Jilid 82

760 20 0
                                    

"Ya, memang tidak salah apa yang kudengar bahwa Swat Tocu Locianpwe merupakan seorang tokoh sakti! Dan nama besarnya itu rupanya bukan hanya nama kosong belaka.....

"Engkau sebagai muridnya saja telah dapat memiliki ilmu pukulan sehebat itu! Walaupun seperti apa yang kulihat lweekangmu belumlah sehebat apa yang kumiliki dan engkau masih masih memerlukan latihan yang lebih lama lagi, namun dengan dibantu oleh pukulan mujijatmu itu, tentu saja engkau tidak perlu jeri berhadapan dengan siapapun juga!"

Setelah memuji begitu, tampak guru Giok Hoa menoleh kepada muridnya, katanya: "Giok Hoa..... sudah kukatakan, lebih baik engkau meminta petunjuk dari Lie Hiante ini..... engkau akan memperoleh banyak manfaat. Jangan selalu membawa adatmu saja!"

Muka Giok Hoa berobah merah, sedangkan Ko Tie cepat-cepat mengeluarkan kata-kata merendah.

Mereka bertiga kemudian telah kembali ke dalam rumah untuk melanjutkan makan mereka.

Sebelum itu guru Giok Hoa pun telah memeriksa keadaan belakang rumahnya. Dia ingin mengetahui dari manakah Beng Ko Kouw masuk ke dalam rumahnya, sampai dia bersama Ko Tie tidak mengetahuinya.

Ternyata Beng Ko Kouw telah membongkar genteng di belakang rumahnya, dan masuk dari tempat itu. Pantas saja, tahu-tahu dia telah berada di dalam kamar Giok Hoa. Dengan demikian, guru Giok Hoa dan juga Ko Tie jadi tidak mengetahui dan Giok Hoa sendiri memang tidak bercuriga, karena memang sebelumnya dia menduga gurunya yang tengah mendekati.

Sambil meneruskan makan, mereka ke tiganya telah bercakap-cakap dengan gembira, membicarakan akan ilmu dari Beng Ko Kouw.

Guru Giok Hoa malah menjelaskan juga di mana letak kelemahannya dan di mana letak kehebatannya.

"Ilmu orang itu sesungguhnya merupakan ilmu yang sangat hebat sekali. Tetapi disebabkan lweekang yang dilatihnya merupakan lweekang yang mengandung kesesatan, dengan begitu membuat lweekangnya itu membawa suatu akibat buruk bagi ilmunya sendiri itu.

"Jika memang berhadapan dengan lawan yang lweekangnya mengandung kesesatan juga, ilmu itu memang tidak memperlihatkan reaksi dan kelemahannya. Namun jika berhadapan dengan lawan yang memiliki lweekang lurus dan murni, tentu ilmu itu akan tertekan dan tertindih menjadi lemah, karena lweekang dari orang itu sendiri akan tertindih....." menjelaskan guru Giok Hoa.

"Lalu mengenai gerakannya tadi, yang selalu berjumpalitan dan juga dengan gin-kang yang tinggi seperti itu, Yo Peh-bo, sesungguhnya orang itu tidak mudah dirubuhkannya. Toh dia melarikan diri juga..... Sesungguhnya tadi dia belum lagi terdesak, namun mengapa dia akhirnya angkat kaki?" tanya Ko Tie.

Guru Giok Hoa tersenyum dia mengangguk.

"Ya, memang jika dia mau bertempur sampai seratus jurus lagi dengan kita, walaupun kita maju berdua, belum tentu kita bisa mendesaknya. Namun seperti tadi telah kukatakan bahwa lweekangnya itu mengandung kesesatan dengan demikian, jika dia terlalu mengerahkan lweekangnya berlebihan dalam menghadapi kita, dan tadi jika dia bertempur duapuluh jurus lagi, tentu lweekangnya sendiri itu yang akan melukainya.....!

"Karena dia mengetahui dan menyadari akan kelemahannya itu, telah membuat dia memutuskan untuk melarikan diri saja, agar dirinya tidak terlibat lebih jauh. Hal mana akan merugikan dirinya, kalau sampai dia mengerahkan lweekangnya berlebihan!"

Ko Tie mengangguk dan demikian juga dengan Giok Hoa. Mereka berdua baru mengerti mengapa walaupun tampaknya Beng Ko Kouw belum terdesak hebat dan jika dia mau tentu masih dapat menghadapi guru Giok Hoa dan Ko Tie sebanyak seratus jurus lebih namun akhirnya tokh dia telah melarikan diri seperti itu. Apa yang dijelaskan oleh guru Giok Hoa memang dapat diterima oleh akal.

Sedangkan Ko Tie telah berkata, "Sesungguhnya Yo Peh-bo, siapakah itu Nie Mo Cu?!"

Guru Giok Hoa menghela napas.

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now