Jilid 6

1.5K 30 0
                                    

Sambil berkata begitu, Hok An telah menunjuk ke arah perkampungan di dekat mereka, sedangkan si pemuda pelajar telah mengikuti arah yang ditunjuk oleh Hok An.

"Kemudian bagaimana?!" tanya pemuda pelajar tersebut, yang jadi sangat tertarik mendengar cerita Hok An seperti itu. "Apakah wanita itu sudah tidak mencintaimu?!"

"Bukan..... bukan begitu!" menyahuti Hok An cepat dan dengan nada yang tergetar.

"Lalu bagaimana? Mengapa kau bisa mengatakan bahwa wanita itu akhirnya menghina dirimu?!"

Hok An menghela napas dalam-dalam.

"Wanita itu ternyata tidak mencintai aku, aku telah memperoleh buktinya.....!" menyahuti Hok An.

"Mengapa terjadi begitu?!" tanya pemuda pelajar tersebut.

"Karena waktu aku berhasil menemukan jejaknya, dia telah menjadi milik orang lain, telah menjadi isteri dari seorang hartawan, dia telah menjadi nyonya Bin, isteri dari Bin Wan-gwe...... Ooh, dia telah menipuku dengan semua pernyataannya bahwa dia sangat mencintaiku..... Oooh, dia telah begitu tega buat mendustaiku.....!" Dan Hok An menghela napas beberapa kali lagi.

Walaupun Hok An berusaha membendung dan mencegah mengucurnya air mata, akan tetapi dia tidak berhasil, karena butir-butir air mata itu telah berlinang turun di pipinya.

Sedangkan si pemuda pelajar tersebut jadi menghela napas dalam-dalam. Dia jadi menaruh rasa iba dan kasihan kepada Hok An.

"Sudahlah!" hiburnya. "Jika memang kau telah memperoleh bukti bahwa wanita itu tidak mencintaimu, terlebih lagi memang dia sekarang telah menjadi isteri orang lain, engkau pun tidak usah memikirkannya lagi, dan engkau pun tidak perlu untuk mengharapkan dirinya lagi..... Engkau boleh memilih wanita lain yang sekiranya bisa mencintai dirimu.....!"

Hok An cepat-cepat menggeleng waktu mendengar perkataan pemuda pelajar tersebut.

"Kau jangan kurang ajar!" katanya dengan sikap yang beringas dan sengit.

"Mengapa kau mengatakan aku berbuat kurang ajar? Bukankah aku berkata dengan benar, bahwa engkau tidak usah mengharapkan wanita yang telah menghianati cintamu itu dan kini telah menjadi isteri orang lain?!" tanya pemuda pelajar itu.

"Hemmm, apakah kau kira cinta itu mudah untuk dilupakan dan dibuang seperti itu? Hemmm, apakah engkau kira dengan mudah kita akan segera dapat mencintai wanita lain?!" kata Hok An bertambah sengit.

Pemuda pelajar itu jadi bungkam mendengar perkataan Hok An seperti itu.

Sedangkan Hok An seperti kalap telah berkata: "Ayo, kau katakan, tidakkah apa yang kubilang itu benar, bahwa cinta itu tidak bisa sembarangan diberikan kepada siapa saja? Aku telah mencintai wanita itu, walaupun dia telah menjadi isteri orang lain, akan tetapi aku tetap mencintainya..... Hanya saja dia telah menghina dan menyakiti hatiku!"

Pemuda pelajar tersebut menghela napas.

"Nah, jika memang wanita itu telah menjadi isteri orang lain, walaupun engkau tetap mencintainya, apa gunanya lagi? Atau memang engkau masih mengharapkan dirinya? Bukankah jika kau berusaha memperolehnya, sama saja engkau menghancurkan rumah tangganya?"

"Akan tetapi aku tetap mencintainya..... dan semula..... semula kukira dia mencintaiku!" kata Hok An kemudian dengan suara yang sember. "Walaupun apa yang terjadi, aku ingin mengajaknya buat ikut bersamaku, karena aku tetap mencintainya. Akan tetapi..... akan tetapi.....!"

Suara Hok An semakin sember dan dia tidak meneruskan perkataannya itu.

"Akan tetapi kenapa?!" tanya pemuda pelajar tersebut yang jadi semakin tertarik ingin mengetahui apa yang telah dialami oleh Hok An.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now