Miharu terbangun dari tidurnya, dia melihat ke samping kasur besarnya dan tidak ada Sato. Saat dia sadari ternyata Sato tidur di sofa.
"Sato kenapa kau tidur di sini?"
Tanyanya bingung pada Sato,
"Hmm..Kau sudah bangun?"
Sejak dia pulang dari rumah sakit, Sato lebih memperhatikannya. Dia bahkan tidak bekerja sampai tengah malam lagi karena takut Miharu menunggunya.
Dia pulang secepat yang dia bisa.
"Aku takut membuatmu terluka."
Jawabnya jujur. Karena sebelumnya pernah Sato menendang Miharu tepat di perut. Untung waktu dia belum hamil.
Miharu tertawa.
"Kau harus memperbaiki cara tidurmu."
Tawanya dan Sato menciumnya.
"Kau sudah lebih baik?"
"Hm..Aku akan buat sarapan."
"Tidak perlu! Aku bisa membuatnya."
Pekik Sato bangkit dari sofa. Dia pun menyiapkan sarapan dan Miharu menunggunya.
"Miharu, kau ingin telur goreng atau rebus?"
"Aku mau goreng."
"Oke."
"Sato, tiba-tiba saja aku ingin ke suatu tempat."
"Mau kemana?"
"Taman bermain,"
Jawabnya dan membuat Sato menatapnya,
"Buat apa ke sana?"
"Tentu saja bermain."
Jawabnya dan membuat Sato menolaknya langsung.
"Tidak bisa!"
"Kenapa?!"
"Kau tahu itu sangat berbahaya!"
"Asal tidak naik wahana ekstrim oke!"
Usul Miharu, Sato berpikir sejenak.
"Baiklah, jangan naik wahana ekstrim."
Balasnya pada akhirnya, mereka segera ke tempat tujuan siangnya.
Hari begitu panas, Sato memakaikan topi pada Miharu agar tidak kepanasan. Dia tidak tahu apa keinginan Miharu untuk pergi ke sana. Miharu tidak mengatakannya.
"Sato cobalah naik itu!"
Pinta Miharu pada Sato untuk menaiki kapal layang, saatnya mulai penderitaan Sato.
"Aku tidak mau."
Jawabnya dan membuat wajah kecewa Miharu.
"Baiklah! Baiklah!"
Pekiknya pada akhirnya. Miharu tersenyum senang dan meminta Sato menaikinya.
Dia harus mengantri, Miharu menunggunya di bawah sambil tersenyum senang.
Sato hanya bisa menuruti kemauannya.
Berbagai macam wahana dinaiki Sato seorang karena keinginan sang istri. Dia tidak bisa naik dan Sato menggantikannya.
Sato sampai pusing karena naik tornado.
Keduanya duduk di kursi dan Miharu sedang makan ice cream. Sato berbaring di pangkuannya karena pusing.
"Kau baik-baik saja?"
"Hm.. Apa kau sudah puas?"
"Belum,"
Sato menatapnya meminta ampun, dia sudah tidak kuat lagi.
Miharu tersenyum dan makan ice creamnya.
Ronde kedua Sato lanjutkan sampai Miharu puas.
Sebelum pulang mereka naik bianglala. Sato benar-benar tepar, Miharu menciumnya.
"Hari ini sangat menyenangkan."
Menyenangkan baginya, tapi tidak bagi Sato yang tepar sekali. Rasa cium Miharu saja yang bisa di rasakan karena baru minum jus Strawberry.
.............................................
"Tora!!"
Pekik Sato memeluk Tora, Eirin menatapnya.
"Niisan kenapa?"
"Miharu selalu memintaku melakukan hal yang aneh."
"Itu hal biasa bukan? Eirin juga begitu dulunya."
"Kau sangat terbiasa ketua,"
"Kau akan terbiasa nanti,"
Jawab Mikoto yakin.
Sato melanjutkan kerjaannya dan kali ini dia akan lembur sepertinya.
Tiba-tiba telepon bunyi,
"Ada apa?"
Tanyanya dibalik telepon.
Dia mendengarkan penjelasan anak buahnya dengan serius.
"Baiklah, aku ke sana."
Sato menutup teleponnya.
"Ada apa nii?"
"Ada preman yang membuat masalah, dia melukai beberapa orang kita."
"Hati-hati Sato, kau masih punya Miharu dan anakmu yang menunggu. Jangan terlalu berlebihan,"
"Aku mengerti ketua, aku akan melakukannya dengan cepat."
Balasnya segera pergi, dia meninggalkan pekerjaan kantornya dan pergi mengerjakan tugas sebenarnya.
Miharu sudah menyiapkan makan malam untuk mereka, dan sekarang dia menunggu Sato.
Karena lama dia pun menelepon. Tapi nomor Sato tidaklah aktif,
Dia berjalan ke arah jendela dan hujan mulai turun.
"Apa akan ada badai?"
Pikirnya dan mengelus perutnya yang sudah mulai terlihat.
Sato sedikit kewalahan mengurus para preman yang mengambil daerah kekuasaannya. Mereka cukup tangkuh dan anak buah Sato tidak bisa menangani mereka. Sehingga Sato yang mengurus mereka.
Dengan air hujan ini juga tidak menguntungkan mereka.
Walau Sato sudah memukul mereka dengan keras, mereka tetap bisa bangkit lagi dan menyerang balik.
Sato tidak mau kalah dan menghajar mereka sampai tidak bisa bangkit lagi, tapi dia lengah dengan serangan terakhirnya.
"Ketua belakangmu!"
Pekik anak buahnya yang melihat preman itu akan memukul Sato dengan balok kayu.
Sato tidak bisa menghindarinya karena lelah.
"Ketua!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.