Jilid 10

766 22 0
                                    

"Bin Wan-gwe berterima kasih kepadaku?" tanya Lung Hie tiba-tiba, dia tertawa dengan suara yang nyaring sekali, sampai tubuhnya tergoncang sangat keras.

"Bin Wan-gwe itu seorang bangsat yang tidak punya malu, bagaimana dia bisa berterima kasih atas kebaikanku? Hemmm, sedangkan harta warisanku saja telah dirampas dan diserakahinya di mana seperti juga dia sudah menjadi setan. Ibu dan adik-adikku dibunuhnya semua.....!" Dan Lung Hie tergelak-gelak nyaring sekali.

Hok An melangkah setindak-setindak mendekati Lung Hie waktu pemuda ita berkata-kata, karena jika memang terdapat kesempatan dia bermaksud hendak mempergunakannya untuk menyerbu dan merebut puteri Bin Wan-gwe.

Akan tetapi, dia tidak bisa melangkah lebih jauh sebab Lung Hie telah melihat sikapnya itu, di mana Lung Hie membentak bengis: "Berhenti! Jika kau berani melangkah maju satu tindak lagi, puteri si bangsat ini akan ku lemparkan ke dalam jurang itu....."

Bingung bukan main hati Hok An, karena dia menyadari, jika Lung Hie terdesak, pemuda seperti Lung Hie tentu tidak segan-segan akan membuktikan ancamannya itu. Tentu dia akan melemparkan puteri Bin Wan-gwe itu ke dalam jurang. Itulah hebat, kalau sampai hal itu terjadi, tentu Un Kim Hoa akan berduka sekali.

Teringat kepada Un Kim Hoa, semangat Hok An terbangun.

"Baiklah, apa yang kau kehendaki?!" tanya Hok An kemudian.

"Hemm, anak ini tetap akan kutahan, sampai manusia she Bin itu datang sendiri ke mari agar dapat kubinasakan, puterinya baru kubebaskan! Dia harus menebus jiwa puterinya ini dengan jiwanya sendiri....." menyahuti Lung Hie.

Hok An berdiri tertegun bengong di tempatnya, sampai akhirnya dia menghela napas dalam-dalam.

"Bin Wan-gwe hidup bahagia dengan isteri dan puterinya itu, biarkanlah mereka hidup bahagia seterusnya. Dan aku bersedia menggantikan Bin Wan-gwe, buat menebus jiwa puteri Bin Wan-gwe itu. Kau boleh membunuhku, dan selanjutnya engkau tidak boleh memusuhi keluarga Bin Wan-gwe....."

Waktu berkata begitu, wajah Hok An tampak murung sekali.

"Cisss.....!" meludah Lung Hie. "Siapa yang menghendaki jiwamu?!"

Hok An menghela napas lagi.

"Tetapi aku rela berkorban demi kebahagiaan Un Kim Hoa!" kata Hok An dengan suara yang sayu.

"Cisss, laki-laki tidak memiliki harga diri!" bentak Lung Hie sengit. "Berkorban buat wanita yang telah menyakiti hatimu dan mengkhianati cintamu?!"

Diwaktu itu Hok An melangkah lagi maju setindak, dengan mata yang memandang tajam mencari kesempatan.

"Ingat, selangkah lagi engkau maju maka engkau akan menyesal seumur hidupmu, puteri Bin Wan-gwe akan kulemparkan ke jurang itu.....!" mengancam Lung Hie.

Namun Hok An nekad, dia melangkah maju terus. Dia yakin tentu Lung Hie akan gugup tidak akan membuktikan ancamannya dalam waktu yang singkat ini.

"Berhenti!" teriak Lung Hie dengan muka yang menyeringai bengis.

Tetapi Hok An masih melangkah juga maju.

Lung Hie mengangkat puteri Bin Wan-gwe.

"Kau maju selangkah lagi, anak ini akan kulemparkan ke dalam jurang.....!" mengancam Lung Hie dengan muka meringis seperti mau menangis, karena ancamannya seperti tidak diacuhkan oleh Hok An.

Hok An terpisah dua tombak lebih dengan Lung Hie. Dia melihat, jika waktu itu Lung Hie melemparkan puteri Bin Wan-gwe dia bisa melompat dengan mengandalkan kegesitan tubuhnya dan menjambret tubuh puteri Bin Wan-gwe. Dengan begitu jelas dia masih bisa menolongi puteri Bin Wan-gwe.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now