Eirin menemani Mikoto ke meeting pertamanya sebagai ketua serta sekretaris Shou menemaninya.
Awalnya Mikoto sangat gugup tapi setelah beberapa kali melakukan pertemuannya dia merasa terbiasa dan bisa memahami pembicaraan mereka, sekretaris Shou dan Eirin sudah memberitahu dan mengajarinya.
Dia memahaminya setelah dijelaskan mereka saat tiba di rumah.
Keputusan, pendapat dan saran bisa Mikoto katakan sekarang. Dia benar-benar sudah seperti ketua yang layak karena kerja kerasnya.
Tapi tidak semua orang setuju dengannya, pasti akan jadi pro dan kontra dalam setiap pendapat dan saran.
Mikoto terlelap saat perjalanannya pulang ke rumah dari pertemuannya tadi. Eirin membiarkannya tidur karena dia tahu Mikoto sudah bekerja dengan keras.
Dia sudah lelah ke sana kemari selama sebulan ini.
Eirin menarik semua perkataannya bahwa dia adalah orang yang bodoh dan tidak bisa diandalkan. Mikoto bisa membuat semua pikirannya berubah menjadi hal yang lain.
Kini Eirin yang merasa bodoh hanya menilai seseorang dari tampangnya saja.
Dia sekarang tahu Mikoto bisa diandalkan. Bawahannya pun mulai respek padanya dan menghormatinya. Tidak ada lagi yang membicarakan hal buruk padanya.
Saat sampai di rumah, Sato sudah ada di sana menunggu mereka.
"Niisan?"
Panggil Eirin kaget. Mikoto yang masih mengantuk pun menyapanya.
"Hi Sato.."
"Anda sudah bekerja keras ketua."
"Jangan terlalu formal. Kau bahkan lebih tua dariku. Panggil saja Mikoto."
"Maaf, aku tidak yakin bisa menurutimu."
"Baiklah, terserah kau saja. kau sedang apa kemari?"
"Aku mau bertemu dengan Eirin, ada yang ingin kami bicarakan,"
"Kalau begitu aku ke kamar dulu."
"Ketua, aku akan meminta mereka menyiapkan makan malam."
"Iya, aku tunggu di ruanganku."
Mikoto melewati Sato dan berjalan pergi, Eirin dan Sato pun berjalan pergi berbeda arah dengan Mikoto.
Mikoto segera mandi dan berencana untuk tidur tapi melihat makanan sudah terhidang di mejanya membuatnya ingin makan.
Dia pun segera duduk di lantai dengan meja penuh makanan lezat.
"Apa Eirin sudah kembali? Kenapa tidak memanggilku?"
Ucapnya heran, biasanya Eirin akan memanggilnya jika dia datang ke kamarnya.
"Atau aku tidak mendengar panggilannya?"
Pikirnya bingung sendiri. Mikoto punya kamar mandi tersendiri dengan kolam besarnya bersebelahan dengan kamarnya, jadi dia tidak perlu kemana-mana lagi.
Daripada dia pusing sendiri dia pun memakannya.
Tapi setelah beberapa suapan, dia merasa tenggorokannya sangat ganjal. Dia pun mulai batuk-batuk karena tenggorokannya yang panas. Dia meminum air putih tapi justru dia muntahkan bersama dengan darah.
Mikoto muntah darah dan makanan di mejanya pun dia hamburkan hingga membuat keributan karena kesal dan marah.
Dia tidak bisa menjerit dan perlahan tenaganya melemah. Dia terkapar sekarat di lantai dalam beberapa detik saja,
Makanannya ternyata beracun membuat semua sel tubuh Mikoto jadi mati rasa dan tidak sadarkan diri.
Eirin yang baru kembali dengan Sato pun kaget mendengar keributan dalam rumahnya.
"Eirin sama! ketua diracuni!"
Pekik bawahannya membuat Eirin segera melesat ke dalam kamar Mikoto.
Dokter sedang menangani Mikoto yang tidak sadar. Kamarnya berantakan dan makanan berhamburan lalu darah dari Mikoto masihlah segar.
Bawahan lainnya segera membersihkannya sedari dokter menyelamatkan Mikoto.
"Mikoto! Apa yang terjadi?! Kenapa ada racun di makanannya?! Siapa yang membuatnya!? Siapa yang meracuninya?!"
Pekik Eirin panik.
"Eirin! Tenangkan dirimu! Kau harus berpikir logis!"
Balas Sato pada Eirin.
Eirin terdiam.
"Ini salahku! Aku tidak berada di sisinya! Itu semua salahku! Mikoto jadi begini karenaku!"
Pekiknya menyesal karena sudah meninggalkan ketuanya sendiri.
"Ini bukan salahmu Eirin! Ini bukan salah siapa-siapa! Aku akan mencari pelakunya! Jadi kau temani Ketua!"
"Kau harus menemukannya! Bunuh kalau perlu!"
Pesan Eirin pada Sato. Sato pun mengangguk mengerti dan segera pergi. Eirin menemani Mikoto di dalam ruangannya.
"Sial! Siapa yang ingin membunuhnya?!"
Pekik Eirin sangat kesal.
Mikoto masih dalam keadaan kritis karena racunnya sudah menyebar ke bagian tubuh lainnya lewat pembuluh darahnya.
"Kau harus menyelamatkannya dokter! Atau aku akan membunuhmu!"
Marah Eirin yang benar-benar seperti seorang gangster,
Dokternya pun sudah terbiasa sepertinya, dokter pribadi pasti lebih sulit dari bayangannya kita, apalagi bekerja pada sebuah kelompok seperti ini.
Dia selalu bisa menyelamatkan pasien dalam rumahnya, terutama pada ketua yang terluka bisa dia obati.
Jadi Eirin percaya padanya untuk bisa menyelamatkan Mikoto.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.