Sehabis mandi, Mikoto pun mengganti perban dan mengolesi krim pada lukanya agar cepat sembuh. Saat itu Eirin datang ke ruangannya,
"Mikoto,"
"Eirin? Selamat kembali, kau sudah makan?"
"Aku sudah makan tadi, kau sedang apa?"
"Hanya mengganti perbanku yang basah,"
Jawabnya.
"Biar kubantu."
"Tidak perlu, aku bisa melakukannya."
"Tidak apa-apa, aku ingin membantu ketua."
"Ya sudah kalau begitu,"
Ucap Mikoto pasrah dan Eirin pun menggantikannya.
"Bagaimana bangunanmu? Kapan baru bisa dipakai?"
"Minggu ini sudah bisa dipakai."
"Secepat itu?!""
"Tentu saja, aku memintanya cepat."
"Tapi secepat itu!! Biasanya akan sampai sebulan atau lebih."
"Aku meminta mereka percepat. Mereka menjanjikanku minggu ini sudah beres."
"Kau serius?! Cuma seminggu?!"
"Kenapa aku terkejut seperti itu?"
"Yah, tidak pernah mendengarnya. Apa dia akan meminta satu kampung orang melakukannya?! Bangunanmu cukup rusak parah!"
"Hey mereka punya mesinnya, jadi tidak perlu banyak manusia ikut campur."
"Oh iya mesin, jadi bukan manusia yang melakukannya?"
"Manusia juga ada, tapi mesinnya dominan."
"Aku mengerti, lebih cepat selesai lebih bagus."
"Iya, aku akan mendesak mereka."
"Kau jangan pakai kekerasan!"
"Kau pikir aku orang yang sekasar itu?"
"Aku tidak yakin, kau pasti akan melakukan apapun setelah punya keinginan."
"Apa yang kau tahu tentang diriku?"
"Aku tidak tahu apapun tentangmu, tidak sepertimu yang sudah tahu semua identitas dan masa laluku."
"Apa aku berlebihan?"
Tanyanya dan Mikoto tertawa, sudah terlambat menyadarinya. Tentu saja berlebihan, siapa yang mau masa lalu yang ingin dia lupakan terngiang kembali diotaknya.
"Tidak apa-apa, sudah terlanjut juga. Jadi tidak ada rahasia yang kusembunyikan darimu."
"..............................."
Eirin menatapnya, apa yang dia katakan semuanya benar. Semua rahasianya sudah Eirin ungkap. Dia tidak punya hal lain lagi.
Tapi Mikoto slow slow saja dan tidak terlihat marah.
"Eirin tadi aku bertemu dengan Sato,"
"Lalu apa yang kalian bicarakan?"
"Tidak ada yang penting, tapi kami berlatih tanding barusan. Dia mengalahkanku."
"Tentu saja kau akan kalah, aku saja tidak pernah menang darinya."
"Kau serius?! Dia sehebat itu? Tapi aku belum pernah berlatih tanding denganmu."
"Kau ingin mencobanya?"
"Tentu saja!"
Pekiknya senang.
"Ayo!"
Pekiknya mengajaknya pergi.
"Sekarang?!"
"Tentu saja! Aku sudah selesai istirahat!"
"Kau benar-benar tidak tahu kata lelah yah!?"
"Apa maksudmu? Aku harus menjadi lebih kuat!"
Pekiknya semangat.
Eirin tertawa kecil dan segera menyusul Mikoto.
Keduanya bertanding tapi tidak sekalipun Mikoto menang dari Eirin.
"Aku menyerah!"
Pekiknya berbaring di lantai karena lelah. Eirin memberikan handuk dan air mineral.
"Bagaimana? Masih mau bertanding?"
"Aku tidak akan bisa menang darimu!"
Jeritnya kesal. Eirin saja tidak bisa dia kalahkan apalagi Sato yang lebih hebat dari Eirin?
"Aku dan Sato niisan sudah mempelajarinya sejak kecil. Ayah melarangku melakukannya, tapi aku tetap berlatih tanpa sepengetahuannya."
"Ayahmu benar-benar menyanyangimu."
"Ayah kehilangan ibu sejak kelahiranku."
"............................"
"Karena itu dia selalu overprotective. Aku tidak membencinya, dia sangat penting dan berarti untukku. Jadi aku berlatih keras untuk menjabat ketua suatu hari nanti, tapi dia berpikir lain."
"Karena itulah dia tidak mau kau terlibat hal berbahaya seperti itu."
"Tapi memilih orang sepertimu? Kenapa dia melakukan itu?"
"Itu, aku juga tidak tahu. Coba kau tanya sendiri dengan ayahmu."
Ayahnya yang dibicarakan pun bersin-bersin di rumah sakit.
"Tuan, apa anda sakit?"
"Tidak, bagaimana perkembangan Mikoto?"
"Beberapa hari yang lalu dia menyelamatkan karyawan dari kebakaran."
"Dia memang baik, tapi kebaikannya itu akan menjadi bumerangnya suatu hari nanti. Aku khawatir,"
"Eirin sama bersamanya."
"Eirin tidak akan bisa menjaminya. Karena Mikoto tidak punya rasa curiga apapun pada orang sekitarnya, dia menganggap semua orang itu sama. Dia tidak akan tahu seseorang akan mengincarnya karena kebaikannya."
"Tuan.. Anda sangat memikirkannya."
"Tentu saja, aku yang sudah memilihnya."
"Kenapa anda memilihnya? Eirin sama bisa melakukannya."
"Putraku tidak akan bisa menjadi seorang ketua, dia tidak punya karisma yang dapat membuatnya dihormati seperti Mikoto."
"Anda sangat yakin dia bisa memimpin dengan baik?"
"Tentu saja, apa kau meragukan tuanmu ini?"
"Aku tidak akan pernah meragukan anda."
"Aku yakin, dia akan menjadi ketua yang paling dihormati dan mereka yang percaya padanya akan mengorbankan nyawanya untuknya."
Ucapnya yakin. Dia tidak bisa lagi menggerakkan kakinya, tapi dia tidak terlihat putus asa. Karena seseorang sudah membuatnya tenang meninggalkan kelompoknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.