Mikoto membuka matanya dan matanya langsung menangkap sosok Eirin yang terlelap di sampingnya dalam keadaan terduduk.
Mikoto segera bangun dan Eirin ikut terbangun.
"Apa aku membangunkanmu?"
Tanya Mikoto,
"Mikoto, kau baik-baik saja?"
"Iya, aku merasa lebih baik."
Jawabnya, dia pun menarik Eirin duduk di pangkuannya.
"Hey, kenapa kau tidur di sini. Apa tubuhmu baik-baik saja?"
"Hanya pegal,"
"Apa kau masih ngantuk? Tidurlah di kasurku."
"Lalu bagaimana denganmu?"
"Kita bisa membaginya,"
Eirin turun dari pangkuan Mikoto agar Mikoto bisa bergerak ke samping dan membiarkan Eirin tidur di sampingnya.
Dia pun memeluk Eirin. Untung saja kasur VVIP sangat besar untuk bisa buat 2 orang.
"Aku memintamu untuk tidak datang, dan kau datang! kenapa nekat sekali!"
"Aku tidak bisa diam diri di rumah. Aku harus menyelamatkanmu."
"Berada digaris depan dan menyerang musuh! Betapa bahayanya!"
"Mereka melindungiku."
"Jangan lakukan hal ini lagi! Kau bisa membuatku jantungan! Untung saja tidak terjadi hal fatal!"
"Aku ngantuk.."
Ucap Eirin karena sekarang masih subuh,
"Tidurlah."
Balas Mikoto. Masih banyak yang mau dia tanyakan, keadaan Sato setelah itu dan ayahnya Sato. Tapi Eirin terlihat lelah, dia pun membiarkannya tidur.
...................................................................
"Hey Eirin, bagaimana ayah Sato?"
Tanya Mikoto pada Eirin yang menyuapi Mikoto.
"Hmm..Itu akan menunggu keputusanmu."
"Aku!?"
"Iya, kau adalah ketuanya. Semua keputusan, hukuman dan sebagainya adalah perintah darimu."
"A-aku harus melakukannya?!"
"Tentu saja,"
"Lalu bagaimana dengan Sato? Karenanya, kita selamat."
"Niisan masih belum sadar."
"A-apa? Ini sudah seminggu Eirin!"
"Iya, dia belum sadar sejak dibawa ke rumah sakit."
"Apa dia akan baik-baik saja?"
"Dokter tidak bisa mengatakan apapun, semuanya menunggu keinginan Sato untuk hidup."
"Dia benar-benar mengorbankan nyawanya untuk kita."
"Seandainya aku tidak ditangkap.."
"Ini bukan salahmu, jangan menyalahkan dirimu sendiri."
"......................"
"Eirin, jangan memasang wajah sedih seperti itu. Ngomong-ngomong bagaimana keadaan bayi kita?"
"Sepertinya dia sehat,"
"Kau sudah memeriksakannya ke dokter?! Ayo pergi bersama!"
"Iya,"
"Bagaimana dengan susu?! Waktu aku bekerja di minimarket, ibu-ibu hamil membeli susu untuk diminum! Ayo beli susu!"
Pekiknya antusias. Eirin tertawa kecil.
"Setelah kau keluar, kita akan berbelanja susu yang baik untuk si kecil."
"Iya! ayo pergi sekarang!"
"Besok kau sudah dizinkan pulang, jad bersabarlah."
"Ayo pergi sekarang!"
Pekiknya buru-buru.
"Mau kemana?!"
Tanya Ayah Eirin membuat Mikoto membatu. Dia melihat Ayah Eirin dan berkeringat dingin, dia melupakan dinding terbesarnya.
Dia belum dapat restu dari ayah Eirin.
Ayah Eirin menatap Mikoto dan Mikoto memalingkan wajahnya. Mantan Ketua memang menyeramkan, pikir Mikoto.
"An-anda di sini? Apa kabar paman?"
Tanyanya gugup dan tidak di jawab ayah Eirin.
Mikoto semakin gugup,
"Maaf dengan kejadian sebelumnya, anda sakit karena ulahku."
Eirin menatapnya yang begitu gugup di depan ayahnya. Lalu Eirin berpapasan dengan mata Ayahnya, dia tersenyum pada ayahnya penuh misteri.
Ayahnya memalingkan wajahnya.
"Aku tidak bisa melawannya! Eirinku!!!"
Pekiknya menangis sedih karena Eirin sudah direbut oleh Mikoto.
"Eirinku! Kenapa kau memilih si bodoh ini daripada ayahmu!?! Kenapa?!"
Jeritnya histeris, Mikoto hanya tercengang melihat reaksi ayahnya.
"Ini bukan mimpi kan?"
"Mimpi? Tentu saja bukan."
Jawabnya menarik pipi Mikoto. Eirin menatap Mikoto.
"Ja-jadi ayahmu sudah.."
"Iya, aku sudah menyakinkan ayah. Seharusnya kau mengajakku."
"Aku ingin melamarmu secepatnya, karena itu aku harus meminta izin ayahmu."
"Tetap saja kau harus mengajakku. Aku yang paling tahu ayah, jadi aku bisa menangani ayah."
"Kalau kau bilang begitu, aku seperti seorang pengecut.."
Jawab Mikoto yang selalu dikalahkan Eirin dalam segalanya.
Padahal yang menjadi ketuanya adalah dirinya, tapi Eirin lebih dominan daripada dirinya.
Calon istrinya memang luar biasa, dia selalu bisa mengalihkan duniaku.
Eirin tertawa kecil melihat ayahnya yang terus mengumpat. Mikoto juga senang karena bisa melihatnya tersenyum bahagia.
Dia yang selalu kubutuhkan..
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.