My Love 2 "316"

3K 302 57
                                    



Mikoto dan Eirin benar-benar tidak bertemu, Eirin tidak pulang dari kantornya sudah beberapa hari.

Mikoto sudah kehilangan kesabarannya menunggu Eirin pulang, dia akan pergi menyeretnya pulang saat itu juga. Dia pun keluar dari kamar dan meminta sopirnya membawanya ke tempat Eirin. Tapi baru sampai di pintu gerbang dia justru bertemu dengan Eirin dan Sato.

Sato memegangi pundak Eirin dan berjalan berdampingan dengan blazer Sato menyelimuti Eirin.

"Ketua? Anda mau kemana?"

Tanya Sato dan tidak dijawab Mikoto, karena matanya sudah melihat Eirin.

Mikoto sangat kesal melihatnya, keduanya saling menatap tapi Eirin memalingkan wajahnya dan berjalan melewatinya tanpa menyapanya.

Mikoto terdiam di sana.

"Eirin kau baik-baik saja?"

Tanya Sato pada Eirin karena perubahan daun wajahnya semakin pucat.

"Aku mual..."

Gumamnya dengan suara kecil.

"Itulah kenapa aku memintamu berhenti bekerja!"

Marah Sato.

"Kau pasti masuk angin! Tidak makan dengan teratur dan terus bekerja siang malam!"

Marah Sato tapi Eirin tidak peduli pada omongannya karena pandangannya yang semakin buram. Dia seperti tidak ada lagi tenaga untuk berjalan dan perlahan jatuh ke lantai, untung saja Sato masih memegangnya jadi tidak langsung tumbang.

"Eirin! Hey! Tolong panggil dokter!"

Pekik Sato panik baru membuat Mikoto berbalik.

"Eirin?!"

Panggilnya kaget karena Eirin yang tidak sadar. Dia berlari ke arah mereka dan mendorong Sato menjauh dari Eirin dan menggantikan posisinya menggendong Eirin.

"Dokter! Panggil dokter!"

Pekiknya sedari berlari ke arah kamar Eirin.

Segera bawahannya yang dekat segera menghubungi dokter, tapi dokter yang sedang menangani mereka sedang keluar kota karena urusan pribadi.

"Cari dokter! Dimana pun! Seret mereka kemari!"

Perintah Mikoto panik karena Eirin yang begitu pucat.

"Baik!"

Mereka segera berpencar mencari dokter yang dekat.

"Eirin! Bangun! Ada apa denganmu!"

Panik Mikoto.

"Dia sejak kemarin tidak terlihat sehat, tapi tetap memaksakan diri."

Ucap Sato.

"Kalau aku tahu dia sakit seperti itu, pasti aku sudah memintanya istirahat."

"Ini salahku. Aku harusnya segera membawanya pulang."

Ucap Mikoto menyesal.

"Apa kalian bertengkar lagi?"

"Aku tidak bermaksud menyakitinya. Aku benar-benar menyesal!"

"Pantas saja Eirin terlihat tidak fokus dan sering melamun."

"Aku yang salah Eirin, aku salah. Jadi maafkanku."

Ucapnya sambil mengusap wajah Eirin.

"Maafkanku.."

Pintanya.

Eirin hanya terdiam karena memang tidak mendengarnya.

Setelah menyeret salah satu dokter di rumah sakit. Dokter ini langsung diminta memeriksa kondisi Eirin.

Mikoto tidak bisa tenang, dokter meminta mereka menunggu di luar karena mereka sangat membisingkan dan dokter tidak bisa fokus.

"Kenapa dokternya lama sekali memeriksa Eirin?!"

Kesalnya tidak sabaran karena belum juga keluar si dokter.

Mikoto hampir akan menerobos masuk kalau dokternya belum keluar juga.

Tapi untung sebelum dia lakukan dokter sudah membuka pintu.

"Apa pasien sering muntah-muntah? Dia kekurangan nutrisi sehingga tubuhnya tidak kuat menahan tubuhnya."

"Iya, dia sering muntah dokter. Dan tidak nafsu makan sama sekali. Bahkan kemarin seharian tidak makan. Walau kupaksa dia tidak mau."

Jawab Sato yang selama ini bersamanya. Mikoto terdiam karena tidak tahu apapun.

"Kalian dengar baik-baik, kalau tidak makan bayi dalam kandungannya bisa dalam bahaya."

Ucap dokter pada mereka membuat semuanya tercengang.

"Apa dokter?! Bayi?!"

Pekik Mikoto.

"Bayi siapa?"

Tanya Sato bingung juga.

Dokter juga bingung. Dia pikir mereka tahu bahwa pasien hamil.

"Kalian tidak tahu pasien hamil? Sindrom?"

"Aku tahu sindrom itu, tapi tidak tahu Eirin sedang hamil. Eirin tidak punya pasangan untuk melakukan hubungan intim."

Ucapnya terdiam,

"Siapa yang menghamili Eirin?!!"

Pekik Sato tiba-tiba membuat Mikoto terkejut.

"Ei-Eirin hamil?"

"Ketua tahu siapa yang menghamilinya?! Kenapa dia bisa hamil tanpa pasangan!?"

Marah Sato.

"Ei-Eirin mungkin..Hamil..anakku.."

Ucap Mikoto gagap membuat Sato semakin kaget.

"A-anak ketua?!"

"I-iya, kami pernah melakukannnya karena pengaruh obat.. Aku tidak tahu berapa kali melakukannya, dan setelah kusadar Eirin di bawahku.."

Ucapnya sangat gugup, dia tidak tahu hal ini akan jadi seperti ini.

"Jadi anak itu!? Anakmu ketua!?"

"Iya! Aku yakin!"

Balas Mikoto. Dokter tidak mengerti arah pembicaraan mereka.

"Kalau begitu tebus obatnya diapotek dan berikan padanya. Untuk menutrisi kandungannya. Dan segera panggil dokter kandungan kemari, dia akan menjelaskan semuanya pada kalian."

Pesan dokter sebelum pergi.

Mereka masih berpikir dengan pikiran masing-masing.

Eirin hamil?

Eirin hamil anakku! Kenapa?! Aku senang sekali!

Apa yang sudah terjadi pada ketua dan Eirin?!

Aku akan segera jadi ayah! Senangnya! Apa kami akan menikah? Eirin mau menikah denganku? Kami kan sedang bertengkar! Aku harus segera meminta maaf!

Tidak bisa dipercaya! Kenapa Eirin hamil anak ketua!?

Eirin hamil! Aku harus menjaganya!

"Dokter! Aku akan panggil dokter!"

Pekik Mikoto tiba-tiba segera memerintahkan bawahannya mencari dokter kandungan terbaik di sana.

Dia pun masuk ke dalam kamar Eirin dan menyelimutinya dengan selimut tebal.

Dia tersenyum.

Dia tidak tahu apa sindrom itu, yang pasti Eirin hamil! Yang lain tidak lagi penting!

"Eirin!"

Panggilnya senang.

"....................."

Eirin tidak menjawabnya memang karena masih tidur.

Bagaimana reaksi Eirin nanti?

My Love 2 (Mpreg)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang