My Love 2 "322"

2.9K 296 54
                                    



Mikoto sudah babak belur, dia bahkan sudah tidak merasakan pijakan kakinya di lantai. Dia tergantung di atas tanah dengan tubuhnya terikat dengan tali tambang yang tipis.

Sebuah batu besar menahan ujung tali tersebut, jika dilepaskan maka Mikoto akan terjatuh dari atas sana.

"Kenapa kau tidak membunuhku langsung? Apa kau takut?"

Tantang Mikoto pada paman Eirin yang masih duduk diam belum membunuhnya.

"Aku akan membunuhmu setelah ini."

"Lakukan dengan cepat, aku sudah muak melihat wajahmu!"

"Kau jangan banyak bicara! Kau hanya bocah ingusan yang tidak tahu apa-apa dan ingin menjadi ketua?!"

"Setidaknya aku lebih baik darimu!"

Balasnya sambil tersenyum menghinanya.

Pamannya mulai terprovokasi dan sangat kesal.

Dia benar-benar menyuruh bawahannya melepaskan ujung tali tersebut dan Mikoto pun harus merasakan kerasnya lantai.

Sedetik dia merasa pandangannya gelap, tapi tidak lama setelahnya dia membuka matanya dan muntah darah.

"Uhuk!uhuk!!"

Batuknya karena hantaman keras lantai.

Tali yang mengikatnya ikut terlepas. Tapi dia tidak punya tenaga bergerak lagi.

"Dengan ini aku akan mengakhiri hidupmu!"

Kesal paman Eirin mengeluarkan pistol.

Dia mengarahkan pistol tersebut tepat ke kepala Mikoto karena dia bisa bertahan sampai sekarang.

"Selamat tinggal, ketua Mikoto."

Saat dia akan menarik pelatuknya tiba-tiba pintu gudang terbuka membuat semua mata memandang ke arah tersebut. Kelompok Mikoto yang dipimpin Eirin dan Sato segera berlarian masuk menyerang para bawahan ayah Sato.

Ayah Sato segera berlindung di antara bodyguardnya, kelompok Eirin tidak kalah tangguhnya.

"Lepaskan Mikoto!"

Pekik Eirin marah, dia berada dibaris depan yang sangat berbahaya.

Kemudian dia melihat Mikoto yang begitu menyedihkan di lantai.

"Mikoto!"

Panggilnya dan Mikoto menatapnya seperti bertanya.

"Kenapa kau datang kemari??! Di sini berbahaya!"

"Mikoto.."

Panggilnya akan segera berlari ke arahnya tapi paman Eirin pun keluar dari tempat persembunyiannya.

"Paman?"

"Ayah?"

Panggil keduanya sangat kaget. Sato membatu di sana.

"Paman?! Kenapa kau di sini?!"

"Apa kau bodoh?"

Tanyanya balik dan melihatnya memegang pistol.

Bawahan paman Eirin sudah berkurang banyak dan mereka sudah kalah telak dari kelompok Eirin.

Mereka tidak lagi beradu tembakan karena memang sudah menyerah dengan banyaknya orang yang dibawa Eirin. Satu kampung dia bawa mungkin, hitam semua di gudangnya karena ramainya.

"Kenapa paman melakukan ini pada Mikoto?!"

"kenapa ayah? Kenapa ayah ingin membunuh ketua?"

"Ini semua kulakukan untukmu Sato! Kau berhak menjadi ketua daripada si bodoh ini!"

"Aku tidak mau jadi ketua dengan cara ini, ayah kau melakukan hal yang salah."

"Apa salahnya? Aku hanya mengambil hak yang seharusnya kumiliki."

"Ayah! Kenapa ayah menjadi orang seperti ini?!"

"Aku memang seperti ini,"

Eirin tidak peduli pada pamannya ini, dia segera menghampiri Mikoto.

"Mikoto!"

"Ei-rin..Ke-napa..?"

"Aku tidak bisa membiarkanmu mati begitu saja, bayimu butuh sosok seorang ayah. Kau tidak mau meninggalkannya sebelum melihatnya lahir bukan?"

"Te-tentu saja..aku..Yang paling ingin..ingin melihatnya..."

Balasnya.

"Kalau begitu kau harus hidup untuk bisa melihatnya,"

Jawab Eirin segera membantunya berdiri.

Mikoto tidak bisa berdiri dengan tegap karena lelah.

Eirin membantunya berjalan.

"Pelan-pelan Mikoto..."

"Maaf membuatmu susah.."

"Apa yang kau bicarakan? Semua bawahanmu yang tidak mau kehilanganmu membantuku. Kau adalah ketua yang layak untuk mereka."

"Benarkah?"

Tanyanya dan tertawa kecil walau sudah tidak bisa tertawa.

"Kenapa?! Kenapa kau memilih mereka Sato?!"

"Ayah, hentikan semua ini."

Pinta anaknya tapi Ayahnya tetap bersih keras,

"Karenamu semuanya gagal, yang seharusnya mati adalah kau!"

Pekiknya mengangkat pistolnya dan mengarahkan pada Eirin.

"Eirin!"

Pekik Mikoto segera melindungi Eirin.

BANG!

Mikoto menjadi tameng untuk Eirin, Eirin masih terdiam karena suara tembakan tersebut.

Mikoto membuka matanya karena tidak merasakan panasnya timah.

Saat dia berbalik dia melihat Sato berdiri melindungi mereka.

Dia pun terjatuh ke lantai dengan keras.

"Sato?"

"Niisan!!"

Pekik Mikoto dan Eirin,

"Sato!! Tidak!! Sato!!"

Pekik ayahnya histeris melihat anaknya menjadi tameng untuk Mikoto.

"Ayah..Hentikan sudah.."

Pintanya pada sang ayah yang memeluknya.

"Sato!"

Pekik ayahnya menyesal sekarang.

"Sato.."

Panggil Mikoto sedih, dia memeluk Eirin yang menangis.

Perang perebutan kekuasaan berakhir tragis, Mikoto tetap menyandang nama Ketua karena itu memang miliknya sekarang.

My Love 2 (Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang