Seminggu setelahnya, karena Mikoto teratur minum obatnya 3x sehari, suaranya perlahan kembali lagi dan dia bisa bicara lagi.
"Yes! Suaraku kembali!"
Pekiknya girang.
"Selamat ketua! Suara anda telah kembali."
Pekik bawahannya yang sudah respek dengan Mikoto.
"Iya, aku bisa bicara lagi."
Senangnya. Eirin tersenyum kecil karena bisa mendengar suara Mikoto lagi.
Eirin terlihat lelah karena bekerja setiap hari tanpa istirahat,
Dia pun tertidur dalam mobilnya bersama Mikoto yang baru pulang meeting. Mikoto menatapnya dan meminjamkan bahunya pada Eirin. Dia senang sekali karena Eirin bisa tidur nyenyak di bahunya.
Sampai di rumahpun Eirin masih terlelap, Mikoto tidak tega membangunkannya dan memilih menggendongnya ke kamarnya dan tidur di futon hangatnya,
Mikoto menyelimuti Eirin, dia tahu Eirin sudah bekerja keras selama ini dan selalu merawatnya. Gilirannya sekarang yang menjaga Eirin, jika dia terus memaksakan dirinya. Maka dia juga akan sakit nanti.
Karena itu Mikoto tidak bisa membiarkannya sakit karena dirinya.
Dia menatap wajah tidur Eirin yang damai dan kemudian tersenyum seperti orang gila.
...........................................
Eirin terbangun dan menyadari dirinya ada di kamar Mikoto. Tapi tidak terlihat batang hidung ketuanya.
Dia pun segera mencarinya. Dan dia sedang bercengkrama dengan beberapa bawahannya di lapangan. Dia masih memakai baju trainingnya, sepertinya baru pulang lari pagi.
Para bodyguardnya tetap bersamanya seperti yang diperintahkan.
"Mikoto!"
Panggil Eirin membuatnya berpaling.
"Eirin? Kau sudah bangun? Apa tidurmu nyenyak?"
Tanyanya menghampiri Eirin.
"Bagaimana denganmu? Kau tidur dimana saat futonmu kupakai!?! Kenapa tidak membangunkanku!"
"Aku bisa tidur dimana saja, aku tidak bisa membangunkanmu karena kau sangat terlihat lelah."
"Tetap saja harus membangunkanku!"
"Baik. Baik. Lain kali aku akan membangunknmu."
Jawabnya pasrah. Dia tidak bisa beragumen dengan Eirin, dia tidak akan menyerah sampai semuanya disetujui. Itulah sifat Eirin.
"Aku mandi dulu. Hari ini ada meeting kan?"
Ucap Mikoto berjalan masuk rumah, Eirin pun segera mandi untuk menyusul Mikoto bersama ke pertemuan.
Hari ini juga meeting berjalan lancar tanpa ada gangguan,
Tapi Mikoto sempat berbeda pendapat dengan ketua lainnya. Tapi pada akhirnya semuanya menyuarakan pendapat dan sarannya.
Senyum kemenangan dia dapatkan.
Eirin juga puas dengan hasil hari ini.
Tiba-tiba saja mobil mereka berhenti karena ada yang menghalangi jalan mereka,
Dan kemudian mereka segera menembak ke arah mobil Mikoto, walau kaca anti peluru tetap saja tembus setelah beberapa mendapat tembakan bertubi-tubi membuat sopir dan bodyguard di depannya tewas. Dan segera mobil yang di belakang Mikoto berhenti dan menembaki mereka yang menyerang mobil Mikoto. Untung saja mereka membawa banyak bodyguard.
Eirin dan Mikoto baik-baik saja. Tapi bawahannya tewas di tempat.
Eirin sangat marah dan segera keluar dengan membawa pistolnya.
Mikoto masih kaget dengan serangan mendadak ini.
"Aku harus bagaimana?!"
Jeritnya bingung karena ini pertama kalinya dia mengalami hal ini. kejadian ini sama dengan ketua sebelumnya, tapi untungnya dia tidak kenapa-napa sekarang.
Dia melihat mereka melakukan baku tembak dan melindungi mobilnya dari serangan musuh. Beberapa bodyguardnya terluka dan Eirin juga berhasil membunuh mereka satu persatu. Dia memang hebat, puji Mikoto.
"Kalau aku tetap di sini, aku akan seperti seorang pengecut!"
Pekiknya tiba-tiba karena melihat semuanya bertarung dan dirinya duduk enak.
Dia pun segera keluar dari mobil.
Untuk ikut bertarung tapi beberapa tembakan mengarah padanya hingga dia masuk mobil lagi.
"A-apan itu?! Mereka sadis sekali!"
Jeritnya kaget sambil memegangi jantungnya.
Dia pun mengambil pistol bawahannya, dia sempat belajar menggunakan senjata api oleh Eirin. Jadi kurang lebih dia tahu memakainya. Tinggal masalah bidiknya, dia pasti bisa karena sudah dibekali dengan beladiri panah di dojonya, intinya fokus pada satu titik dan tembak.
Mikoto berhasil mendapatkan salah satunya dan dia menjerit senang.
"Bukan saatnya senang!"
Marah Eirin segera melindungi ketuanya.
"Lindungi ketua hingga masuk ke dalam mobil dengan aman!"
Perintah Eirin untuk membawa Mikoto ke mobil lainnya di belakangnya.
Mereka melindungi Mikoto sambil bertarung.
Baku tembak terus berlangsung hingga para musuh berkurang.
Beberapa dari mereka sudah kehabisan peluru termasuk Eirin, saat dia mencoba mengambil isi peluru di saku lainnya tembakan pun mengarah padanya.
"Eirin!!"
Pekik Mikoto segera melindunginya dari tembakan tersebut, alhasil Mikoto berhasil menyelamatkan Eirin dan melukai lengannya sendiri karena peluru yang menembus lengannya.
"Mikoto! Kau tidak belajar dari pengalamanmu!?!"
Marahnya.
"Bukan saatnya marah, segera pergi dari sini! Jangan melakukan perlawanan lagi!"
Ucapnya tegas. Mereka tidak akan habisnya jika terus berjuang dan lagi bawahannya sudah berkurang.
"Baik! semuanya mundur!"
Perintah Eirin dan segera masuk ke dalam mobil dan melesat pergi saat ada kesempatan.
Mikoto menghela napas panjang karena sudah bisa bernapas normal.
"Mikoto! Bagaimana lenganmu!?"
"Hanya tergores jangan khawatir."
Ucap Mikoto pada Eirin yang masih merasa menyesal karena hilang fokus.
"Aku tidak apa-apa."
Ucapnya. Eirin tetap merasa menyesal, dia terluka karena melindunginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.