Murano sangat senang sekali dan bersenandung kecil di kantornya.
"Mau ajak kemana lagi yah?"
Pikirnya.
"President, anda ada meeting jam 7 nanti serta makan malam bersama."
"Okey!"
Jawabnya tanpa mengeluh.
Hiro bisa melihat rasa bahagia dari pancaran auranya Murano.
Sedangkan Tsuki sangat sibuk karena weekend.
Tamunya begitu banyak apalagi saat malam semakin larut.
Setelah merasa sepi dia pun mulai bersih-bersih dan membuang sampah ke luar bar.
"Akhirnya selesai juga!"
Ucapnya lega sambil merenggangkan ototnya.
Dia melihat jam tangan dan sudah larut malam saja.
Saat dia berbalik tanpa sengaja dia menabrak orang mabuk.
"Kau buta!?"
Marahnya menarik kerah baju Tsuki.
"Maaf, aku tidak sengaja."
"Tidak sengaja?!"
Dia mendorong Tsuki dengan keras ke tumpukan sampah,
"Mana ada maling mau mengaku!"
Marahnya menendang Tsuki dan hanya bisa dia tahan. Hingga botol birnya ikut terjatuh ke lantai dan hancur.
Dia sangat marah sekali dan mulai menggunakan tangannya memukul Tsuki.
"Sialan! Sialan! Minumanku jatuh!"
Marahnya emosi.
Dia pun mengambil sisa beling itu akan memukul Tsuki tapi segera dihentikan Murano.
"Kau bosan hidup?!"
Tanyanya menatap tajam orang mabuk ini. Dia memegang pergelangan tangannya dengan kuat hingga berbekas.
"Enyah dari hadapanku!"
Perintahnya dan dia segera pergi dengan wajah takut.
"Tsuki chan!"
Panggilnya dan membantu Tsuki dari tumpukan sampah.
"Lukamu perlu diobati!"
Pekiknya menariknya ke dalam bar.
"Master! Master!"
Panggil Murano dan master segera menghampirinya.
"Apa yang terjadi?"
"Orang mabuk itu memukul Tsuki chan, master punya obat?"
"Tentu, bawa Tsuki chan ke ruang ganti."
"Baik!"
Dia pun segera ke ruang ganti.
Dia mengusap wajah Tsuki dengan sapu tangannya, Tsuki tidak bersuara dan menatap Murano.
"Terima kasih,"
Ucap Tsuki akhirnya.
"Untung saja aku datang cepat! Kenapa tidak meminta pertolongan!?"
"......................"
"Tsuki chan?"
"Tidak apa-apa, aku hanya berpikir."
"Dimana yang sakit?"
"Tidak ada, aku tidak apa-apa."
"Kau yakin?"
"Iya,"
"Kalau begitu aku obati luka lebamnya saja."
"Hm.."
Balasnya dan master datang membawa kotak P3K, Murano mengobati luka Tsuki perlahan. Setelah itu dia mengantarnya pulang.
"Kau sudah makan Tsuki chan?"
"Sudah,"
"Baiklah kalau begitu, kau segeralah istirahat."
"Terima kasih sudah mengantarku pulang."
"Hm, aku senang bisa bersamamu."
Balasnya setelah Tsuki menutup pintu mobilnya.
Dia menunggu Tsuki masuk ke dalam rumah baru pergi.
.......................................
"Tsuki chan! Penjahat mana yang memukulmu?! Katakan padaku!"
Marahnya setelah mendengar cerita dari master. Pelanggan yang biasa minum di bar.
"Aku tidak tahu, wajahnya tidak jelas."
Jawabnya pura-pura tidak ingat, takutnya bisa menambah masalah nanti.
"Sayang sekali! Kalau kau ingat orang itu katakan padaku! Akan kupatahkan batang hidungnya!"
Pekiknya dan Tsuki tertawa kecil, orang mabuk yah seperti itu.
"Terima kasih,"
"Tsuki chan, kau sudah selesai. Pulanglah."
"Baik master."
"Murano san tidak datang?"
"Aku tidak tahu, mungkin dia sibuk."
"Jadi kau akan naik kereta?"
"Hm..Itu rute paling cepat."
"Tapi dalam kereta itu.."
"Hanya terkadang saja master, kadang tidak ada."
"Harusya dilaporkan ke polisi!"
"Itu akan memakan waktu, dan aku tidak tahu siapa pelakunya. Jika salah orang aku bisa dituntut balik."
"Benar juga,"
"Kalau begitu aku permisi."
"Hati-hati Tsuki chan."
"Iya,"
Balasnya dan segera ke stasiun kereta.
Saat dia pergi, Murano datang.
"Murano san kau telat sekali!"
"Tsuki chan dimana?!"
"Dia baru saja ke stasiun! Kalau kau susul sekarang pasti ketemu!"
"Baik!"
Pekiknya segera berlari pergi mengejar Tsuki. Karena ramai dia harus terhenti sejenak, dia melihat Tsuki dia memanggilnya tapi karena kerumunan orang dia tidak bisa menggapainya dan Murano ikut terseret masuk ke dalam kereta. Tsuki juga sudah masuk ke dalam kereta tapi beda gerbong.
Murano harus sesak-sesakan buat sampai di tujuan.
Tsuki sudah sangat was-was, dia memegang erat tali tas slempangnya. Tiba-tiba saja seseorang meraba pantatnya.
Membuatnya terkejut. Dia pun melihat bayangan pria itu dari balik kaca, pria tua berkacamata. Itu terlihat mabuk karena wajahnya merah sekali.
Dia pasti salah mengira Tsuki adalah wanita. Dia meremas pantat Tsuki membuat Tsuki membungkam mulutnya. Dia mulai berkeringat dingin dan jantungnya berdebar kencang karena takut.
Tidak puas meremas, tangannya mulai masuk ke dalam celana Tsuki dan masih meremasnya secara langsung membuat Tsuki benar-benar akan meminta pertolongan.
"Jangan bersuara.."
Bisik pria tua itu semakin mendekati Tsuki. Tsuki hanya bisa bungkam. Pria tua itu pun melepas resleting Tsuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love 2 (Mpreg)
RomanceBuku kedua dari My Love Sindrom seorang pria yang hamil adalah suatu penyakit yang langkah dan penyebabnya belum dapat diketahui. ini adalah cerita fiksi PRIA YANG DAPAT MENGANDUNG DAN MELAHIRKAN ANAK.