Yuka yang seorang diri pun menggantikan neneknya mengurus kebun buah dan sayur-mayur untuk dia pasarkan memenuhi kebutuhan hidupnya.
Dia memelihara tanamannya dengan sepenuh hati seperti neneknya.
Sesekali dia akan teringat dengan bayangan neneknya yang tersenyum cerah ketika melihat buahnya tumbuh dengan segar dan besar.
Kini senyuman itu telah pudar.
Matahari begitu menyengat membuat keringat Yuka bercucuran dengan deras. Tapi dia tidak peduli dan terus merawat tanamannya.
"Putri duyung!"
Panggil seseorang membuatnya berpaling. Dia langsung terlihat kesal.
"Aku bukan putri duyung! Mau berapa kali aku bilang hah?!"
Balasnya kesal. Dan pemuda ini tertawa senang.
"Aku belum berterima kasih denganmu, putri duyung yang sudah menyelamatkanku."
"Tidak perlu berterima kasih, hanya kebetulan."
"Itu sudah takdir. Putri duyung itu takdirku!"
"Kubilang jangan panggil aku putri duyung!"
Marahnya lagi dan dia tertawa senang mengerjai Yuka.
"Aku Kio, putri duyung?"
"Panggil saja Yuka!"
Balasnya kembali merawat tanaman.
"Yuka..."
"........................"
"Nama yang indah seperti orangnya,"
Yuka tidak peduli padanya.
"Yuka yang menanam semua tanaman ini?"
"Hm.."
"Banyak sekali! Kau mengurusnya sendiri?"
"Memangnya ada orang lain di sini?"
"Kalau begitu aku akan membantumu!"
Pekiknya senang dan membantu Yuka. Dia pun merasa terbantu dan bisa nyuruh-nyuruh.
Keduanya tepar karena panasnya cuaca.
"Musim panas memang sangat panas!"
Pekik Kio yang kelelahan. Yuka segera bangkit dan membuka kulkas. Semangka segar dari kebunnya sudah dia belah dan tinggal di santap.
"Makanlah semangka manis ini,"
Ucapnya pada Kio dan dia menerimanya dengan senang hati.
Keduanya menikmati dinginnya semangka merasuki tenggorokannya.
"Segarnya!! Manis sekali! Dari kebunmu?"
"Hm...Nenek yang menanamnya dulu."
"Kau punya nenek, Yuka? Tapi aku tidak melihatnya?"
"Dia sudah meninggal. Jadi tinggal aku sendiri di sini."
"Kau sendirian di rumah ini?"
"Iya, aku sendiri. Kenapa?"
"Bahaya! Bagaimana kalau ada orang buruk masuk ke dalam rumahmu?!"
"Tidak ada, penduduk di sini semuanya ramah."
"Benar juga, tidak seperti di kota."
"Kau dari Kota?"
"Iya, aku hanya liburan di sini bersama teman-teman universitas."
"Jadi kau anak kuliahan?"
"Iya, tahun depan wisuda."
Tawanya senang.
"Yuka bagaimana?"
"Aku hanya tamatan SMA. Orang tuaku meninggal dan aku pindah bersama nenek. Karena tidak mau merepotkan nenek, aku berhenti sekolah."
"Begitu. Memangnya umurmu berapa Yuka?"
"24 tahun."
"Hah?! Lebih tua 3 tahun dariku?!"
"Kenapa?"
"Aku pikir kita seumuran."
"Apa aku masih terlihat muda?"
Tanyanya bingung dan Kio memberikan 2 jempol.
"Kau bahkan lebih muda dari kakakku! Tapi kakakku terlihat tua karena cerewetnya. Tapi Yuka tidak terlihat tua,"
"Mungkin faktor tempat dan kondisi. Di sini sangat tentram dan tidak ribut, beda dengan perkotaan."
"Benar, di sini cuacanya masih sangat asri dan sejuk."
"Hm..Karena itu penuaan tidak berjalan dengan cepat, mungkin.."
"Yuka tidak tua! Masih cantik seperti putri duyung!"
"Memanggilku putri duyung lagi!"
Marahnya dan Kio tertawa senang. Mau tidak mau Yuka ikut tertawa, kini dia punya teman berbicara setelah kematian neneknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.