Miharu hanya duduk diam melihat jam di dinding,
"Apa dia pulang malam lagi?"
Bingung Miharu karena Sato tidak menghubunginya.
Dia pun segera menghubungi Sato dan tidak dijawab, dia tidak menyerah sampai panggilan ketiga akhirnya dia jawab,
"Hallo,"
Jawab suara di seberang membuat Miharu terdiam.
"Hallo? Hallo? Kenapa dengan orang ini? kenapa tidak mengatakan apapun?"
Tanya suara wanita di seberang.
"Sato ada yang telepon!"
Teriak wanita ini. Miharu terdiam mendengarkannya.
"Aku sibuk! Matikan saja kalau tidak penting!"
Balas Sato.
"Kau mandi kenapa lama sekali!"
"Salah siapa..."
Miharu mematikan teleponnya dan menangis. Itu sudah jelas, semuanya sudah jelas. Kenapa Sato sering pulang telat akhir-akhir ini.
"Apa aku tidak penting lagi?"
Gumam Miharu dalam tangisannya.
Dia menangis sampai terlelap di sofa.
Saat dia bangun Sato juga tidak pulang.
"Achoo!"
Bersin Miharu segera mandi air hangat karena dingin. Dia kembali melamun dalam bathtub.
Segera dia menenggelamkan dirinya dalam bathtub.
Tapi dia kembali bangkit karena mendengar suara.
Dia pun buru-buru keluar dan melihat Sato sedang membuat sarapan,
"Kau mandi kenapa lama?"
Tanyanya seperti tidak terjadi apa-apa.
Miharu menatapnya masih dengan tubuh yang basah.
"Kenapa kau tidak mengeringkan badanmu?!"
Tanyanya segera mengelap tubuhnya dengan handuk.
Miharu hanya diam, dia bingung harus melakukan apa. pikirannya tentang wanita itu terngiang di otaknya. Apa yang dia lakukan semalam? Dengan siapa dia semalam? Miharu ingin bertanya tentang wanita itu tapi,
"Kau sudah pulang?"
Tanyanya dengan tersenyum lebar.
"Aku buatkan sarapan, kau belum makan kan?"
"Iya, aku sangat lapar."
Jawabnya dan berjalan pergi, Sato terdiam dengan tangan masih di atas udara karena mengeringkan rambut Miharu.
Wajah senyum Miharu hilang saat dia berbalik. Dalam keheningan dia masuk ke dalam kamarnya.
Sato kembali menyiapkan sarapannya tanpa merasa ada keanehan pada kekasihnya.
Sehabis sarapan Sato pun mandi. Miharu sendiri mencuci perabot dan piring yang mereka pakai.
Karena melamun dia memecahkan salah satu piring Sato.
Miharu segera memungut piring tersebut dengan tangannya dan kembali tangannya berdarah tapi Miharu seperti tidak merasakan sakitnya karena sibuk dengan pikirannya.
Dia memungutnya sampai dia benar-benar merasakan sakit dan baru tersadar, darah sudah menetes di lantai. Tapi dia hanya menatapinya,
"Apa yang harus kulakukan?"
Gumamnya frustasi,
Sato yang sudah siap-siap pun keluar dari kamar, Miharu sudah selesai beres-beres dan sedang melakukan laundrian.
"Miharu,"
Panggil Sato pada Miharu yang kembali melamun di samping mesin cuci. Busa dalam mesin cuci sudah mulai keluar.
"Miharu, kau kenapa melamun?"
Tanya Sato mematikan mesin cucinya.
Miharu menatapnya,
"Tidak ada-apa.."
Jawabnya. Sato menatapnya,
"Kenapa dengan tanganmu?"
Tanyanya menarik tangan Miharu tapi Miharu menariknya kembali.
"Bukan apa-apa. kau sudah mau pergi?"
Tanya Miharu melihat Sato sudah sangat wangi dan rapi.
"Iya, aku akan pulang te.."
"Aku mengerti, aku tidak akan menunggumu makan malam, aku akan tidur awal. Hati-hati dalam perjalananmu."
Jawab Miharu seperti sudah tahu apa yang akan dikatakan Sato. Karena selama ini selalu berkata demikian, "aku akan pulang terlambat", "jangan menungguku"," makanlah dulu"," tidurlah dulu". Miharu sudah hafal semuanya. Jadi dia menjawab sebelum dipesan.
Sato menatapnya, Miharu membawa cuciannya yang sudah dikeringkan meninggalkan Sato yang masih bingung.
"Miharu, kau kenapa?"
Tanya Sato.
"....................."
Miharu pura-pura tidak mendengarnya dan menjemur pakaiannya.
Saat Sato akan menghampirinya, suara telepon berbunyi.
"Iya, aku segera ke sana."
Ucap Sato berubah haluan dan pergi dari apartemennya.
Karena Sato sangat sibuk dia tidak tahu bahwa Miharu sudah melamar kerjaan di tempat lain sebagai pelayan di sebuah resto jepang.
Miharu tidak bertanya pada Sato karena Sato jarang di apartemennya. Dia juga bosan di dalam apartemennya. Kalau Sato tahu pasti akan memintanya berhenti.
Miharu sampai di tempat kerja juga tidak fokus, dia sering dimarahi bosnya karena selalu melakukan kesalahan. Sebenarnya bukan skillnya jadi pelayan, dia seorang suster di rumah sakit. Dia sudah berhenti dari sana, jadi tidak bisa melamar ke sana lagi. Kalau bekerja di rumah sakit juga harus full seharian, dan di resto jepang kerja 8 jam.
Dia diminta bosnya untuk pulang karena Miharu tidak fokus sama sekali.
Miharu duduk di taman, dia tidak tahu harus melakukan apa.
Dia yakin Sato juga belum pulang setelah melihat jam. Dia pun menghubungi Sato dan tidak dijawab,
"Sibuk sekali yah.."
Gumamnya menatap langit mendung. Miharu duduk di sana sampai hujan mulai turun, dia menangis dan airnya menutupi air matanya.
Dia merasa tenang setelah di hujani air langit, dia pun berjalan menelusuri trotoar dan kebetulan melihat mobil Sato terparkir tidak jauh dari sebuah restoran mewah,
Miharu juga melihat Sato yang makan malam di dalam restoran, Miharu tidak jauh dari jarak Sato saat ini yang dekat jendela kaca dan terang terlihat jelas wajahnya. Seorang wanita merangkul bahu Sato dan mereka tertawa bersama dengan dua pasangan lain di depan mereka.
"Mereka sangat cocok, dibandingkan denganku.."
Gumamnya tidak terlihat marah atau apapun.
Miharu kembali berjalan dan tidak meliriknya lagi, air hujan membuatnya tenang walau sakit menusuk kulitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.