Jilid 130

433 16 0
                                        

Di waktu itu, Kie Pa Kay bertiga telah meminta pengampunan dari Tiang-lo mereka, karena justeru mereka telah salah dalam membantu dan menolong orang. Rupanya orang yang mereka tolongi itu tidak lain dari seorang pemuda bejad yang tidak bermoral! Dan mereka bertiga berjanji akan mencari Siangkoan Lo Sian, guna meminta maaf padanya.

Senang dan puas Thio Kim Beng mendengar ke tiga pengemis itu berjanji seperti itu dan dia tidak menegurnya lagi. Begitulah, mereka telah berpisah.

Dan Thio Kim Beng mengirim salam buat Ko Tie, agar Giok Hoa menyampaikan pesannya, supaya pemuda itu bersikap lebih hati-hati, walaupun kepandaian Ko Tie tinggi, tokh ia masih kurang pengalaman.

Giok Hoa tertawa melihat sikap jenaka Kim Beng, ia bilang: "Locianpwe, kau menguatirkan kami, tapi engkau mempermainkan kami! Tentunya dalam perjalanan kami ini lebih baik lagi jika saja locianpwe mau mencampurinya!" Maksud Giok Hoa ialah Thio Kim Beng melindungi mereka secara diam-diam.

Thio Kim Beng mengerti maksud si gadis, dia tertawa.

"Budak setan, engkau mungkin menyangka aku kebanyakan waktu buat kalian, heh?" Dan setelah berkata begitu, Thio Kim Beng menjejakkan ke dua kakinya, tubuhnya melesat, dalam sekejap mata saja telah lenyap dari pandangan mata.

Giok Hoa masih berdiri tertegun melihat kepandaian pengemis tua itu.

Sedangkan Kie Pa Kay bertiga juga sudah berlalu.

Giok Hoa kembali ke rumah penginapan, ia menceritakan kepada Ko Tie apa yang telah dialaminya.

Dan Ko Tie tertawa sambil katanya: "Anak nakal, kau mencari penyakit sendiri! Beruntung ada Thio locianpwe, jika tidak?"

"Jika tidak kenapa?" kata Giok Hoa manja, timbul sikap alemannya.

"Jika tidak, tentu engkau tidak akan memperoleh kembali buntalanmu itu," menyahuti Ko Tie.

Giok Hoa cemberut, namun dia bilang: "Engkau yang tidak bisa melindungi aku!"

"He, he, he, aku melindungi kau sebaik mungkin!" kata Ko Tie. "Tentunya akupun akan melindungimu, asal engkau tidak menjadi anak yang nakal!"

Mulut Giok Hoa dimonyongkan, ia tampaknya manja sekali dan aleman, dia bilang tidak mau kalah: "Sudah! Sudah! Beruntung aku memperoleh kembali buntalanku ini..... hemmmm, engkau hanya bisa mempermainkan aku!"

Ko Tie hanya tertawa.

"Walaupun bagaimana, semua ini ada baiknya juga, di mana sebagai pelajaran yang berharga buat kita, agar dilain waktu kita bersikap lebih hati-hati dan waspada.....!"

Giok Hoa berdiam diri saja, kemudian ia bilang, hari telah malam dan ia kembali ke kamarnya, buat tidur.

◄Y►

Keesokan harinya mereka melanjutkan perjalanan, di mana mereka mengambil arah ke Utara.

Wakta itu hujan salju turun cukup lebat karena sudah memasuki musim dingin dan hampir tiba harian Tahun Baru.

Ko Tie dan Giok Hoa masing-masing menunggang kuda mereka perlahan-lahan. Yang satu berpakaian sebagai seorang pelajar, tampan sekali, sedangkan yang seorangnya adalah searang gadis yang cantik jelita.

Mereka berpakaian sebagai pemuda dan pemudi dari golongan hartawan. Dengan melintasi jalan kecil, mereka telah sampai di jalan besar.

Sudah dua hari salju berhenti turun, hawa udara tetap dingin. Dan hanya sekali-sekali masih turun salju, dalam waktu yang tidak begitu lama. Jalanan pun basah, dari itu sepatu dan kaus kaki mereka jadi demak.

Terlebih lagi, dikala mereka melanjutkan perjalanan ini, salju telah turun, sehingga pakaian mereka pun basah. Mereka melanjutkan perjalanan, karena waktu di rumah penginapan salju sudah berhenti turun, dan mereka menduga bahwa hujan salju memang telah berhenti dan tidak akan turun hujan lagi.

Anak RajawaliTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang