"Tsuki chan, aku akan berangkat kerja."
Ucap Murano sudah siap-siap. Tsuki masih bergumpal dalam kasurnya. Murano mencium Tsuki sebelum pergi.
"Hati-hati,"
Pesannya seperti biasa,
"Jangan lupa sarapan, jangan tidur kesiangan juga. Makan dulu."
"Hmm.."
Balasnya lagi karena malas bangun.
Murano pun pergi.
Sianganya dia bangun karena merasa lapar.
"Tolong makananku,"
Pintanya pada pelayan yang sudah menunggunya. Mereka membawa makanannya dan memberikan pada Tsuki. Setelah beberapa lama tinggal di sini dia sudah terbiasa akhirnya. Tinggal mengucapkan katanya dan semuanya siap sedia.
Tsuki memakan makanannya dengan diam. Dia tidak tahu makanan apa yang mereka sajikan yang pasti makan saja.
Tsuki masih tengan makan, tiba-tiba pintu kamarnya terbuka dan berdiri seorang wanita, semua pelayan membungkuk padanya. Tsuki tidak tahu karena tidak bisa melihat, dia memakan makanannya tanpa menyapa wanita ini.
Wanita ini berjalan ke hadapan Tsuki tapi tetap tidak dipanggil.
Tsuki bisa mencium wangi parfum dari wanita ini.
"Apa ada orang lain di sini?"
Tanya Tsuki pada pelayannya.
"Apa kau orang yang baru dinikahi anakku?!"
Tanyanya dengan nada yang menekan membuat Tsuki panik.
"Ma-maaf, aku tidak tahu anda di sini."
Ucapnya segera bangkit dan justru menumpahkan minuman pada wanita ini.
"Panas! Apa yang kau lakukan?! Kau ingin membakarku!?"
"Maaf, aku tidak sengaja!"
Panik Tsuki yang tidak bisa melihat. Dia bukan sengaja, tapi kenapa ibunya tiba-tiba ada di sini? Padahal hari pernikahan mereka sudah berlalu cukup lama?
"Benar saja kata president Sawaru! Pria buta yang dinikahi anakku?! Kenapa memutuskan hubungan pernikahan tanpa sepengetahuanku? Dan menikah dengan pria cacat seperti ini?!"
Marah ibunya membuat Tsuki tidak bisa bersuara.
Dia ketakutan. Dia pun pergi setelah memaki Tsuki. Tsuki tidak bisa membalasnya karena itu kenyataan.
"Apa aku membuat ibu Murano marah?"
Gumamnya,
"Murano san pasti akan marah."
Sambungnya menyesal. Dia pun tidak lagi nafsu makan dan duduk diam di kasurnya.
"Tsuki!"
Panggil Murano kembali dari kantornya setelah mendengar berita ibunya datang.
"Murano san?"
"Tsuki kau baik-baik saja? Apa dia melakukan sesuatu padamu?"
"Tidak, aku yang membuat kesalahan. Aku tidak tahu dia datang dan tidak sengaja menumpahi dia minuman,"
"Tidak apa-apa, aku tidak akan menyalahkanmu. Tunggu di sini okey, aku akan mengurusnya."
Pesannya sebelum pergi.
Murano pun menemui ibunya,
"Murano! Aku tidak tahu apa yang membuatmu berubah pikiran?! Wanita cantik seperti Ayumi kau tolak? Dan menikahi pria buta?!"
Marah ibunya langsung setelah melihat Murano.
"Jangan mengatai dia buta! Salah siapa dia jadi begitu?! Wanita cantikmu yang kau panggil Ayumi melakukannya! Masih untung aku memenjarakannya! Aku belum mencongkel matanya!"
Balas Murano kesal.
"Kau berani melawan ibumu?!"
"Ibu mana yang meninggalkan anaknya?! Dan ibu mana yang selalu memaksakan kehendaknya pada anaknya? Tidak peduli pada kebahagiaan anaknya? Ibu mana yang kau maksud? Aku tidak punya ibu seperti itu kau tahu!"
Balas Murano lagi, dia benar-benar tidak menyukai orang tuanya.
Ibunya terdiam,
"Kau tidak menghargai ibumu?"
"Aku harus menghargai siapa? Kalau kau ingin dihargai? Hargai dulu orang lain!"
"Aku paham kau merasa demikian, tapi kenapa kau memilih pria cacat seperti?!"
"Dia tidak cacat! Berani mengatainya cacat, jangan harap bisa menginjakkan kakimu kemari!"
"Apa kau masih membenci kami? Murano?"
"Tentu saja, aku membenci kalian! Jadi jangan mengatur hidupku sekarang! Biarkanku memilih kebahagianku, aku tidak mau kalian merusak kebahagiaan yang kunantikan ini. Kumohon pada kalian, menjauh dari hidupku dan jangan pernah kembali lagi!"
Mohon Murano pada ibunya, ibunya terdiam.
"Aku tidak akan mengatur hidupmu lagi, kau bebas melakukan apapun."
"Bagus kalau sudah mengerti, sekarang kau kembalilah ke Eropa. Jangan menggangu kami."
Usirnya.
"Tapi kau harus membebaskan Ayumi, president Sawaru ingin anaknya bebas."
"Suruh dia minta maaf pada Tsuki sendiri. Jangan harap anaknya bisa bebas."
Balasnya dan kemudian berjalan pergi.
Dia sudah menebak kedatangan ibunya, dia tidak pernah kemari tapi tiba-tiba datang? Bahkan dihari pernikahannya dia tidak datang? Murano tidak berharap dia datang juga, tapi ini sudah sebulan lebih sejak hari pernikahannya. Tidak mungkin ibunya datang untuk memberi mereka selamat bukan? Yang ada justru datang memisahkan mereka. Apa masih bisa disebut ibu oleh Murano? Tidak bagi Murano, lebih baik dia tidak punya ibu.
Hubungan keduanya memang tidak baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.