"Masa kritisnya sudah lewat, untung saja racunnya belum masuk ke jantung."
Ucap dokter Hide lega, dia benar-benar sangat panik tadi.
"Apa Tsuki baik-baik saja?"
"Iya, dia sudah baik-baik saja. Tinggal menunggu dia bangun."
Ucap dokter Hide. Murano bernapas lega bersama Hiro. Tsuki pun dipasangi alat medis karena keadaan kritis tadi,
Telepon dari Mikoto pun membuat Murano segera mengangkatnya.
"Aku mengerti, terima kasih banyak Mikoto sama."
Ucapnya sebelum menutup telepon.
"Hiro, tolong siapkan apa yang kuminta. Akan kuhancurkan orang itu secepatnya!"
"Baik!"
Balas Hiro segera pergi. Dokter Hide pun pergi dan membiarkan Murano di sana bersama Tsuki. Bayinya juga di sana agar Tsuki tidak panik jika dia bangun dan anaknya tidak bersamanya.
Benar saja, setelah membuka matanya bayinya yang dicari.
"Kirio, Kaoru,"
Panggilnya dengan suara kecil. Murano yang baru saja menutup mata lelahnya kembali terbangun.
"Tsuki!"
"Murano.."
Panggilnya dan melepas oksigennya yang mengganggu.
"Dipakai dulu untuk sementara. Jangan dilepaskan!"
"Aku tidak bisa bicara kalau pakai itu."
Balasnya,
"Tapi!"
"Aku sudah tidak merasa sesak napas, tenang saja."
Jawabnya,
"Mereka masih di sini kan?"
"Bayi kita masih di sampingmu. Kau ingin menyentuhnya?"
"Iya, aku ingin menyentuhnya."
Pintanya dan Murano segera menggendong bayinya kepada Tsuki, Tsuki menyentuh mereka secara bergantian karena Murano tidak bisa menggendong mereka sekaligus.
"Kau sudah merasa tenang?"
"Hm..Kalau mereka baik-baik saja aku sudah tenang."
Ucapnya kembali tidur, Murano kembali memasangkan oksigennya.
"Dia bangun karena takut kehilangan mereka. Aku akan membuat mereka membalas semua yang mereka lakukan pada kalian! Aku janji!"
Gumam Murano.
Tsuki terlelap tanpa tahu apapun lagi, bayinya juga tidur dengan tenang.
Murano juga lelah, dia terlelap di sofa.
Tsuki menimang salah satu bayinya yang menangis, sejak dia bangun pagi ini dia tidak mau berpisah dari anaknya. Dia mau menggendong anaknya terus sedangkan Murano tidak ada di sana,
Master menemaninya sebentar.
"Tsuki kalau lelah letakkan saja bayimu ke kasur."
"Aku ingin menggendongnya,"
"Tanganmu akan pegal nanti, jadi baringkan saja."
"Aku tidak mau,"
"Kau kenapa Tsuki?"
"Aku ingin terus bersama mereka, aku ingin melihat mereka."
Jawabnya. Master terdiam, anaknya mulai terbangun dan menangis.
"Kenapa Kaoru menangis? Berikan dia padaku!"
Pinta Tsuki meminta bayinya, padahal Kirio masih dalam pelukannya.
"Aku yang akan menenangkannya. Baringkan bayimu sekarang juga."
Pesan master pada Tsuki dengan nada yang ditekan.
Tsuki pun menurut.
"Kau ini kenapa Tsuki? Kau tidak seperti biasanya. Murano sangat khawatir denganmu."
"Maaf, aku hanya takut tidak bisa bersama kalian."
"Bodoh, kami tidak akan meninggalkanmu."
"Aku yang mungkin akan meninggalkan kalian."
"Apa maksud perkataanmu? Kau harus bersama mereka terus. Kau ingin meninggalkan anak dan suamimu?"
"Tentu saja tidak! Aku ingin bersama mereka. Tapi.."
"Tapi kenapa?"
"Aku tetap merasa aku sendirian dalam kegelapan, aku ingin melihat mereka master. Aku ingin melihat mereka."
Tangis Tsuki, master mengusap air mata Tsuki.
"Suatu hari kau juga pasti bisa melihat mereka. Percaya pada Murano, dia sudah berusaha mendapatkan pendonor. Semoga dia mendapatkan untukmu."
"....................."
"Karena itu jangan sedih, Murano akan tertekan jika kau demikian. Kau tidak kasian pada suamimu yang kerja setiap hari dan terus memikirkan dirimu?"
"Aku mengerti, aku tidak akan membebaninya lagi."
"Bagus kalau begitu, jangan menyerah."
"Iya,"
Setelah mendapat ceramah dari master, Tsuki tidak lagi terus mengeluh tentang penglihatannya. Dia bisa mengurus anaknya tanpa kedua matanya ini. Dia Cuma tidak bisa melihat rupa anaknya saja, tapi dia akan bersabar sampai waktunya.
Tsuki pulang ke rumahnya dengan sambutan meriah oleh para pelayannya. Dia tertawa kecil karena kata selamat dari semua pelayan di sana.
Dia sangat bahagia sudah kembali ke rumah,
"Tsuki aku sedang membuat acara penyambutan anak kita."
"Sudah kau lakukan?!"
"Tentu saja, besok semuanya sudah kelar. Aku juga sudah mengundang para tamu."
"Kau melakukannya tanpa persetujuanku?"
"Aku tidak mau kau terlibat, kau sudah lelah mengurus anak-anak. Anggap saja ini kejutan untuk menyambutmu dan anak kita."
"Baiklah, terserah kau saja."
"Jangan marah Tsuki."
"Aku tidak marah, lakukan sesukamu."
Balasnya dan Murano tertawa senang. Dia senangnya minta ampun.
Acara besarnya pun dirayakan secara meriah, dan tamu yang tidak terduga pun datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.