Rinka hanya duduk melamun setelah mendapat telpon dari atasannya. Terdengar nada kecewa atasannya juga.
Dia menghela napas,
"Ternyata memang tidak bisa, padahal sudah berusaha semampuku."
Gumamnya sedih dan kecewa. Maliq hanya diam melihatnya sedih, walau dari balik kaca pintu dia tahu Rinka terlihat kecewa dan sedih dari ekspresinya.
"Rinka,"
Panggil Maliq akhirnya setelah membuka pintunya, Rinka menatapnya dengan wajah sedih.
"Maliq."
Jawabnya dan kemudian berpaling.
"Lusa aku akan pulang ke negaraku."
Rinka terlihat kaget, tiba-tiba saja orang ini pulang.
Tapi dia tidak bisa bilang apa-apa dan jawab 'Oh' saja. kemudian dia diam lagi.
"Aku ingin mengajakmu, kau ingin ikut?"
Rinka menatapnya lagi dengan wajah kaget,
"Tidak,"
Jawabnya setelah memproses kata-kata Maliq.
"Kenapa?"
"Aku harus memperbaiki semua presentasiku. Pastilah sangat buruk,"
"Presentasimu adalah yang terbaik Rinka, aku sangat yakin itu."
"Buktinya saja semua presentasiku ditolak."
"Bagiku kau sangat bagus,"
"Itu bagimu, tidak bagi orang lain."
Balasnya tidak bersemangat sama sekali.
Maliq menatapnya,
"Kau harus ikut denganku."
"Tidak mau, aku mau pulang."
Ucapnya kembali tidur.
"Kau masih sakit Rinka, istirahatlah lagi."
"Hmm.."
Gumamnya tidak mau lagi bicara.
Maliq juga tidak bisa melakukan apa-apa, dia pergi setelah melihat Rinka tidur dengan nyenyak.
Besoknya Rinka minta izin pulang dari dokter, dan dokter mengizinkannya pulang lusa.
.................................
Rinka terbangun setelah minum obat yang diberikan dokter padanya sebelum bersiap-siap untuk pulang.
Dia membuka matanya perlahan,
"Aku merasa tidur begitu lama,"
Gumamnya dan duduk di kasur empuk, dia mengusap matanya dan barulah terlihat jelas daerah sekitarnya. alangkah terkejutnya dia melihat kamar asing dan tempat yang dia tiduri begitu mewah dan luas, mungkin 3x lebih luas dari kamarnya pikir Rinka.
"INI DIMANA?!"
Jeritnya kaget dan membuat pelayan di luar pintu segera masuk ke dalam ruangan.
Dia berbicara pada Rinka dengan bahasa yang tidak dia mengerti tapi dari mimik wajahnya dia terlihat khawatir. Rinka tidak tahu harus melakukan apa, pelayan wanita ini terlihat muda dan manis walau kulitnya hitam. Tubuhnya terbalut kain semua hanya terlihat wajah dan telapak tangannya.
"Apa yang harus kulakukan?! Ini dimana?! Apa aku diculik?!"
Pekiknya tidak mengerti.
"Rinka!!"
Panggil Maliq khawatir karena mendengar kabar dari pelayannya bahwa Rinka menjerit dalam kamarnya.
"Maliq! Maliq! Ini dimana?!"
Tanyanya langsung melihat Maliq datang, Maliq mendekatinya dan duduk di kasur.
"Kau ada di kamarku, kau tidak apa-apa? Ada yang sakit?"
Tanyanya panik,
"Kenapa aku bisa di sini?! Kenapa kau membawaku tanpa izinku?! Kenapa kau tidak memberitahuku?! Kenapa kau melakukan ini?!"
Marahnya pada Maliq.
"Rinka tenanglah. Aku akan menjelaskannya."
"Bagaimana aku bisa tenang?! Aku berada di negara asing tanpa sepengetahuanku?!"
Pekiknya kesal, dia sangat marah dan emosinya menggebu-gebu.
"Aku meminta dokter memberikanmu obat bius, jadi kau bisa tidur nyenyak selama perjalanan kemari."
"Berani kau!"
Marahnya memegang kerah baju Maliq membuat pelayannya kaget, rajanya baru saja disentuh orang tidak dikenal bagi mereka. Maliq mengangkat tangannya tanda tidak perlu khawatir, dia meminta mereka pergi untuk bisa mendapatkan ruang pribadi. Mereka pun pergi meninggalkan keduanya dalam emosi yang panas.
Rinka masih kesal, Maliq memegang tangan Rinka dan melepaskan tangannya dari kerahnya dan menekan Rinka hingga dirinya tenggelam dalam kasur empuknya.
"Aku melakukannya karena kau terus menolakku! Kau tidak akan mungkin datang dengan sukarela walau kukatakan! Kau tanya kenapa melakukan ini? kau jelas sudah tahu apa yang kurasakan padamu!"
Maliq juga ikutan emosi karena sikap Rinka yang sama sekali tidak memikirkan perasaannya.
Rinka menatapnya, seharusnya dia yang marah tapi kenapa jadi orang ini yang marah?
"Sakit! lepaskan!"
Marah Rinka karena tangannya sakit dicengkram Maliq.
Maliq pun meringankan cengkramannya.
"Kau tidak seharusnya melakukan ini! kau melanggar aturan, ini namanya penculikan!"
Balasnya dan Maliq kembali menatapnya.
"Lalu apa? kau ingin melapor pada polisi bahwa aku menculikmu? Silahkan saja kalau kau berani."
"Aku akan melaporkanmu pada polisi dan tentang penyiksaan ini! kau akan dipenjara!"
"Laporkan saja kalau kau bisa keluar dari sini!"
Marahnya dan pergi meninggalkan Rinka, Maliq memang kesal sekarang.
Rinka terdiam dan memegang pergelangan tangannya yang merah karena Maliq.
"Kenapa kau yang marah?! Aku yang jadi korban di sini!"
Pekiknya kesal, dia terdiam setelahnya.
"Kenapa juga membuat wajah sakit seperti itu? Aku yang seharusnya sakit!"
Ucapnya lagi dengan nada lebih rendah seperti bergumam.
Dia pun akhirnya diam dan sibuk dengan pikirannya.
Setelahnya Maliq tidak lagi menemuinya karena sibuk dengan kerjaannya serta membuat acara ulang tahun yang mulia ratu segera akan dilaksanakan, pesta besar-besaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
عاطفيةBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.