Diam-diam Ko Tie telah mengeluh di dalam hatinya, karena dia mengetahui, jika mereka bertempur dengan cara seperti itu, niscaya akan membuatnya jadi terdesak terus, dan akhirnya terlibat dalam pertempuran yang berkepanjangan. Dan akan membuat mereka jadi bercelaka jika saja Ko Tie telah mengambil tindakan yang keras.
Di waktu itulah, dengan cepat Ko Tie telah menjejakkan kakinya, tubuhnya telah melesat ke belakang menjauhi gadis itu. Dia telah berseru: "Hentikan! Hentikan!"
Tetapi gadis itu bukannya berhenti menyerang, dia menjejakkan ke dua kakinya melompat mengejarnya. Malah gadis itu telah berseru: "Sebelum aku bisa menyobekkan mulutmu yang kurang ajar itu, maka tidak akan mau sudah!"
Setelah berkata begitu, pedang gadis itu bergerak lagi dengan sebat, dia telah menikam tidak hentinya. Setiap tikaman itu mengandung maut dan memaksa Ko Tie harus menangkis atau mengelakkan diri.
Sedangkan Ko Tie berulang kali melompat mundur lagi, karena memang tidak mau terlibat dalam pertempuran yang berlarut-larut.
Dan juga, di saat-saat seperti ini, Ko Tie terus juga berusaha menyadarkan si gadis, bahwa di antara mereka tidak tersangkut suatu apapun juga. Tetapi melihat gadis itu masih saja menyerangnya, akhirnya habislah kesabaran Ko Tie.
Dia telah menjejakkan kakinya, tubuhnya tahu-tahu mencelat ke tengah udara, kemudian tubuhnya itu berputar-putar di tengah udara dengan gerakan yang manis sekali. Di saat pedang gadis itu menyambar ke arah pahanya, cepat sekali pedang Ko Tie telah menyambar menangkisnya. Tangkisan yang dilakukan oleh Ko Tie telah menyebabkan pedang gadis itu jadi tergetar keras.
Dan kemudian gadis itu melompat mundur sebab telapak tangannya dirasakan sangat pedih sekali, seperti juga kulit telapak tangannya pecah, akibat kuatnya benturan yang terjadi itu.
Begitulah, ke dua orang ini bertempur dengan pedang mereka menyambar-nyambar hebat ke sana ke mari bagaikan dua gulungan sinar yang menyerupai sepasang naga yang tengah bertempur dengan dahsyat.
Dalam keadaan seperti itu, terlihat betapapun juga, memang kepandaian Ko Tie menang setingkat dari gadis itu, dan diwaktu Ko Tie telah mengeluarkan seluruh kepandaian ilmu Kiam-hoatnya, maka diwaktu itulah dia telah dapat mendesak gadis tersebut, sehingga gadis itu berulang kali harus melompat mundur ke sana-ke mari. Namun, dasarnya gadis itu keras kepala, tokh tetap saja sehabis mengelak dia menerjang pula ke arah Ko Tie.
Pertempuran ke dua orang itu, yang masing masing mempergunakan pedang yang hebat, merupakan pertempuran yang berkepanjangan. Telah seratus jurus lebih yang mereka lewatkan dan sejauh itu masih juga belum terlihat ada tanda-tanda bahwa mereka akan menyudahi pertempuran tersebut.
Memang Ko Tie telah mengagumi sekali kecantikan yang dimiliki gadis tersebut, dan juga dia merasa kagum akan kehalusan kulit tubuh gadis tersebut, karena dari itu, dalam keadaan demikian tentu akan membuat dia menyesal, jika saja kulit yang begitu halus dan bagus, serta putih menarik, akan terluka oleh ujung pedangnya.
"Jika memang aku belum merubuhkannya dan membuatnya takluk, gadis tentu tidak mau menyudahi pertempuran ini!" pikir Ko Tie.
Segera Ko Tie mengempos semangatnya, ia menambah kekuatan pada tangannya, setiap kali menggerakkan pedangnya, maka dia telah mempergunakan tenaga yang kuat sekali.
Dengan demikian, beberapa kali gadis tersebut harus melompat mundur, karena dilihatnya betapapun juga tenaga yang terkandung dalam penyerangan pedang Ko Tie sangat dahsyat sekali. Jika tokh gadis itu menangkis, malah tangkisan tersebut akan membuat gadis itu menerima kerugian yang tidak kecil, di samping pedangnya itu akan terpental kena disampok pedang Ko Tie, kemungkinan kulit telapak tangannya akan terluka lagi, pecah.

ANDA SEDANG MEMBACA
Anak Rajawali
AdventureLanjutan "Beruang Salju". *note : Jilid kelipatan 5 di cinkeng ini cayhe private, hanya follower yg dpt membacanya. Kamsia