Tsuki terdiam di depan pintu rumahnya, dia bingung kenapa pintunya terbuka seingatnya dia sudah menguncinya.
Dia pun masuk dan melihat barang-barang rumahnya berantakan,
"Apa yang terjadi?"
Pikirnya bingung, dia melihat sekitar tapi tidak ada barang yang hilang.
"Tidak ada barang berharga untuk di curi,"
Gumamnya memungut barangnya.
Tiba-tiba hp Tsuki berdering membuatnya kaget.
"Aku terkejut!"
Marahnya karena hpnya, dia sedang dalam kondisi yang tegang tapi hpnya malah bunyi.
"Hallo,"
Jawabnya tanpa melihat si penelepon. Dia berjalan ke arah kamarnya dan membuka pintu, alangkah kagetnya dia melihat seseorang sedang mengacak kamarnya. Dia menutup kembali pintu kamarnya,
"Tolong!"
Jeritnya mencoba keluar dari rumahnya. Pencurinya segera mengejar Tsuki dan menariknya kembali ke dalam rumah dan membungkam mulutnya.
"Mmn!! Mm!!"
Jerit Tsuki. Dia pun mengikat Tsuki dan melemparkan di dapur.
"Diam di sana!! Aku tidak tertarik dengan pria! Kenapa tidak ada satu cewek pun di rumahmu!"
Marahnya menendang Tsuki dan kemudian mengacak-acak rumahnya.
Tsuki mencoba meraih hpnya yang tidak jauh darinya, dan masih menyala karena ada yang telepon. Tapi dia tidak tahu siapa yang telepon.
Sayangnya telponnya sudah diambil pencuri tersebut, dia menendang Tsuki lagi dan kini mengambil tasnya dan mengacaknya, sejumlah uang tunai diambil.
"Kau miskin sekali, tidak ada apa-apa di rumah ini! Salah masuk rumah!"
Marahnya dan berjalan pergi saja. Tsuki mulai merasa sesak dan mencoba mencari inhalernya tapi saat dia temukan itu sudah rusak.
Tsuki pun pasrah, tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang. tangan dan kakinya terikat bahkan mulutnya juga dibungkam.
Dadanya juga sudah terasa sesak.
"Nn!!Nn!!"
Gumamnya dengan suara kecil. Meminta bantuan sekarang sudah tidak penting kalau tidak ada suara.
Dia pun terdiam saja dan tidak mau melakukan apapun hingga matanya menutup sendiri.
............................................
"Hello pres, anda ingin menemui Tsuki?"
Tanyanya di balik telepon, dia menahan pencuri yang sudah merampok rumah Tsuki di depan di rumahnya. Hiro tidak masuk ke dalam rumahnya karena sibuk menghajar orang ini. Sebelum menyelesaikan pencurinya dia sudah menelepon Murano agar bisa jadi pahlawan malam Tsuki.
10 menit perjalanan dia sudah sampai masih dengan pakaian piyama dan jaket tipis.
"President sudah mau tidur?!"
"Dimana Tsuki chan!?"
"Mungkin di dalam."
"Kenapa kau tidak masuk?! Bagaimana keadaannya?"
"Aku hanya ingin president jadi pahlawannya."
"Omong kosong! Tsuki chan punya penyakit! Bagaimana kalau dia kambuh!"
Marahnya segera masuk ke dalam rumah. Dia mencari kamarnya dulu,
"Tsuki chan! Dimana kau?! Tsuki chan!"
Panggilnya mencari dan menemukannya di dapur.
"Tsuki chan!! Tsuki chan!!"
Paniknya memanggil Tsuki tapi tetap tidak sadar. Dia melepas semua ikatannya dan membawanya pergi.
"Pres!"
"Apa yang kubilang! Bunuh saja pencuri itu!"
Pesannya dan segera pergi.
"Sesuai keinginan anda!"
Balas Hiro dan membawa pencuri itu pergi juga.
Untung saja Tsuki tidak apa-apa, dia sudah bisa bernapas normal dengan selang oksigennya.
Murano duduk diam di sampingnya.
"Aku tidak terlambat bukan? Maafkanku."
Ucapnya memegang tangan Tsuki.
Tentu tidak ada jawaban dari Tsuki.
Paginya Tsuki membuka matanya, dia merenggangkan ototnya dan duduk diam di kasur, dia melepas sendiri selang oksigennya karena dia sudah bernapas dengan normal.
"Kau sudah bangun?"
Sapa Murano membawa kopi hangat datang. Tsuki menatapnya dari atas sampai ke bawah, piyama dan sandal rumahan.
"Jangan melihatku seperti itu!"
"Kenapa kau bisa di sini Murano san?"
"Aku yang meneleponmu!"
Balasnya dan Tsuki langsung mengerti.
"Lagi-lagi kau menyelamatkanku. Aku tidak tahu harus bagaimana berterima kasih,"
Ucapnya,
"Kau tidak marah denganku?"
"Marah? Untuk apa?"
Tanyanya balik menatap Murano, Murano menatapnya.
"Master tidak mengizinkanku menemuimu."
"Aku tahu, maaf sudah membuatmu susah."
"Tidak, bukan itu masalahnya. Aku pikir kau juga tidak akan menemuiku."
"Tentu saja tidak, maaf untuk liburan kemarinnya."
"Iya tidak apa-apa, kita bisa pergi lain kali."
"Itu tidak mungkin, aku tidak akan pergi denganmu lagi."
"Kenapa?"
"Kau akan segera menikah bukan? Kau harus pergi dengan istrimu."
Jawabnya. Murano terdiam,
"Aku.."
"Aku akan datang dihari pernikahanmu."
Sambungnya, Murano menatapnya. Dia merasa sesak saat ini,
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.