Tiga hari lamanya Giok Hoa menerima perawatan dari gurunya, barulah kesehatannya berangsur-angsur pulih kembali. Memang waktu totokan pada tubuhnya dibuka, dia sudah bisa bicara dan bergerak, walaupun masih lemas dan tenaganya seperti telah lenyap.
Yo Kouw-nio mengetahui, jika Giok Hoa tidak memperoleh perawatan yang cermat darinya, niscaya akan menyebabkannya mengalami gangguan pada sin-kangnya, yang akan lenyap sebagian. Disebabkan itulah Yo Kouw-nio telah merawatnya selama tiga hari. Di saat itulah baru kesehatan Giok Hoa pulih keseluruhannya.
Pada hari ke tiga, di malam hari rembulan tergantung di langit terang sekali, Giok Hoa tengah melangkah perlahan-lahan. Dia berjalan di luar rumah, dan mengawasi puncak gunung yang menjulang tinggi sekali, di mana hawa pun agak dingin. Tetapi gadis ini yang wajahnya telah memerah sehat dan juga hanya mengenakan baju tipis belaka, sama sekali tidak merasa dingin.
Dikala itu, ia pun bernyanyi perlahan-lahan, bersenandung, dan lantas dia berpikir, alangkah girangnya jika saja gurunya mengijinkan dia berkelana turun gunung, di mana dia bisa melihat bermacam-macam keramaian.
Seperti pengalamannya yang dirubuhkan oleh Auwyang Phu, hal itu merupakan salah satu pendorong buat dia berpikir untuk berkelana. Karena itu membuktikan bahwa dia memang kurang pengalaman, pemuda cebol itu berhasil merubuhkannya dengan mudah.
Biarpun dia berlatih terus selama sepuluh tahun, tentu kemajuan yang dicapainya tidak akan sehebat itu. Pengalaman juga yang akan menempa dia.
Sedang si gadis termenung seperti itu, di dengarnya suara pekik burung rajawali putihnya, yang terdengar dari kejauhan. Entah apa yang tengah dilakukan burung rajawali putih itu, yang tentu tengah kesepian sendirian juga!
Giok Hoa menghela napas dalam-dalam, dia jadi bingung. Untuk menyampaikan isi hatinya kepada gurunya, diapun tidak bisa, tentu hatinya tidak akan tenang, karena dia berat meninggalkan gurunya.
Tetapi buat tinggal terus di tempat ini, ia tidak bisa. Ia membutuhkan pengalaman. Telah belasan tahun dia hidup selalu di tempat-tempat yang sunyi dan terpencil.
Dan sekarang, dia telah menyaksikan, betapa Auwyang Phu yang memiliki kepandaian tinggi, Cek Tian yang juga kepandaiannya begitu tinggi, di samping si pengemis tua, yang tentunya memiliki kepandaian tidak di bawah Cek Tian.
"Apa yang kau lamunkan, Hoa-moay?!" tiba-tiba di belakangnya ada yang menegur dengan suara yang halus.
Dia kenal benar suara itu. Pipinya segera berobah menjadi merah, dia tidak menoleh, cuma menundukkan kepalanya.
"Engkaukah, Ko Tie Koko?!" tanyanya dengan suara yang perlahan.
"Ya......!" menyahuti Ko Tie, yang memang mendatangi si gadis.
Secara kebetulan Ko Tie waktu itu sulit buat tidur, dan diapun ingin sekali menikmati malam di puncak punung Heng-san. Setiap hari, pikirannya selalu tergoda oleh bayang- bayang si gadis.
Terlebih lagi tiga hari belakangan ini, membuat dia selalu gelisah.
Dari gurunya dia belum memperoleh kepastian, apakah gurunya akan memutuskan menetap di puncak Heng-san atau memang akan menolaknya pilihan Ko Tie kali ini dan mencari tempat lain? Karena dari itu, Ko Tie jadi tidak tenang.
Jika memang gurunya merasa tidak cocok dengan puncak Heng-san, niscaya ia akan diajak gurunya buat pergi meninggalkan Heng-san dan jelas itupun berarti dia akan berpisah dengan Giok Hoa, gadis yang cantik manis yang telah menusuk kalbunya dengan lirikannya, senyumnya dan parasnya yang begitu menawan.
Kegelisahan seperti itu membuat, Ko Tie jadi tidak tenang, dan dia seakan juga hendak mendesak gurunya agar cepat-cepat memberikan keputusannya, agar dia tidak tersiksa seperti itu. Menunggu memang merupakan pekerjaan yang tidak menyenangkan.

ANDA SEDANG MEMBACA
Anak Rajawali
AdventureLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia