"Miharu! Miharu!"
Panggil Sato saat masuk ke dalam apartemennya, Miharu yang baru selesai pakai baju sehabis mandi pun keluar melihat barang bawaan Sato yang menggunung.
"Apa ini?"
Tanyanya bingung.
"Semuanya pemberian ketua Mikoto dan Eirin. Lalu ayah dan beberapa klien untuk bayi kita."
Ucapnya dan meletakkannya secara sembarangan, saking banyaknya sampai anak buahnya juga ikut bawa ke dalam. Mereka memberi hormat pada Miharu sebelum pergi.
"Makanan yang kutitip ada?"
Tanya Miharu,
"Tentu saja! Apapun yang kau mau akan kubelikan!"
Pekiknya segera mengeluarkan makanan pesanan Miharu, buah mangga serta lemon juga ada.
"Kenapa kau minta lemon?"
"Buat Es Lemon,"
"Kenapa tidak beli saja?"
"Aku mau buat sendiri."
"Ada-ada saja. Cumi panggangnya aku taruh di meja."
"Hm..."
"Masak apa?"
"Aku tidak masak. Makan mie mau?"
Tanyanya balik.
"Okey,"
Dia tahu Miharu mau makan mie. Miharu segera membuat es lemon serta mienya dan cumi panggangnya sudah tidak sabar mau dimakan. Dia pun mengambilnya dulu dan mencicipinya.
Sato segera mandi setelah melihat Miharu makan cuminya dan akan makan bersama nanti.
Saat dia berbalik dari kamar mandi, cumi sudah habis.
"Sato, beli lagi."
Pesan Miharu.
"Sudah habis?!"
"Hm! Beli lagi, aku belum cukup."
"Baik."
Balasnya dan segera mengambil kunci mobil untuk membelinya. Dia sekalian membeli makanan lain untuk dia makan, dan kembali ke apartemennya.
Mereka pun makan bersama. Saat Sato mencicipi es lemonnya, dia merasa meminum lemonnya langsung.
"Asem! Kau kasih gula tidak?!"
"Tidak,"
Jawabnya polos. Sato menolak minuman Miharu dan memberikannya kembali.
"Kau minum saja, aku minum air putih saja."
Ucapnya pasrah, Miharu menggangguk dan meminumnya sendiri. Sato duduk diam melihat Miharu makan dengan lahap.
"Jangan makan banyak mie."
Pesan Sato mengambil mangkok Mie Miharu. Dia memberikan nasi tim ayam padanya.
"Makan nasinya, mienya aku saja."
Dia memakan mienya, Miharu tersenyum dan Sato tertawa.
"Masalah makan kau jadi nomor 1 Miharu."
Tawanya. Miharu tertawa dan memakan makanannya. Dia memang lebih banyak makan setelah kandungannya beranjak 5 bulan.
Sato benar-benar membelikan apapun yang dimintanya dan dimanjakan tentunya.
...................................
"Miharu."
Panggil Sato tapi Miharu masih tidak bergeming di kasurnya.
"Miharu, hey bangun. Ini sudah siang, kita harus ke rumah sakit."
Panggilnya mengelus perut Miharu, mana bisa bangun. Dia seperti membangunkan anaknya di dalam perut Miharu.
"Aww! Aww!"
Jerit Miharu tiba-tiba membuat Sato kaget.
"Ada apa?!"
"Dia menendangku sangat keras! Aku mau ke toilet!"
Pekiknya segera bangkit dibantu Sato,
"Tidak apa-apa?"
"Tidak apa-apa, aku akan mandi."
"Aku sudah buatkan makan siang, langsung makan yah."
"Okey,"
Balasnya.
Sato sudah menyiapkan segalanya, Miharu datang dan meminum susunya sebelum makan.
Seusai makan mereka ke rumah sakit untuk pemeriksaan rutin.
"Dokter, bagusnya lahir normal atau operasi?"
Tanya Sato meminta saran dokter Hide.
"Lebih bagus lahir normal, 2 anakku lahir normal. Dia memang sakit di awal, tapi setelah beberapa hari dia akan baik-baik saja. Kalau operasi maka akan berbekas dan butuh perhatian lebih sampai lukanya benar-benar sembuh."
"Miharu bagaimana? Kau bisa menahan sakitnya?"
"Sesakit itu?"
"Benar, hari ini ada ibu hamil yang akan melahirkan. Kau ingin melihat keadaannya? Aku bukan menakutimu. Dia baru pembukaan ke empat,"
Dokter Hide mengajak Sato dan Miharu ke ruang ibu-ibu yang akan segera melahirkan.
Dia merintih kesakitan membuat Miharu memeluk lengan Sato dan kemudian melihat perut besarnya.
"Apa sesakit itu?"
"Kalau kau tidak mau kita bisa operasi, aku tidak masalah apapun keinginanmu. Aku juga tidak mau melihatmu sesakit itu."
Balas Sato mengelus tangan Miharu yang memeluknya.
"Aku boleh memilih?"
"Tentu saja,"
"Kalau begitu..."
Setelah berdiskusi mereka memutuskannya. Dokter Hide menerima semua keputusan mereka dan menyetujuinya tentunya.
Karena masih awal mereka pun ke kantor Eirin.
"Woah! Perutmu sudah besar Miharu!"
Pekik Eirin menarik Miharu duduk di sampingnya. Sato menggendong Tora, Mikoto sibuk kerja dengan komputernya.
"Aku akan buatkan minuman."
Ucap Mikoto kemudian berjalan keluar, dia tidak mau minuman dan makanan mereka dibuat orang lain kecuali orang yang bisa dipercaya.
Mereka pun berbincang cukup lama sambil membagi informasi dan saran yang baik untuk Miharu dan Sato.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.