tidak ingin bertemu denganmu! Tinggalkanku sendiri!"
Ucapnya pada Eirin waktu itu. kini otaknya bekerja dan menyesalinya.
Dia tidak bermaksud bicara begitu, pikirannya sedang kacau saat itu karena Eirin membunuh wanita itu dalam sekali serang.
"Aku akan minta maaf setelah bertemu dengannya."
Gumamnya akan berbaikan dengan Eirin, dia pun menunggu Eirin di dalam kamarnya.
Tapi tak kunjung dia mendengar atau melihat Eirin.
Dia pun bertanya pada Shou yang datang ke ruangannya membawa makanan.
"Dimana Eirin?"
"Eirin sama tidak akan pulang malam ini. Dia baru saja menghubungiku."
"Kenapa? Kau tidak bilang aku sudah pulang?!"
"Aku sudah mengatakannya tapi dia bilang sibuk dan akan tidur di kantor sementara ini."
"Kau serius?! Dia tidak ingin bertemu denganku?!"
"Itu tidak mungkin."
"Lalu kenapa dia menginap di kantor!?"
"Dia sangat sibuk katanya."
"Itu hanya alasannya! Baiklah kalau dia memang tidak ingin bertemu denganku!"
Balasnya kesal. Shou kini hanya diam. Mikoto terlihat sangat kesal, seharusnya dia yang marah? Tapi Kenapa Eirin yang tidak mau bertemu dengannya?!
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.