Jilid 129

590 21 0
                                    

"Mulutmu jangan kurang ajar, bocah!" bentak Kie Pa Kay dengan suara bengis.

"Aduhhh........ aduhhh.....!" merintih Sam Lu Tang kesakitan.

Sedangkan Thio Lin Kui jadi bingung dan berkuatir sekali, dia telah menubruk Tang Kokonya itu dan juga memaki kalang kabutan: "Kalian kaum pengemis, kalian bertindak sewenang-wenang...... kalian bukan manusia-manusia baik..... Kalian manusia-manusia busuk.......!"

Thio Kim Beng menghela napas, dia bilang, "Nona, tahukah engkau, bahwa dia sesungguhnya hendak memperkosamu pada malam itu? Dia ingin mempergunakan asap pulas untuk membuat engkau tidak sadarkan diri.

"Untung saja aku telah menyaksikan perbuatannya, sehingga aku dapat menghajarnya dan menggagalkan niat busuknya itu! Hemmmm........ jika saja memang engkau tidak mengucapkan terima kasih, berarti engkau seorang yang tidak kenal budi!"

Giok Hoa memandang bingung sejenak. Namun akhirnya ia bimbang, ia menoleh kepada Sam Lu Tang.

"Benarkah apa yang dikatakannya itu?!" bertanya Giok Hoa.

"Bohong...... semua itu bohong..........?!" Sam Lu Tang berusaha untuk menyangkalnya.

Muka Thio Kim Beng berobah, dia bilang: "Bagus bocah, kau masih berani menyangkal! Baik! Aku ingin melihat, sampai di mana nyalimu itu, sehingga engkau berani menyangkal atas perbuatan busukmu itu!"

Setelah berkata begitu, dengan muka bengis, Thio Kim Beng menghampiri, setelah dekat, tahu-tahu tangan kanannya bergerak menotok jalan darah Kie-bun di dekat ketiak dari pemuda she Sam tersebut.

Segera Sam Lu Tang menderita kesakitan luar biasa. Totokan itu membuat sekujur tubuhnya sakit seperti ditusuki ribuan jarum.

Dia merintih, keringat telah mengucur deras dari sekujur tubuhnya.

Di saat itulah, Thio Kim Beng telah berkata dengan suara yang dingin: "Hemmm, sekarang engkau hendak mengakuinya atau tidak!?"

Sedangkan Thio Lin Kui menjerit-jerit menangis dengan marah: "Kau...... kau pengemis tua yang busuk, mengapa engkau menyiksa Tang Koko demikian rupa......?"

Tapi waktu Thio Lin Kui berkata begitu, justeru Sam Lu Tang sudah tidak dapat lagi menahan penderitaannya, siksaan yang menderanya hebat sekali. Dengan menotok jalan darah Kie-bun seperti itu, Thio Kim Beng membuat pemuda itu menderita kesakitan yang jauh lebih hebat dibandingkan disayat-sayat dengan pisau.

Muka pemuda itu berobah pucat, tubuhnya menggigil keras, ia pun sudah berkata dengan suara terbata-bata: "Ya, ya.......... aku mengakuinya......!"

"Apa yang kau akui!?" tanya Thio Kim Beng sambil memperdengarkan suara tertawa dingin.

"Aku...... aku bermaksud hendak...... hendak menodai kesucian nona itu......!" menyahuti Sam Lu Tang dengan suara terbata-bata tidak lancar. "Tolong...... tolong kau bebaskan aku dari totokanmu..... aku..... aduhhhh..... aku tidak kuat........!"

"Bagus!" berseru Thio Kim Beng. "Sekarang engkau telah mengakui apa yang hendak kau perbuat. Sekarang kau jawab lagi pertanyaanku, jika memang engkau mengakuinya dengan jujur, aku akan segera membebaskan engkau dari totokan itu!"

"Ya, ya....... aku akan menjawabnya dengan jujur!" jawab Sam Lu Tang.

"Apa pekerjaanmu selama ini?!"

"Aku..... aku.......... aku hanya seorang pemuda pelajar dan mengerti ilmu silat sedikit- sedikit. Aku berusaha bekerja sebagai seorang piauw-su.......!"

Mata Thio Kim Beng mendelik.

"Pemuda tidak kenal mampus, bocah busuk berlidah bercambang! Engkau masih hendak berdusta?!"

Anak RajawaliWhere stories live. Discover now