Tsuki terlelap dalam tidurnya, samping kanan anak-anaknya juga terlelap. Murano duduk diam melihat mereka.
"Tsuki sudah tenang?"
"Iya, dia sudah tenang master."
"Kasihan sekali dia,"
"Aku harus bagaimana? Aku belum bisa memujudkan keinginannya."
"Tidak apa-apa, pelan-pelan saja carinya. Tsuki hanya sementara, dia orangnya sangat sabar. Dia hanya terbawa suasana saja tadi, kau tahu orang yang baru melakukan operasi kadang berbicara ngawur."
Ucapnya mencoba menenangkan Murano juga. Dia terlihat frustasi,
"Kau juga jaga kesehatan. Kau harus mengurus si kembar loh."
"Iya, terima kasih master. Master sudah sangat membantu kami."
Ucapnya, master hanya tertawa kecil.
"Kalian sudah seperti keluarga, jadi sudah tugas seorang kakak membantu yang muda."
Murano tertawa kecil mendengar katanya, dia merasa tenang sekarang.
Dia tidak boleh menyerah demi kedua anaknya, Tsuki harus bisa melihat anak-anaknya. Tekad Murano.
Murano meminta Tsuki untuk menetap di rumah sakit beberapa hari, ketiga pelayannya mengurus anak-anaknya dan Tsuki bersamaan. Untung ada 3 pelayan di sana.
Kirio menangis,
"Berikan dia padaku."
Ucapnya pada pelayan yang menggendong Kirio. Sedangkan Kaoru tidur nyenyak setelah minum susunya.
Murano membuat gelang khusus yang menuliskan nama timbul mereka agar Tsuki tahu mana Kirio dan Kaoru.
Dia menyentuh tangan si kecil.
"Kirio yah, kenapa menangis sayang? Apa yang kau inginkan?"
Tanyanya pada anak kecil itu, dia menepuk bayinya dengan pelan agar berhenti menangis. Pelan-pelan dia menimang anaknya karena lukanya masih sakit kalau bergerak terlalu lama.
"Uh!"
Desah Tsuki karena lukanya sakit,
"Tsuki sama!"
"Tidak apa-apa, aku hanya terlalu banyak bergerak. Kirio sudah berhenti menangis, apa dia tidur?"
"Iya, dia tidur dengan nyenyak dalam dekapan anda."
"Syukurlah, dia memang manja sekali."
Tawanya kecil dan merasa lucu. Pelayannya ikut merasa senang melihat tuannya tertawa.
"Kalian sudah membawanya berjemur? Matahari pagi itu paling bagus."
"Iya, kami akan segera membawanya."
"Murano belum datang?"
"Tuan akan segera datang."
"Baiklah, kalian tolong jaga bayiku dengan baik."
"Baik, Tsuki sama."
Jawab mereka kompak.
Tsuki merasa tenang dengan ketiga pelayannya yang bisa diandalkan, dia tidak bisa mengurus anaknya dengan tangannya sendiri. Dia memegang tangannya sendiri, mereka sudah pergi dan tersisa satu pelayan di sana.
"Tsuki sama, aku izin ke toilet."
"Silahkan,"
Jawabnya, Tsuki duduk diam. Lalu datang suster sambil tersenyum pada Tsuki. Dia berdiri di samping Tsuki, dia mendadahkan tangannya pada Tsuki tapi tidak direspon. Dia pun tersenyum dan mengeluarkan suntikan.
Tsuki masih memikirkan kapan dia akan bisa melihat anaknya dan tidak menyadari kehadiran suster ini.
Dengan pelan dia menyuntikkan cairan tersebut pada tabung infus Tsuki.
"Dokter Hide!"
Panggil Murano dari luar pintu membuat suster ini panik dan menjatuhkan suntikannya.
Dia buru-buru keluar tapi justru menabrak dokter Hide yang mau masuk ke dalam kamar Tsuki untuk pemeriksaan rutin saja. Dokter melihat suster yang ketakutan, dia tidak mengenal suster ini. Pikir dokter Hide.
Dia segera berlari pergi dan kemudian dokter Hide melihat keanehan pada Tsuki. Dia tiba-tiba saja jatuh pingsan.
"Tsuki!!"
Panggil Murano panik karena dia terjatuh dari kasurnya.
"Tsuki!!"
Dokter Hide segera berlari masuk dan menemukan suntikan di lantai,
"Tangkap suster tersebut!"
Pekik dokter Hide membuat Bodyguard Tsuki langsung jalan.
"Tsuki!"
Panik Murano.
Dokter Hide segera memeriksa kondisi Tsuki dan mengganti selang infusnya dengan yang baru.
Dia menekan tombol darurat dan suster segera berdatangan. Ruangan Tsuki jadi ribut seketika. Murano dipaksa keluar agar tidak mengganggu jalannya pemeriksaan.
Bodyguardnya berhasil mendapatkan suster yang tadi datang. Murano sangat marah dan seperti akan membunuhnya lewat tatapannya.
"Mikoto sama akan mengurusnya, bawa dia pergi! kalau aku pasti akan membunuhnya!"
Ucap Murano pasrah, jika dia yang mengurusnya pasti suster ini akan mati sebelum dia membocorkan siapa dalangnya. Bodyguardnya membawanya pergi, suster ini sudah sangat ketakutan.
Bodyguardnya pikir suster ini datang merawat Tsuki, tapi ternyata sebaliknya. Mereka merasa gagal menjaga tuan mereka.
Pelayannya membawa bayinya kembali mereka masih terlelap.
"Tuan, apa yang terjadi?"
"Mereka mencoba membunuh Tsuki, kalian harus hati-hati membawa sang bayi. Jangan biarkan orang lain menyentuhnya."
"Kami mengerti,"
Murano mencium kedua anaknya bergantian.
"Semoga ibumu baik-baik saja."
Doanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.