Tsuki kembali mual, dia segera ke toilet dengan dibantu dinding. Untung dia masih ingat sudut rumahnya.
Dia merasa sangat pusing dan kembali ke altar orang tuanya. Dia berbaring di lantai depan altarnya. Dia biasa melakukannya sambil bercerita pada orang tuanya.
Tempatnya sangat bersih walau tidak dia tinggali, Murano benar-benar membersihkannya setiap saat.
"Murano san,"
Panggilnya. Tiba-tiba Tsuki mendengar suara orang membuka pintu, dia terkejut dan segera bangun tapi kepalanya justru sakit.
"Siapa?"
Ucap orang itu membuat Tsuki kaget. Seharusnya itu pertanyaannya.
Tapi rasa mualnya datang kembali dan dia tidak bisa menahannya hingga dia muntah di lantai.
Orang ini panik dan segera mengambil air putih, dia memberikan pada Tsuki. Dan membersihkan lantai,
"Terima kasih,"
Ucap Tsuki malu, dia merasa merepotkan orang.
"Apa kau pemilik rumah ini?"
"I-iya, anda siapa?"
Tanyanya balik.
"Aku pengurus rumah ini, Murano sama yang memintaku mengurus rumah ini. Jadi kau pemiliknya?"
"Iya, apa Murano san datang?"
"Dia kadang datang dan berdoa pada altar orang tua anda."
"Begitu yah.."
Ucapnya tersenyum, dia tidak mengajaknya kemari walau dia sering datang. murano benar-benar menepati semua janjinya, tapi justru dia yang mengingkari janjinya. Padahal dia berjanji untuk tidak tinggalkan Murano tapi untuk masa depannya dia harus mengingkarinya.
"Apa kau baik-baik saja? kau tidak terlihat sehat, wajahmu sangat pucat."
Tanyanya khawatir, memang sejak pagi dia tidak enak sama sekali. Pusing dan mual. Tapi dia justru dipaksa keluar dari rumah ketika badannya tidak fit, dan lagi dia tidak membawa apapun. Bagaimana kalau asmanya kambuh? Dia merasa bodoh sekarang.
"Aku baik-baik saj.."
Belum juga menyelesaikan perkataannya dia sudah jatuh pingsan.
"Hey!! Hey!!"
Paniknya dan segera menelepon ambulance untuk membawanya ke rumah sakit dan ditangani oleh dokter di sana,
Tsuki bisa mendengar suara panik Murano walau pandangannya gelap.
Dia baru saja sadar tapi tetap saja semuanya gelap.
"Murano san.."
Panggilnya membuat Murano segera mendekati Tsuki dia memegang tangan Tsuki yang diangkat untuk menyentuh Murano. Padahal dia sedang berbicara pada dokter sebelumnya.
Wajahnya terlihat senang bukan sedih ketika mendengar kabar dari dokter.
"Tsuki!"
"Murano san, maafkanku.."
Ucapnya sedih dan menyesal.
"Kau tidak perlu minta maaf."
"Kau sudah menepati janjimu, tapi aku justru.."
Tangisnya,
"Ini bukan salahmu, orang itu yang tidak tahu malu. Aku sudah mengusirnya dari rumahku."
"Maaf, karenaku kalian bukan berbaikan tapi justru.."
"Tidak apa-apa. kami memang tidak bisa akur lagi,"
Balas Murano menghapus air mata Tsuki.
"Ini bukan salahmu, tidak perlu minta maaf. Dan lagi aku punya kabar baik untuk kita."
"Kabar baik apa?"
"Kita akan punya anak!"
"Anak? Kita? Kau ingin mengadopsi anak?"
Tanyanya ragu, dia tidak pernah diberitahu hal ini,
"Bukan! Kau tahu kan sindrom pria hamil?"
"Hm..Aku pernah mendengar berita itu dari master. Tapi kupikir itu Cuma gosip,"
"Ini bukan gosip! Ini benar-benar nyata!"
"Maksudnya?"
"Nyatanya kau sedang mengandung Tsuki!"
Pekiknya membuat Tsuki membatu.
"Ka-kau sedang bercanda Murano san?"
"Tidak! dokter kandungan sudah menyakinkannya! Kau sudah mengandung 13 hari!"
"Eh?!"
"Iya! Aku senang sekali!"
Pekiknya memeluk Tsuki dengan erat,
"Terima kasih!! Terima kasih Tsuki!"
Pekiknya begitu gembira. Tsuki tidak tahu harus berbuat apa, dia hanya bisa tersenyum mendengar nada bicara Murano yang begitu bahagia.
Dia hamil?
Murano begitu senang, belum apa-apa dia sudah pergi ke toko menjual peralatan bayi, dia kebetulan lewat toko tersebut setelah pulang meeting.
"Apa Tsuki masih sakit?"
"Iya, dia sering mual-mual, tapi untung saja bisa makan."
"President ingin beli apa di tokonya?"
"Pakaian bayi?"
"Tuan, itu bisa dibeli setelah kandungannya besar, untuk sementara kita fokus untuk memberi ibu dan bayinya nutrisi. Dokter sudah menyarankan susu ibu hamil?"
"Sudah, tapi aku bingung memilihnya."
"Ajak Tsuki sekalian,"
"Kita jemput dia sekarang!"
"President ini sudah malam, besok aku akan menemani kalian belanja."
"Bagus! kau memang yang terbaik Hiro!"
Pekiknya senang, pokoknya dia sangat senang.
Sesampainya di rumah, Murano langsung masuk ke dalam kamar dan melihat Tsuki sedang makan.
"Murano san?"
Panggil Tsuki setelah Murano melangkah masuk ke dalam kamarnya.
"Kau sudah bisa membaca gerakanku?"
"Aku sepertinya terbiasa dengan langkah kakimu."
"Kau sedang makan? Kau tidak makan malam?"
"Aku sudah makan, tapi lapar lagi."
Jawabnya dan memakan makanannya. Murano duduk di sampingnya, dia memakan makanan Tsuki.
"Apa ini?"
"Mangga muda yang dipotong halus."
"Asem sekali!"
"Tentu saja, ini kan mangga muda."
"Kenapa kau minta ini?"
"Karena aku mau."
"Lalu itu ikan rebus?"
"Hm...Aku pengen makan ikan rebus."
"Apa enak?"
"Hmm kurasa,"
Jawabnya tertawa kecil, Murano mencicipinya tapi terasa hambar.
"Ei mangganya asem terus pedas campur ikan rebus? Mana enak!"
"Kau mengeluh? Aku yang makan tahu!"
Balasnya. Murano tersenyum.
"Iya, Iya kau makan saja dulu. Aku mandi."
"Hmm.."
Balasnya. Murano masih senyam senyum dan masuk ke dalam toilet.
"Dia pasti ketawain aku."
Duga Tsuki pada Murano. Tapi memang dia menertawai istrinya.
"Awas saja nanti!"
Gumam Tsuki akan memberinya pelajaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.