Jilid 167

493 16 0
                                        

A Kian berusaha menguruti dan memukuli perlahan-lahan tubuh si Toako.

Di waktu itu Ko Tie menoleh kepada mereka, dengan suara yang dingin dia bilang: "Jika memang kalian bermaksud buruk seperti itu kepadaku, hemmm, maka akupun tidak akan memberi hati kepada kalian, dengan mudah aku akan membunuh kalian terlebih dulu!"

Bukan kepalang kagetnya A Kian dan juga si Toako itu. Tadi A Kian berbisik perlahan sekali, tapi ternyata Ko Tie memiliki pendengaran yang sangat tajam, sehingga dia bisa mendengar kata-kata A Kian. Dengan demikian, ke duanya tambah ketakutan.

"Kami....... kami hanya bergurau....... ampunilah kami Siauw-hiap......!" memohon A Kian dan si Toako itu dengan sikap ketakutan.

Tubuh mereka menggigil dan muka mereka pucat. Terlebih lagi si Toako itu yang mukanya seketika meringis menahan sakit yang tidak terkira.

Ko Tie cuma tertawa dingin saja, kemudian dia mengibaskan tangannya, katanya: "Jika memang kalian tidak mengandung maksud buruk padaku, maka akupun tidak akan menganiaya diri kalian!" Setelah berkata begitu, segera juga ia menghampiri kepada si Toako dan menendang dengan kakinya.

"Aduhhh ..... .!" Toako itu menjerit kesakitan, tapi segera dia bebas dari totokan, dan bisa berdiri.

Cepat-cepat si Toako berlutut mengangguk-anggukkan kepalanya. Dia mengucapkan terima kasih kepada Ko Tie, dan iapun sudah tidak berani main gila lagi terhadap pemuda ini, karena diketahuinya bahwa pemuda ini memang sangat lihay ilmu silatnya.

Di waktu itu, seorang pengawal telah datang membawakan makanan buat Ko Tie bertiga.

Pengawal itu melirik kepada Ko Tie, kemudian katanya: "Kau makan sepuas hatimu, karena tidak lama lagi kau akan berhenti menjadi manusia, engkau akan dikirim ke neraka!"

Sambil berkata sinis seperti itu, si pengawal kerajaan itu memperdengarkan dengusan mengejek.

Ko Tie cuma tersenyum tawar mendengar perkataan pengawal itu, ia telah berpikir di dalam hatinya.

"Jika dalam tiga hari aku bisa memelihara tenagaku, maka aku akan sembuh dan pulih sebagaimana biasanya! Walaupun Tie-kwan keparat itu mengerahkan ratusan tentara, tentu dengan mudah aku akan menghadapinya........!"

Sedangkan, pengawal itu waktu hendak meninggalkan kamar tahanan ini berkata: "Besok pagi adalah waktunya engkau dipensiunkan sebagai manusia.....!" Dan tentara kerajaan itu tertawa bergelak-gelak meninggalkan tempat tersebut.

Ko Tie mengerutkan sepasang alisnya. Besok pagi ia akan dihukum mati oleh Tie-kwan keparat itu? Ohh, itulah waktu yang belum cukup buat Ko Tie beristirahat. Karena di waktu itu tenaga dan semangatnya belum pulih keseluruhannya.

Sedangkan di hati kecilnya, dia pun bingung serta heran. Mengapa Tie-kwan itu menangkap dan memusuhinya, malah tampaknya Tie-kwan itu sengaja tidak mau menyidangkan perkaranya, dan ingin membunuhnya!

Inilah yang mengherankan sekali! Siapakah Tie-kwan tersebut untuk menangkap dan membunuhnya? Semua ini merupakan tanda tanya yang tidak terjawab oleh Ko Tie.

Ketika Ko Tie terbengong seperti itu, tampak si Toako telah menghampiri, mendekati, lalu katanya: "Sesungguhnya apakah kesalahan Siauw-hiap, sehingga hendak dihukum mati?!" tanyanya.

Ko Tie menoleh kepadanya, kemudian mengangkat bahunya sambil menghela napas, kepalanya digelengkan.

"Aku sendiri tidak mengetahui mengapa mereka menangkapku!" katanya. "Dan aku pun tidak mengetahui apa maksud mereka hendak menghukum mati padaku!"

Si Toako memperlihatkan sikap terheran-heran sedangkan A Kian pun memandang dengan mata terbuka lebar-lebar.

"Dan, kalian mengapa ditahan?" tanya Ko Tie sambil menoleh kepada mereka.

Anak RajawaliTempat di mana cerita hidup. Terokai sekarang