Setelah beberapa hari, Murano mendapatkan kabar pembunuh bayaran tersebut sudah ditangkap Mikoto setelah video cctv dikirimkan padanya, tapi keduanya tidak mau bicara dan memilih bunuh diri daripada diintrogasi. Murano sangat kesal sekali, dia belum mendapatkan dalang dari pembunuhan ini.
Dia harus extra hati-hati lagi.
Hari terus berjalan sejak kejadian pembunuhan Tsuki, tidak terasa kandungan Tsuki sudah sedikit menunjukkan tonjolannya.
Dan bukan hanya itu, Tsuki lebih banyak maunya dari biasanya.
Yang repot tentu saja Murano, dia maunya Murano yang melakukannya. Memasakkannya, mencari makanan keinginannya, dan lain sebagainya. Semuanya harus Murano.
"Tsuki, apa kau membenciku?"
Tanya Murano yang baru masak makan malam untuk istrinya.
"Hmm? Kenapa kau bertanya?"
"Kenapa kau terus memintaku melakukan segalanya?!"
"Kalau bukan minta denganmu? Minta dengan siapa? Hiro? Memangnya siapa suamiku? Hiro?"
"Tentu saja aku suamimu!"
"Kalau sudah tahu yah bagus, aku mau mata sapi. Bukan telur dadar."
Marah Tsuki. Murano garuk kepala yang tidak gatal.
Dia kembali ke dapur dan masak telur mata sapi, pembantu di dapurnya membantunya.
"Istriku banyak minta,"
Ucapnya dan membuat mereka tertawa. Baru kali ini tuan muda mereka terlihat lemah di depan orang lain yaitu istrinya sendiri.
Murano tidak pernah bermain di dapur sebelumnya tapi sekarang tiap hari ke dapur ketika istrinya sudah ngidam masakannya yang tidak enak ini.
Tapi setelah belajar beberapa kali masakannya sudah bisa dimakan.
Butuh perjuangan besar untuk ini, jarinya sampai terluka. Jari buat memegang pen dan dokumen jadi rusak karena istrinya.
Istrinya memang luar biasa, salut semua pelayannya dan respek pada keduanya. Karena keduanya sangat baik. Tsuki yang tidak emosian dan Murano yang emosian bisa bersama karena mereka saling mengalah dan mengerti satu sama lain.
Kembali Tsuki memakan telur buatan Murano,
"Sayang, masakanmu sudah semakin enak."
Pujinya sambil tertawa kecil. Murano merasa Tsuki seperti mengerjainya.
"Kau puas sekarang?"
"Hmm sangat puas."
Tawanya. Murano tidak habis pikir, istrinya yang mengerjainya. Dia tidak pernah diginikan sebelumnya. Jadi tukang masak? Itu sangat menakjubkan baginya.
"Tsuki,"
"Hmm.."
"Aku mencintaimu."
"Apa sih?"
Marahnya menjitak kepala Murano yang ada di depannya. Dia bisa merasakan nafas Murano di depannya jadi dia tahu Murano dimana.
"Kau benar-benar buta? Kenapa bisa memukulku?!"
Balasnya dan Tsuki tertawa lagi.
"Dasar bodoh, aku sudah kenyang."
"Sudah kenyang? Susunya sudah minum?"
"Oh iya susu, kau tidak buat?"
"Aku belum buat yah? Tunggu sebentar!"
Pekiknya lagi berlari pergi untuk menyeduh susunya.
Tsuki merasa lega sekali sudah memerintah Murano.
Ini bukan maunya, tapi mau bayinya.
Dia mengusap perutnya yang sudah besar.
"Hmm selalu minta yang aneh-aneh yah, aku tidak sabar ingin menyentuhmu. Seperti apa.."
Ucapnya terdiam mengingat dia tidak bisa melihat, bagaimana dia bisa tahu rupa anaknya nanti?
Membayangkan hal ini membuat Tsuki merasa sedih. Dia menyentuh kedua matanya yang dia pejamkan.
"Apa selamanya aku tidak akan bisa melihat kalian?"
Gumamnya sedih.
Murano terdiam di depan pintu masuk, dia melihat wajah frustasi Tsuki yang sedang menyentuh matanya.
Murano pura-pura tidak tahu dan berjalan masuk dengan nada girang.
"Susunya sudah siap!"
Pekiknya dan berjalan masuk ke dalam kamar, Tsuki segera menepis pikiran buruknya dan tersenyum mendengar suara suaminya datang. Jika suaminya melihat Tsuki terlihat frustasi dia akan khawatir nanti. Tapi Murano sudah melihatnya dan pura-pura tidak tahu,
"Hm...Manis sekali.."
Ucap Tsuki senang menerima susu dari Murano. Murano mengusap kepalanya.
"Semuanya akan baik-baik saja."
Ucapnya. Tsuki tidak mengerti maksudnya dan hanya tersenyum,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.