Eirin menjenguk ayahnya yang katanya sakit, tapi dia hanya diam di dalam ruangan ayahnya.
Ayahnya menatap putra kecilnya.
"Eirin? Ada yang mengganggu pikiranmu?"
"Ayah kau tahu? Mikoto melepaskan wanita yang meracuninya!"
"Kau bertengkar dengannya lagi?"
"Ini salahnya ayah! Dia selalu begitu!"
"Eirin, dia berhak melakukan itu. Dia adalah ketuanya sekarang, keputusan apapun kalian harus mematuhinya."
"Tapi aku tidak suka dengan sikapnya ayah! Dia seperti tidak peduli dengan nyawanya! kalau dokter gagal menyelamatkannya.. Apa jadinya nanti!"
Balas Eirin. Ayahnya tersenyum dan mengusap kepala putranya.
"Kau sudah semakin dewasa. Kau hanya mencemaskannya. Tapi kau harus menghargai keputusannya."
"..........................."
"Dia pasti punya alasan untuk tidak menghukumnya. Dan tidak mungkin orang sepertinya akan membunuh seperti kebanyakan ketua lakukan."
"Benar juga, Mikoto memang terlalu baik."
"Kau harus mengerti dia, dan dia menjagamu dengan baik bukan?"
"Maksud ayah?"
"Shou sudah menceritakannya, kau hilang konsentrasi dan berkat Mikoto kau bisa selamat dari peluru itu. Kenapa kau ceroboh? Makanya kubilang kau tidak cocok di dunia ini! Aku takut kehilanganmu!"
Jerit ayahnya memeluk Eirin.
"Maaf ayah, aku akan berhati-hati lain kali."
"Kau harus berjanji pada ayah, ayah tidak mau kehilanganmu. Harta paling berhargaku yang ditinggalkan ibumu."
"Aku mengerti, aku bukan anak kecil lagi ayah."
Tawanya melihat ayahnya yang over ini.
Setelah mendapat pencerahan oleh ayahnya, dia pun berjalan keluar dari rumah sakit, dan di depan rumah sakit sudah menunggu mobil dan Mikoto.
"Kau sudah selesai menjenguk ayahmu?"
Tanyanya melihat Eirin. Eirin memalingkan wajahnya dan berjalan lain arah.
"Eirin, maafkanku."
Ucapnya menyesal. Tapi dia tidak bersalah sepertinya, kenapa dia minta maaf?
"Aku tidak akan melakukannya lagi, jadi maafkanku. Aku melepaskannya karena tahu dia bukan orang seperti itu, tidak ada alasan dia membunuhku. Tapi mungkin dia punya alasan lain yang tidak kita ketahui. Jadi aku tidak mau menjadi penyesalan suatu hari nanti."
Jelasnya pada Eirin.
"Apa boleh buat, kau adalah ketuanya. Aku tidak akan melarangmu."
Jawabnya.
"Apa kau memaafkanku?"
"Aku tidak memaafkanmu karena kau tidak bersalah, aku yang terlalu egois."
"Eirin!"
Pekiknya senang dan memeluknya.
"Aku senang kalau kita bisa bicara lagi! Selama tidak bicara denganmu rasanya hidupku sangat hampa."
"Aku juga, aku merasa sedih karena tidak melihatmu."
Jawabnya jujur akhirnya.
Mikoto tersenyum,
"Aku lapar, kau mau makan sesuatu?"
"Kau belum makan?"
"Aku tidak bisa makan tanpamu. Karena kau selalu menyiapkan makanan untukku."
Jawabnya. Dia lupa menyiapkan makanan untuk ketuanya. Karena insiden tersebut, dia tidak mau orang lain menyiapkan makanan Mikoto selain dirinya.
"Baiklah, kita makan di luar saja. Mumpung sudah di luar."
"Asyik!"
Pekik Mikoto senang dan menarik Eirin ke dalam mobil, dia sudah lama tidak makan makanan luar. Dia sepertinya rindu dengan makanannya dulu. Junk food yang mudah dibeli dan murah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.