"Lari Hiroi!"
Pekik ibunya dan dia segera lari ke dalam kamar dokter Hide serta menguncinya rapat. Orang ini menggendor pintunya dan Ayumu segera berlari ke arah pintu keluar untuk meminta bantuan.
Tapi tangannya terikat sehingga dia kesulitan dan orang ini menyadarinya. Segera dia menarik Ayumu dengan keras dan membantingnya ke lantai. Dia pun menyeret kaki Ayumu yang sedikit pusing karena benturan keras ke lantai.
"Kau mau kabur kemana!? Siapa yang mengizinkamu pergi!"
Marahnya.
"Lepaskan! Lepaskan!"
Ayumu meronta dan menendangnya dengan kaki bebasnya hingga berhasil melarikan diri. Ayumu kembali ke arah pintu tetapi orang ini justru memukul kan kepala Ayumu dengan keras ke dinding membuat pandangan Ayumu gelap seketika.
Dia kembali menyeret Ayumu dan Ayumu kembali sadar setelah beberapa detik.
"Aku tidak mau menyakitimu! Kau yang membuatku melakukannya!"
"......................................"
Semuanya kebohongan.
"Aku menyesal bertemu orang sepertimu. Aku lebih baik mati jika harus hidup bersama orang sepertimu!"
"Kenapa kau menyesal sekarang? Sudah terlambat! Bukankah sekarang kau sudah hidup enak? Lalu bagaimana denganku? Aku sampai sekarang dikejar rentenir!"
"Itu bukan urusanku! kalau pun kau dibunuh aku justru senang! orang sepertimu pantas mati!"
"Kau benar-benar membuatku sangat kesal!"
Marahnya memukulkan kembali kepala Ayumu ke lantai dengan keras membuatnya berdarah. Ayumu terlihat kesakitan.
"Aku akan membunuhmu! Lalu akan mati bersamamu! Bukankah ini akan seperti sehidup semati?! Kemudian kekasihmu tidak akan peduli lagi padamu setelah tahu kau bersama mantan kekasihmu!"
Marahnya mencekik Ayumu dengan keras. Ayumu tidak bisa menghindarinya.
Dia tidak bisa melakukan apapun, kakinya menendang segala arah karena kesulitan bernapas. Orang ini sama sekali tidak mengendurkan cekikannya pada leher Ayumu.
Ketegangan pada tubuh Ayumu pun hilang dan perlahan pandangannya jadi kabur.
"Hi..Hide.."
Panggilnya untuk terakhir kalinya.
Pintu apartemennya pun terbuka, terlihat dokter Hide bersama beberapa polisi segera membekuk mantan kekasih Ayumu.
Dia sangat terkejut dan takut.
"Ayumu!! Ayumu!!!"
Panggil dokter Hide pada Ayumu yang tidak sadar. Lalu Hiroi keluar dari ruangannya sambil menangis karena mendengar suara dokter Hide. Untung saja dokter Hide sempat mengajari Hiroi panggilan cepat untuk penjaga di apartemennya sehingga mereka bisa menghubungi dokter Hide jika sesuatu terjadi pada keluarganya.
"Ayumu bangun! Buka matamu! Ayumu!!"
"Mama!! Mama!"
Tangis anaknya di samping ibunya.
"Mama!"
Salah seorang polisi menggendong Hiroi dan dokter Hide menggendong Ayumu untuk membawanya ke rumah sakit.
Tangan dokter Hide bergetar hebat melihat darah dari Ayumu. Dia seharusnya sudah biasa melihat darah tapi melihat darah kekasihnya sendiri itu membuatnya sangat shock.
"Ayumu.."
"Mama! Dokter! Bantu mama!"
Tangis Hiroi menyadarkannya, suster yang menjaganya membawanya karena dia terus merengek dan meminta bertemu ibunya.
Dokter Hide menatap Hiroi yang tidak putus harapan dan terus memanggil ibunya.
Dokter Hide mengepalkan tangannya dan segera masuk ke dalam ruang perawatan Ayumu yang ditangani dokter lain.
.................................................
Dokter Hide terlelap bersama Hiroi dalam pelukannya dengan keadaan terduduk di sofa. Matanya langsung melihat ke arah Ayumu yang masih belum sadar.
Ayumu mengalami sedikit pendarahan di kepalanya, tetapi dokter bedah berhasil menghentikannya. Selain luka di kepala yang lebih parah dan yang lainnya hanya luka memar serta sekitar lehernya.
Hiroi juga ikut terbangun karena gerakan dokter Hide.
"Mama.."
"Dia akan baik-baik saja."
"Hiroi tidak marah lagi sama mama, jadi selamatkan mama dokter."
"Mama akan baik-baik saja."
Doanya, dia menatap Ayumu dan masih penasaran dengan orang gila yang masuk ke dalam apartemennya dan membuat keributan ini. Kata Hiroi dia yang membuat ibunya memar sebelumnya tapi penjelasan Ayumu berbeda, dia mengatakan Hiroi yang melakukannya. Satu lagi kebohongan yang dilakukan Ayumu padanya.
Apa Ayumu tidak mempercayainya??
Sampai terbesit pikiran itu di kepala dokter Hide.
Dia sangat sedih, dia menghela napas.
"Apa kau tidak pernah mempercayaiku, Ayumu?"
Tanya dokter Hide frustasi.
"Hiroi, aku akan membeli sarapan, tunggulah di sini sebentar."
Pesannya pada Hiroi dan dia pun mengangguk mengerti, dokter Hide segera berlalu.
"Pagi dokter Hide,"
Sapa suster yang menjaga Hiroi semalam.
"Pagi sus,"
"Bagaimana keadaan kekasih anda?"
"Dia masih belum sadar."
"Apa dia akan baik-baik saja? Dimana Hiroi?"
"Kuharap tidak terjadi hal buruk padanya. Hiroi menunggunya dalam kamar."
"Dia pasti sangat khawatir. Bagaimanapun seorang pasti akan sedih melihat ibunya terluka. Apalagi anak pintar seperti Hiroi. Dia sangat mengerti keadaan sekitarnya."
"Itu karena dia sudah diajarkan sejak kecil."
"Dia pasti tahu apa yang terjadi pada ibunya."
"Karena itu aku tidak mau Hiroi berpikir buruk pada ibunya. Ayumu tidak akan bisa menerima kenyataan itu."
"Dokter harus bisa mengisi kekosongan mereka."
"Aku tahu! Aku akan melakukan yang terbaik!"
"Kutunggu undanganmu dokter!"
"Tunggu saja!"
Pekiknya senang. Mereka pun berpencar pergi ke tempat masing-masing.
Dokter Hide tertawa kecil memikirkan pesta pernikahannya nanti.
Lalu langkahnya terhenti saat mendengar tangisan keras dari Hiroi memanggil
"Mama!"
Dokter Hide berlari ke dalam kamar dan terdiam diambang pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.