Miharu terbangun siangnya, dia tidak melihat siapapun.
"Aku dimana?"
Tanyanya bingung melihat sekitarnya.
Dia merintih sakit saat mencoba bangun, kakinya digips dan badannya sakit semua. Tangannya juga diperban pokoknya tubuhnya penuh luka sayatan orang-orang itu, mengingatnya membuatnya merinding ketakutan. Saat dia melihat bayangan wanita yang mati mengenaskan membuatnya ingin muntah.
Dia menutup mulutnya dan ingin ke toilet segera. Tapi kakinya sulit berjalan, dia tidak bisa menahannya lagi hingga dia memuntahkan isinya yang berisi cairan. Dia tidak makan apa-apa sejak semalam.
"Hoek!! Hoek!!"
Muntahnya, bayangan wanita itu dan darahnya membuatnya hilang akal sehat.
Sato kembali dari kantor untuk memeriksa Miharu dan mendengar suara muntahannya.
"Ada apa?!"
Tanyanya kaget dengan kotoran yang disebabkan Miharu. Miharu meneteskan air mata dan menutup mulutnya menatap Sato.
Orang yang paling tidak ingin dia temui malah muncul dan melihat keadaan menyedihkannya. Dia ingin menghilang saja.
"Maaf..."
Tangis Miharu.
"Kau tidak apa-apa!?"
Tanyanya khawatir. Dia memindahkan Miharu ke kasur sebelahnya, dia membuang selimutnya yang kotor dan melepas pakaian Miharu yang ikutan kotor.
Sato segera mengambil tissue dan membersihkan Miharu. Miharu menatapnya.
"Ada yang sakit?"
Tanya Sato dan Miharu mengangguk, karena tubuhnya sakit semua.
"Perlu kupanggilkan dokter?"
Tanyanya dan dia menggeleng tidak.
"Ma-maaf merepotkan anda Sato sama.."
Ucapnya dengan suara kecil.
"Kau perlu apa? Aku akan mengabulkannya."
"A-aku mau mandi.."
"Tentu! Aku siapkan air panas untukmu dulu. Tunggu di sini."
Pesannya dan berjalan pergi, dia merasa dirinya sangat bau dan Sato tidak mengatakan apa-apa mungkin karena tidak enak kali bicara orang bau.
Sato membantunya mandi, karena Miharu tidak bisa jalan, Sato yang menggendongnya. Dia tidak mengerti kenapa Sato mau melakukan hal ini pada orang yang baru dia kenal?
Miharu menatap Sato dengan wajah merona, dia merasa bahagia di sisi lain hatinya. Serta merasa malu karena harus diurus Sato dan muntahannya juga.
"Kau masih demam?"
Tanya Sato melihat wajah Miharu merona.
"Lebih baik jangan mandi lama."
Ucapnya segera keluar dari kamar mandi. Dia menggendong Miharu lagi dan mengeringkan tubuhnya. Dia juga mengganti perbannya yang sudah basah dengan yang baru.
Setelahnya dia memakaikan pakaian,
"Aku sudah belikan makanan, setelah makan jangan lupa minum obat."
"Maaf merepotkanmu."
"Kalau sudah selesai aku akan mengantarmu pulang."
"Aku mengerti, maaf sudah merepotkanmu."
"Kau tidak perlu khawatir, keluargamu pasti sudah panik sekarang di rumah."
"Aku tinggal sendiri, tidak ada yang akan peduli."
Jawabnya membuat Sato terdiam.
"Kau sendirian di rumah?"
"Iya, aku keluar dari rumah keluargaku dan menyewa apartemen kecil."
"Jadi kau tinggal sendiri?!"
"Iya, kenapa?"
Tanyanya bingung, Sato menatap Miharu kemudian kakinya.
"Bagaimana bisa meninggalkannya sendirian?!"
Gumamnya mulai berpikir.
"Aku bisa mengurus diriku sendiri, anda tidak perlu khawatir padaku."
"Tapi tetap saja kau tidak bisa sendiri dalam keadaan begini. Kau boleh tinggal di sini sampai kau sembuh. Aku akan mengantarmu pulang mengambil pakaianmu. Pakaianku terlalu besar untukmu."
Ucapnya memakaikan Miharu pakaian kebesarannya lagi.
"Aku tidak ingin merepotkanmu."
"Aku sudah direpoti, jadi aku akan menyelesaikannya sampai akhir."
"Baiklah, terima kasih Sato sama."
"Panggil saja Sato sudah cukup."
"Ba-baik, Sato.."
"Bagus, itu terdengar lebih muda."
Ucapnya ngelawak tapi Miharu tidak tertawa, dia hanya tertawa sendiri.
"Lupakan saja, aku harus ke kantor. Makananmu jangan lupa dimakan."
"Terima kasih atas segalanya."
"Iya,tidak perlu berterima kasih. Aku pergi dulu, kalau perlu sesuatu hubungi aku."
"Baik!"
Balasnya cepat. Miharu senang sekali bisa bersama dengan Sato yang di kagumi selama ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.